14. 💞 Saya Di Gosipkan? 💞

641 81 1
                                    

Rascha tak kuasa menahan senyuman. Entahlah, ucapan Akbar barusan membuat perutnya tergelitik. Gadis itu, mengangguk-angguk. Kemudian, segera berdiri.

"Saya pamit ingin ke kubikel.."

Akbar mendesah kecewa. "Maaf.. Aku bertingkah egois tadi pagi.."

"It's okay.. Saya juga bersalah kok.."

Akbar memandang kearah Rascha denga sendu. Ia tidak mengharapkan ini terjadi diantara keduanya. Pria itu, ingin Rascha lebih lama bersamanya. Tapi, kenyataan berkata lain. Gadis itu malah harus pergi karena peraturan kantor. Tidak mungkin juga berlama-lama ada di ruangan atasannya begini bukan?

"Cha.."

Rascha tertegun dan menoleh lagi ketika tubuhnya sudah ada di ambang pintu. Gadis itu, mengerjap saat Akbar memanggil namanya. Itu karena Akbar jarang memanggilnya dengan enteng bahkan terdengar bersahabat!

"Kamu mau kan pergi ke pernikahan Brian denganku?"

"Kenapa?" Rascha menundukkan kepalanya. "Kenapa kamu mau kesana dengan saya?"

"Aku tidak mungkin mengajak Akira..."

Ada raut aneh diwajah Akbar ketika mengatakan nama saudarinya. Rascha menengguk ludahnya. "Akan saya pikirkan lagi.."

Akbar mengangguk antusias setelah kepalanya terdongak. Pria itu tidak tersenyum dan berdecak puas atas jawaban wanita yang saat ini telah berlalu.

Ia tahu kalau Rascha bertemu Brian tadi malam. Kalau bukan Freya yang mengirim foto kepadanya. Lagipun, wanita itu nampak sangat membenci Rascha karena Brian kurang peduli padanya.

-----

Malam itu Akbar memang mengantar Rascha. Tapi, ketika sudah sampai di depan rumah. Ia mendapatkan pesan dari Freya lewat sebuah e-mail. Akbar mengurungkan niatnya untuk membuka pintu dan memilih untuk diam membuka e-mail tersebut.

Entah kenapa saat itu perasaannya tidak enak. Freya tidak pernah mengirimkan apapun padanya. Kecuali Ayahnya yang memang pengusaha sukses itu yang menghubungi Akbar. Itupun tidak semalam ini dan tidak membahas apapun kecuali rapat kantor.

Akbar membulatkan matanya terkejut ketika melihat sebuah foto disana. Pria itu, mengepalkan tangannya pada gagang pintu dan mendesis kesal.

Akbar hendak kembali ke kosan Rascha kalau saja Akira tidak mendepak kepalanya dengan kemoceng. Wanita itu, bahkan menjewer telinganya kuat-kuat karena tidak mau mendengarkan.

"Kamu tuh! Udah selarut ini masih mau ke kosan Rascha!"

"Aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja!"

Akira mendesah lelah dan menarik Akbar duduk di sofa. "Kau tahu?"

"Tidak!!" Ketus Akbar.

"Diamlah dan dengarkan kakakmu ini! Kau tidak perlu secemas itu pada Rascha. Kalau pesan yang kau dapat itu dari Freya, bukankah gadis itu ada disana memantau kekasihnya!"

Akbar menatap tajam Akira dengan wajah tertekuk dan tubuh menegang di sofa. Ia tidak bisa melemaskan tubuhnya pada sandaran sofa karena terlalu cemas.

"Wanita itu tidak akan membiarkan Rascha dan Brian ada pada satu situasi yang sulit dijelaskan. Dia pasti sangat mencintai Brian sampai kemanapun harus diikuti.."

Akbar mendesah lelah. Ia mengiyakan apa yang diucapkan oleh Akira. Ada benarnya juga apa yang diucapkan wanita itu. Rascha terlampau cuek dan bukankah saat di Cafe ia melihat kesungguhan Rascha meski sedikit ada keraguan. Tapi, setidaknya gadis itu mencoba berubah.

sourires AKBARKde žijí příběhy. Začni objevovat