Part 29: Mansion

448 49 15
                                    

Dari dalam mansion, Dun berteriak memanggil Julio dan Dita. Dua manipulator junior itu langsung berdiri dan masuk. Hampir melewati pintu rumah, Julio mengerem langkah dan meraih tangan Dita. Dita pun bertanya-tanya kenapa Julio seperti itu. Dun yang paham maksud dan tingkah Julio, menggelengkan kepalanya.

"Aman, kok," jawab Dun, "Tidak ada jebakan sihirnya. Aku saja bisa masuk."

"Enaknyaaaaa!!!" kata Julio yang melemparkan tubuhnya ke sofa di ruang tamu, "Habis bertarung habis-habisan terus tiduran di sofa sangatlah enak!!"

"Kalian berenam istirahat saja dulu," kata Beethoven, "Aku dan Dun harus menyelidiki dan membersihkan rumah ini dulu."

"Mansion ini terlalu luas. Bolehkah aku ..." kata Adel.

"Tidak!!" jawab Dun, "Istrihat saja dulu. Kita tidak tahu ada apa di mansion ini. Aku tidak mau jika kau harus menghadapi sesuatu yang muncul dalam kondisi lelah. Jaga pintu depan jika para Scarab Circle itu ingin mengambil rumah mereka kembali."

Sesuai pendapat Adel, mansion ini memang terlalu luas jika diselidiki oleh dua orang. Luasnya hampir setengah lapangan sepak bola. Di bagian depannya ada tiga lantai dan belakang ada dua lantai. Ada sebuah menara berlantai empat di tiap sudutnya. Fasilitasnya lengkap mulai dari jumlah kamar, makanan, kesehatan, ruang penelitian dan lain-lain. Seolah-olah mansion ini dirancang untuk orang banyak. Daripada mansion, tempat ini lebih cocok disebut markas. Memang Adel ada benarnya, tapi Dun tidak mau terjadi sesuatu pada muridnya.

"Aku khawatir, Dun, jika kita tak sengaja menginjak tombol rahasia, lalu ada sesuatu yang terbuka," kata Beethoven, "Seperti dalam film-film."

"Gara-gara kau berkata seperti itu," kata Dun, "Imajinasiku malah menari-nari tak karuan."

"Jangan salah. Imajinasi itu adalah pangkal segala kreasi."

"Kalimatmu mirip Da Vinci. Dia mengatakan hal itu padaku ketika kami menghadiri pameran seni di Milan. Mentang-mentang kalian sama senimannya."

"Coba lihat apa ini?" kata Beethoven yang berhenti di depan tangga.

Beethoven memungut sebuah koin emas yang diameternya sebesar telapak tangan. Di sisi kepala berukirkan seorang pria dengan mahkota daun dan tulisan "AVGVSTVS" yang merupakan kaisar Romawi pertama. Di sisi ekor, berukirkan seekor elang yang di bawahnya ada tulisan "SPQR" yang merupakan kepanjangan dari Senatus Populusque Romanus. Dilihat dari bentuk dan ukiran-ukirannya, tentu saja koin berasal dari era Kekaisaran Romawi. Ditambah lagi ukiran seorang pria bernama Augustus yang sangat dikenal oleh Dun dan Beethoven. Tapi koin emas itu lepas dari tangan Beethoven ketika dia terkejut mendengar suara tikus. Koin emas itu jatuh dan masuk ke sela-sela sebuah pintu.

Di bawah tangga di bagian tengah rumah, dua Immortal itu mendapati sebuah pintu yang mengarah ke bawah tanah. Sebuah pintu besi yang diganjal oleh tiga batang besi dan sebuah lilitan rantai. Tanpa pikir panjang, Dun membuka semuanya.

"Duh!! Kenapa disegel segini ketatnya???" keluh Dun. Meski Dun ahli mengendalikan logam, tetap saja tidak mudah untuk mengurai lilitan rantai.

Dua Immortal itu hanya melihat kegelapan yang pekat di dalamnya. Mereka tidak bisa melihat apapun. Plus bau khas ruang bawah tanah yang menyengat menusuk hidung mereka. Ditambah bau bangkai yang sedikit anyir.

"Seandainya kita mengajak Axel tadi," kata Beethoven, "Pengendalian apinya pasti berguna."

"Tidak perlu," kata Dun yang merapalkan mantra dan dari ujung tongkat sihirnya mengeluarkan cahaya.

Julio and Black Unicornजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें