32. 💞 Saya dalam bahaya? 💞

539 60 2
                                    

Fatma beroh ria ketika Rascha selesai bercerita. Ia sempat bergidik dan juga antusias mendengar semua ceritanya. Alasan kenapa Rascha mau bercerita, itu karena dia percaya pada Fatma. Gadis itu sangat jujur meski terlampau hiperaktif.

"Aku sungguh senang mendengar kalau kau dengan Pak Akbar dekat.."

"Kami tidak sedekat yang kau kira.. Ini karena dia menolongku saja.."

"Sampai memboyongmu ke Solo untuk lamaran Bu Akira? Kau pikir aku bodoh.."

Rascha menggeleng. "Saya sudah menolak.. Tapi, Mbak Akira menyuruhku ikut juga. Entahlah, mendengar ceritamu soal wawancara Max kelihatannya, wanita itu sudah tau. Sehingga, mau tidak mau menyuruh saya ikut.."

Fatma menjentikkan jarinya. "Ah.. Iya kau benar. Lalu bagaimana dengan Freya saat ini?"

Rascha menatap Fatma dalam. Dia tidak sebodoh itu harus menceritakan soal kesepakatan yang diajukan Freya. Ia tidak boleh asal menceritakan sesuatu yang sekiranya memicu kebencian. Rascha menelan ludahnya.

"Dia baik-baik saja bukan dengan Brian?"

"Kenapa kau tanya padaku? Jelas-jelas aku menanyakan kabarnya padamu.." Kesal Fatma. Hal itu, ditanggapi kekehan oleh Rascha.

"Entahlah.. Saya tidak tertarik dengan rumah tangganya.."

Fatma membenarkan pendapat Rascha. Gadis itu, menatap wajahnya dari pantulan kaca genggam. Merapikan letak kacamata di wajahnya. "Kau benar.. Setelah menikah itu sudah menjadi urusan mereka.."

"Lagipun kenapa kau bertanya? Apa mereka terlihat aneh?"

Fatma menatap Rascha dan mengangguk-anggukan kepalanya dengan antusias. "Setelah menikah mereka langsung sibuk dengan perusahaan. Aku tidak mendengar kabar honey moon loh.."

"Bukannya itu bagus?"

Fatma melongo. "Kau sehat? Apanya yang bagus? Orang menikah.. Karena saling mencintai.. Pasti lebih menginginkan waktu bersama lebih lama kan?"

Benar juga. Rascha menghela napas. Apa Brian serius dengan ucapannya di pernikahan? Dengan masih mencintai Rascha dan bersikap semena-mena dengan Freya? Jadi, ini alasan kenapa Freya mengajukan kesepakatan? Itu karena Freya merasa Rascha adalah orang ketiga dalam hidup mereka. Sungguh, ia baru menyadarinya saat ini.

"Semua bahkan sudah curiga kalau mereka menikah karena politik perusahaan.."

Rascha mengerutkan dahi. "Apa maksudnya?"

Pertanyaan Rascha membuat Fatma jengah. Gadis itu memutar bola matanya. "Pernikahan politik perusahaan biasa terjadi.. Dua perusahaan menyatukan kerja sama melalui jalinan pernikahan.. Bisa didasari cinta ataupun tidak. Tapi, aku rasa kasus mereka ini yang tidak di dasari cinta.."

"Jadi?"

Fatma menghela napasnya. Menatap Rascha dengan tatapan lelah. "Jadi, dengan begini jelas. Kemesraan mereka saat ini hanyalah hoax dan kenyataan berkata sebaliknya. Kupikir, jika mereka ingin berakting dengan bagus.. Belilah satu atau dua hari untuk berlibur. Bukannya malah bekerja.. Sungguh kasihan mereka.."

Rascha terdiam dan sibuk dengan pemikiraanya. Sementara Fatma masih berceloteh menjelaskan sikap karyawan selama tidak ada dirinya.

Gadis itu menemukan sebuah kesimpulan. Bahwa selama ini kejadian yang dia lihat hanyalah kebohongan belaka. Jadi, ketika ia berada di dalam mobil dan menyoroti keduanya. Kemesraan itu hanya sebuah show untuk membuat paparazi salah paham? Ya Allah.. Rascha bahkan sudah percaya sepenuhnya kalau Brian mencintai wanita lain dan dia bersyukur.

Kalau begini caranya. Brian tidak akan berhenti untuk terus mengejar Rascha. Gadis itu sangat tidak mau merusak hubungan sebuah keluarga. Dalam hatinya timbul setitik penyesalan karena menolak tawaran Freya saat itu.

sourires AKBARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang