Part 58: Xiahou Dun Versis Hinata Asakura (2)

115 19 1
                                    

          "Hinata-sama, We have got the black unicorn. Now, we are going to our ship," kata Elizabeth.

Hinata tersenyum dan membuat pesan untuk semua teman-temannya, "My friends, please return to our ship safely and wait me there. Ezio and Kyoka, please hold Beethoven and Jay little longer. Elizabeth, tell me if the ship reach 100 meters away from the beach. We must not allow three Immortals reach the ship."

"Allright, Hinata," kata Ezio.

"Wakarimashita, Hinata-sama," kata Kyoka.

Paladin tidak mengetahui bahwa unicorn hitam telah direbut. Para penjaganya sudah dilumpuhkan oleh Elizabeth sehingga tidak ada yang mengabari para Immortal. Yang mereka tahu sekarang hanyalah bertahan sebisa mungkin hingga unicorn hitam masuk ke Angel's Tears.

"Nani ga okashi, Hinata-san?? (Apanya yang lucu, Hinata?) " kata Dun melihat Hinata tersenyum aneh.

Malam sudah menyelimuti pulau dan dua petarung kuat ini masih berdiri tegak. Tentu di malam hari pertarungan lebih sulit karena Dun dan Hinata hanya mengandalkan cahaya buatan dari sihir-sihir mereka. Tidak ada tanda-tanda salah satu dari mereka akan menyerah. Dua pihak sama-sama kuat. Bahkan medan pertarungan berserakan senjata-senjata jarak dekat. Mereka sama-sama berpikir jika mengalahkan lawan yang ada di hadapan mereka, maka untuk mendapatkan Black Unicorn akan lebih mudah. Sekarang Hinata lebih ofensif karena kemampuan para Dark Path yang mampu meregenerasi energi dengan cepat. Sedangkan Dun yang tadinya ofensif kini semakin defensif. Meski Immortal, Dun tidak bisa meregenerasi energi semudah kaum Dark Path.

"Kalau melawan Black Banquet, semua akan defensif pada waktunya, ya," kata Dun yang terengah-rengah sambil tersenyum.

"You are so fuckin strong, Dun-san!" Hinata pun juga tak kalah lelahnya. Meski dia bisa meregenerasi energi dengan cepat, tetap saja regenerasi staminanya hanya sedikit lebih cepat daripada manusia.

"I am not strong enough ... if I can't beat you, Hinata-bitch!"

"Can you escape your dead?" Hinata mengaktifkan pengendalian listrik biru di katana hitamnya.

"Only blue lightning??? Are you serius? I will absolutely escape my dead and punch your cute face/"

Bukannya menembakkan listrik ke arah Dun, Hinata malah menembakkan ke tumpukan senjata Dun di tanah. Kemudian suasana hening. Tidak ada serangan mematikan seperti ancaman Hinata sebelumnya. Hinata sendiri tetap berdiri di tempat. Tersenyum sambil menikmati sebatang coklat.

Pengalaman bertarungnya sejak Era Tiga Kerajaan membuat Dun sadar. Ada yang tidak beres dengan aksi Hinata barusan. Ditambah lagi Hinata yang mengaktifkan Eyes of Dark Path tidak bergerak sedikit pun. Seolah-olah sengaja memancing agar Dun menyerangnya. Tapi Dun tetap siaga. Dia tidak berani melangkah maju. Yang dia lakukan hanyalah membekukan uap air menjadi es dan menembakkannya ke Hinata.

"Is that all you got?" Hinata memprovokasi setelah berhasil menghancurkan bongkahan es Dun dengan serangan listriknya.

Dilema melanda hati dan pikiran Dun. Dun tahu Hinata sedang mengisi energinya. Jika Dun tidak menyerang Hinata, maka energi akan terisi penuh dan Hinata akan menjadi tidak terkalahkan. Jika dia menyerang maka apapun jebakan Hinata akan muncul. Dun pun menciptakan kubus es besar dan menimpakannya ke tanah antara dirinya dan Hinata.

Begitu kubus es itu menyentuh tanah, puluhan pedang yang berserakan di tanah tadi langsung bergerak dan menusuk es besar tadi. Dari pangkal puluhan gagang pedang itu mengeluarkan seperti tentakel listrik yang terhubung dengan pedang hitam Hinata.

Julio and Black UnicornWhere stories live. Discover now