2. 💞 Saya pingsan? 💞

1.3K 137 2
                                    

Matanya mengerjap. Cahaya menyilaukan mengusik netra yang baru terbuka. Rasa pening mendera kepalanya seketika.

Rascha menatap seisi ruangannya. Nampak berbeda dari kamar kos dengan dinding berminyak yang biasa di dapatinya setelah membuka mata di pagi hari. Kamar ini terlampau bersih dengan warna putih perpaduan kuning gading. Kasur king size dengan sprei lembut melengkapi.

Dan..

Kenapa pakaiannya berubah?? Rascha meraba kepalanya. Kemana pashmina yang dia kenakan setelah hujan deras ... Tunggu, kapan itu terjadi?

Rascha hendak turun dari kasur sebelum kepalanya kembali di dera rasa pening yang teramat sangat menyakitkan. Itu terjadi, bertepatan dengan seorang wanita yang memasuki kamarnya.

"Oh astaga.. Kau sudah bangun.." Ucapnya mendekat dengan sebuah nampan berisi makanan. Rascha menatap bingung dan beringsut mundur sedikit mewaspadai.

Tak disangka, wanita di depannya malah terkekeh geli. "Tenanglah.. Adikku yang membawamu kemari.. Karena dia bilang kau pingsan kemarin.."

Rascha mengerutkan dahi bingung. "Pingsan? Kemarin?"

Wanita itu, mengangguk. "Oh.. Berhubung pashminamu basah.. Aku yang menggantikannya. Sementara kau pakai ini dulu.. Ini milikku.." Ia menyodorkan sebuah hijab instan berwarna abu kearah Rascha.

Gadis itu, menerima dengan senang hati kemudian, langsung memakainya dengan cepat. "Agak kurang nyaman ya.. Jika kau tidak pakai jilbab di depan orang yang tak kau kenal??" Rascha mengangguk.

"Oh.. Ini makananmu.. Kubuatkan sup dengan nasi hangat. Ada potongan buah apel dan teh.. Mau kusuapi?"

"Ah.. Tidak perlu.. Mengenai kemarin, yang kau maksud adik siapa?"

Wanita itu terkejut. "Bukankah kau mengenal Akbar dengan baik?"

Rascha mengerjap dan menggumam pelan. Sejak kapan ia punya teman bernama Akbar? Selama ini yang ia kenal hanya Djennar, beberapa anak kampus lain tidak memiliki nama demikian.

" Dia bilang kau temannya.." Lanjut wanita barusan dengan wajah ikut berpikir.

"Teman? Lagipula siapa Akbar?"

"Jangan bercanda.."

"Sa.. Saya serius.. Kemarin badai dan Saya diajak untuk kembali ketika.." Bibir Rascha kelu mengingat Brian. Matanya berubah sendu dan dengan cepat menggeleng untuk kembali mengabaikan pria brengsek kemarin. Matanya menatap tepat dimanik mata wanita di depannya.

"Pukul berapa sekarang.. Saya harus pulang.."

"Eh.. Setidaknya makan dulu.. Baru kau boleh pulang. Kesehatanmu tidak cukup baik gadis kecil.." Ucap wanita itu mengaduk sayuran. "Kemarin kau di periksa dan kelelahan, stres ringan juga bisa membuat kamu lebih sering pingsan.."

Rascha memegang pelipisnya pelan. "Ini masih membuat saya bingung.."

Wanita dihadapannya tersenyum. "Kau bisa menceritakan kronologi kemarin kepada ku.." Rascha terdiam sesaat dan menatap raut keyakinan dari wanita di depannya.

Ia menarik napas dalam dan menghebuskannya perlahan. Mengalirlah cerita yang diaminya kemarin hingga badai dan pertemuannya dengan seorang pria yang mengenakan mobil putih.

"Apa pria dengan mobil putih itu yang bernama Akbar?"

Wanita di depannya mengangguk. "Dia adikku.. Namaku Akira, kita berbincang tanpa berkenalan.."

Rascha tersenyum tipis. "Rascha.." Keduanya bersalaman dan saling melempar senyum.

"Namamu cantik.." Puji Akira sambil mengusap kepala Rascha pelan. Ia berdiri dan meregangkan tubuhnya. "Makanlah.. Aku harus keluar sebentar.."

sourires AKBARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang