9. 💞 Saya Magang 💞

729 82 0
                                    

Rascha berjalan beriringan dengan Akbar. Sesuai dugaannya! Pria itu memang pemilik kantor yang menjadi tempat magang nya ini. Awalnya Rascha pikir itu hanya candaan. Tapi ia tidak berbohong soal perusahaan yang sangat-sangat besar ini. Bahkan, cabangnya saja sudah ada di beberapa negara.

Baru masuk sudah di sambut dua wanita yang menunduk hormat seraya mengucapkan selamat pagi. Resepsionis saja sudah sangat mewah dan setiap orang yang menjadi karyawan di berikan kartu untuk akses masuk kantor. 

Rascha geleng-geleng dan menunduk ketika Akbar berhenti untuk menyapa karyawannya. Lalu kembali mendongak untuk mengagumi perusahaan yang di kunjunginya. Besar perusahaan Akbar tidak sebanding dengan perusahaan Ayah dan Ibunya Djennar. Kedua orang itu malah mendirikan perusahaan masing-masing di Yogyakarta yang jalan dibidang Kuliner.

Ah, kalau disini dia benar-benar kelihatan kecil. Lagipun, banyak mata karyawan mengarah padanya. Seakan-akan menyoroti dengan tajam dan itu membuat dirinya sedikit terganggu. Apa pakaian yang dikenakan oleh Rascha terlalu mencolok?

Akbar pun demikian sadarnya. Ia berhenti melangkah dan menoleh ke belakang. Meneliti apa yang ameh dari Rascha. Padahal gadis itu hanya mengenakan kemeja putih dengan rok span hitam panjang, tidak ada yang aneh dengannya. Tapi, ia sadar banyak karyawan yang menyoroti keberadaan gadis itu.

Jujur saja, ini kali pertama kantornya mengijinkan seorang mahasiswi untuk magang. Itu adalah konsep yang baru di setujui Akbar setelah mendengar beberapa saran dari ketua manager setiap divisi di kantornya. Termasuk Max yang memiliki jabatan ketua manager dan sekretarisnya.

"Kau mau jalan sambil terus menunduk.."

"Eh.. Um.. Saya hanya gugup.."

Akbar menghela napas dan melanjutkan jalannya. Ia berhenti dihadapan sebuah lift yang langsung terbuka. Ada tiga orang wanita dengan pakaian yang sedikit ekhm.. Mengundang syahwat. Mereka menghentikan tawa mereka dan menunduk.

"Oh.. Selamat pagi, Pak.."

"Hmm.."

Rascha menggigit bibirnya. Pria ini benar, benar sangat menyebalkan sekali. Sesulit itukah bibirnya mengucap kata "Pagi" Padahal tadi malam dia berbicara panjang lebar kepada Rascha. Kenapa hanya padanya pria itu cerewet!

Setelah tiga gadis itu keluar. Tinggalah Rascha dengan Akbar berada dalam satu lift.

"Tempat magangmu ada di lantai 8 bersama Max.. Kalau perlu apa-apa silahkan bertanya apa saja padanya... Kantorku ada di lantai 9.."

"Baikalah.." Jawab Rascha sedikit lesu. "Saya harus memanggilmu apa?"

"Menurutmu?"

"Bapak?"

Keduanya terdiam. Akbar tidak merubah ekspresinya sama sekali. Sedangkan, Rascha sudah memiringkan kepalanya dengan penuh tanda tanya. Tidak ada yang aneh jika memanggilnya bapak. Tapi, kenapa wajah Rascha berkata sebaliknya.

Dan di detik berikutnya, gadis itu tertawa kencang sambil terbahak-bahak. "Oh astaga.. Kau nampak tua dengan panggilan itu.. Wanita tadi saja nampak sudah lebih tua dibanding dirimu.. Dan dia memanggilmu Bapak?"

Akbar memutar bola matanya malas. Tak menyangka panggilan saja membuat gadis itu tertawa terbahak-bahak seperti saat ini. Ia benar-benar di permalukan.

"Berhentilah tertawa. Kau membuatku jengah.."

"Oh ayolah ini konyol sekali!"

Pintu lift terbuka. Dan saat itu juga keduanya berpapasan dengan Max. Pria itu membawa banyak barang dalam dus dan menelongok kearah dalam.

sourires AKBAROù les histoires vivent. Découvrez maintenant