💞 EKTRA PART 3 💞

738 65 2
                                    

Sepulang kerja. Rascha mampir sebentar ke tempat Djennar, tapi orang tuanya bilang dia pergi dengan Dean ke suatu tempat.

"Tante gak tau Ca.. Dia pergi sudah tiga jam.. Tadi Dean jemput dan pakaiannya cukup rapi.." Wajah ibunda Djennar nampak bersemu-semu. Yah.. Memang Dean terlihat keren ketika berpakaian santai. Tapi, kelihatan mengerikan ketika ia memakai baju Damkar. Pria itu seperti memiliki dua kepribadian yang cukup membuat siapa saja keheranan.

"Ya sudah tante.. Kalau gitu, saya pulang dulu.. Sebenarnya, saya mau ajak Djennar belanja.. Bahan makanan di rumah habis hehehe.."

Wanita paruh baya itu lumayan terkejut. "Apa selama ini kamu tidak pakai pembantu di rumah?"

Rascha menggeleng. "Mereka hanya datang kalau weekend.. Untuk masalah kecil gini, saya lebih suka mengerjakannya sendiri.." Perjelas Rascha. Wanita itu mengangguk- anggukan kepalanya.

"Memang ada kenyamanan tersendiri jika kamu melakukannya ya.." Ucapnya sembari tersenyum.

Racha berpamitan dan pulang ke rumah. Akbar tidak akan mengijinkannya pergi kalau tidak ada yang menemani. Padahal hanya membeli bahan makanan saja.

Wanita itu, merebahkan tubuhnya di sofa dan memainkan ponselnya. Sebuah berita membuat dirinya tertarik. Ketika Brian dinyatakan naik pangkat untuk memegang kendali perusahaan keluarga Freya, dan ayahnya di tangkap karena ancaman, pemaksaan kesepakatan politik yang hanya menguntungkan satu pihak perusahaan.

Rascha bernafas lega. Untung saja, saat itu Akbar tidak termakan penawaran gak jelas dari pria tua itu. Kalau saja, ia menyanggupi hanya demi Rascha. Bisa berbahaya juga buat kedepannya.

Matanya kembali menemukan notif lain. Ketika Freya mulai memasuki fase rehabilitasi karena kasusnya kemarin. Banyak sekali komentar-komentar negatif yang menyudutkan dirinya.

Mau dikata apa ketika melakukan kesalahan yang sangat berat dan akhirnya mau tidak mau harus menerima konsekuensi akibat perbuatannya. Rascha menghela napas, ia memang kasihan tapi mengingat itu adalah kesalahan yang melibatkan dirinya, ia tidak dapat berbuat banyak. Saat ini, rehabilitasi sangat bagus bagi Freya. Tak dapat dipungkiri kalau ia juga mendukung keputusan tersebut.
Pintu terketuk dan mau tidak mau Rascha bangun lalu menyambut tamu yang datang.

"Assalamualaikum.."

Wajahnya beebinar senang. Akbar datang sambil tersenyum dan menenteng dua paper bag besar. Mereka berpelukan singkat di depan pintu rumah.

"Walaikumsalam, sayang..." Ucap Rascha balik. Ia membantu Akbar meraih satu paper bag dan tersenyum senang. "Ah.. Kamu tau banget kalau aku butuh bahan dapur.."

Akbar tersenyum letih. "Aku ingat karena kemarin dapur kosong.."

"Besok berarti jadi masak sarapan kan?"

Bahu nya menegang. Akbar memasang wajah melas, sementara Rascha sudah tertawa.  Keduanya beriringan menuju dapur. Akbar meletakkan dagunya di bahu Rascha, saat gadis itu tengah menata sayuran. Menghela napasnya lelah dan memejamkan matanya.

"Kenapa?" Tanya Rascha sambil bergumam. Akbar tidak menjawab. Kepalanya mengikuti kemanapun Rascha pergi. Baik jongkok, berdiri, ataupun berjinjit.

"Risih tau.. Sanah ah.." Kesal Rascha akhirnya.

Akbar menyerah dan berjalan gontai untuk duduk di kursi. Ia menatap apa saja yang akan dilakukan istrinya. Kali ini ia sadar kalau wanita sangat berbeda ketika ia ingin memasak atau memang bertemu alat dapur.

Apakah senangnya bukan main begini?

"Kamu senang banget liat bahan dapur sebanyak itu kan?" Gumam Akbar menatap malas.

sourires AKBARWhere stories live. Discover now