4. 💞 Saya berterimakasih 💞

985 107 3
                                    

"Ka.. Kamu"

Brian menatap tajam kearah seorang pria yang sedang menatap kearah Rascha lekat. Bergantian matanya menatap kearah Brian.

"Jangan dekati dia lagi.."

Brian tersenyum remeh. "Kau tau?" Ia mendekat dan berdiri berhadapan dengan pria yang baru datang tersebut. "Semakin dilarang.. Maka semakin aku ingin mendekat.."

"Saya tidak melarang tapi memerintah.." Tegas pria barusan. Rascha tercekat kaget. "A.. Akbar.." lirihnya.

Akbar masih dengan tatapan datarnya. "Jangan membuat keributan di kampus.. Kau tidak punya wewenang disini.." Brian mengepalkan tangannya kuat-kuat. Kemudian, mendengus dengan senyuman yang tak dapat dideteksi maksudnya.

"Membicarakan soal wewenang.. Tau apa kau?"

"Separuh kampus ini milik saya.. Saya juga yang memegang kendali atas jalannya kampus. Tidak ada satpam dan dosen yang berani untuk menghentikan saya. Karena saya sendiri yang turun tangan memberi ketegasan kepada penyelundup di dalam kampus.."

"A.. Apa?" Rascha membeo. Ia menatap Akbar penuh pertanyaan.

"Iya itu benar. Jadi kau, pergi dari wilayah kampus sekarang juga.." Matanya tak lepas dari mengamati Rascha. Ia dan Rascha saling melempar tatapan yang sama-sama tak dapat dimengerti.

"Cha.. Please.. Biarkan aku menjelaskan semuanya kepadamu ..."

Rascha mengerutkan dahi sambil menggeleng. "Saya tidak ingin kamu menjelaskan apapun.. Terlebih hal yang sudah jelas benar adanya.." Ucap Rascha setelah berpaling dari Akbar.

"Cha.." Brian tak menyerah.

Gadis berhijab itu menatap dengan tatapan sendu penuh luka kearah Brian. "Tidak cukupkah kamu membuat saya menderita? Saya mohon.. Jalani hidupmu sendiri.." Ia mengantupkan tangannya kehadapan Brian. Membuat Djennar dan Akbar terbelalak kaget.

"Saya tidak ingin berurusan dengan kamu lagi.."

Akbar menghela napas kasar. "Kau merendahkan diri hanya untuk pria seperti dia?" Tanyanya tak percaya. Akbar mendengus tak suka.

"Apa maksudmu?" Tanya Rascha dengan pandangan sulit dimengerti. Sementara itu, Akbar hanya mengangkat bahu acuh dan sepenuhnya menghadap kearah Brian.

"Pergi.."

"Kau tidak bisa memerintahku seenaknya!" Brian mencengkram kerah baju Akbar. Hingga pria itu terdorong sedikit kebelakang.

"Brian!"

Brian tak mengindahkan pekikan Rascha. Ia sudah menahan diri untuk tidak melempar bogem mentah kearah Akbar. Tapi, rasanya pria di depannya ini malah terus menekannya kearah negatif.

Rascha menutup mulutnya tak menyangka apa yang akan dilakukan Brian barusan. Benar-benar sangat tidak masuk akal dan diluar kendali. "Brian.. Kau memang berubah.."

Brian tersentak sadar dan melepas cengkramannya. Pria itu menatap Rascha yang ada dibelakang nya. Melirik Djennar yang juga menggeleng tak percaya. Kemudian, menatap sekitar yang sudah menahan napas menyaksikan awal pertengkarannya. Tetapi, saat kembali melihat Akbar. Mendadak ia kesal dan menggertakan giginya.

"Aku tidak main-main ketika seseorang merebut apa yang sudah menjadi hak ku.." Ancam Brian kearah Akbar.

"Apa aku pernah bilang bercanda ketika ada yang ingin serius denganku?"

Brian mengeraskan rahangnya, ia merasa muak, pria itu pergi dengan menerobos mahasiswa lain. Sekali ia menengok kebelakang. Tepat ke manik mata Rascha yang sudah menatap tak percaya dengan yang dia perbuat beberapa detik lalu.

sourires AKBARWhere stories live. Discover now