Part 18: Julio dan Mitha

531 46 0
                                    

Di waktu yang bersamaan dengan penyerangan Serpente ke rumah Mieszko, Julio dan Mitha berjalan-jalan di mall. Julio memang berjanji pada Mitha untuk menemani gadis itu belanja. Sementara Mitha menganggap ini adalah kencan dengan cowok yang disukainya. Seolah-olah malam yang indah bagi Mitha. Tapi sebenarnya tidak begitu.

Mitha terlihat sebal dan penasaran. Gadis itu bertanya-tanya kenapa Julio dari tadi terdiam dengan kening berkerut. Seperti memikirkan sesuatu. Orang-orang yang lewat, keramaian mall seolah tidak bisa merusak konsentrasi Julio. Coba-coba, Mitha melingkarkan tangannya ke lengan kiri Julio. Bibir Mitha langsung mengerucut karena Julio tidak bergeming sedikitpun. Bahkan selama tiga menit, Julio tetap diam.

"JULIO!!!" kata Mitha seraya menyengat lengan kiri Julio dengan tulang runcingnya.

"ADUH!!" Julio tersentak, menjauh dari Mitha, "Apaan, sih, Mit?"

"Diam melulu. Mikir apa, sih?"

"Mikir rencana penyerbuan pada Mieszko,"

"Tidak memikirkanku?"

"Kenapa dipikir? Kau kan sekarang ada di sisiku,"

"Kau sekarang ada di sisiku" seolah merupakan kalimat manis dan romantis. Kalimat yang normalnya mampu membuat hati Mitha melayang menembus langit-langit mall. Tapi nyatanya Mitha tetap biasa saja. Karena gadis itu tahu bahwa cowok yang disukainya ini sangat tidak peka untuk urusan hati.

Julio menatap muka Mitha dalam-dalam, kemudian berkomentar, "Wajahmu seperti cewek yang marah ke cowoknya."

"Memangnya kenapa???" kata Mitha yang membenarkan komentar Julio secara tidak langsung.

Julio tertawa dan menarik pipi Mitha, membuat wajahnya seolah tersenyum, "Jangan begitu, nanti cantiknya luntur, lho."

"Biarin!!" jawab Mitha ketus.

"Oke! Oke! Ajak aku ke tempat yang kau inginkan!"

Senyum Mitha mengembang. Dia langsung menggandeng tangan kiri Julio dan mengajaknya ke suatu tempat. Dua menit berjalan mereka baru sampai di gamezone. Suara-suara game dan suara sorakan orang-orang terdengar sangat nyaring. Mitha mengeluarkan kartu dari dompet dan menunjukkan ke Julio.

"Baru aku isi," Mitha menyeringai.

"Ah, sini. Aku ingin main ...," kata Julio seraya berusaha meraih kartu dari tangan Mitha.

"Nanti dulu," Mitha tidak membiarkan Julio merebut kartu dari tangannya, "Tidak ada pengendalian perak, tidak ada pengendalian air dan tidak ada pengendalian tulang. TIDAK ADA KECURANGAN!!!"

"Oke. Oke. Aku paham itu."

Tiba-tiba ponsel Julio berdering. Julio buru-buru mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menghubunginya yang ternyata Sandra. Dia langsung menerima sepupunya yang dari SID itu.

"Halo, sepupu,"

"Halo, Kak Julio. Langsung saja ya," kata Sandra.

Sandra menceritakan keperluannya ke Julio. Julio mendengarkan penuh perhatian. Sementara Mitha menatap Julio dengan tatapan sebal seperti sebelumnya. Pikirannya dipenuhi kecurigaan ketika mendengar suara cewek dari ponsel Julio.

"Siapa?" tanya Mitha.

"Sandra," jawab Julio yang tentunya membuat hati Mitha lega.

"Hah? Kakak sedang sama siapa?" tanya Sandra.

"Bersama Mitha. Ini lagi di mall," jawab Julio.

Tawa Sandra meledak, "Kakak sedang kencan, ya? Ah sepertinya aku menggangu."

"Kencan apanya??!!"

"Aku ingin bicara dengan Kak Mitha."

Julio memberikan ponselnya pada Mitha. Beberapa detik kemudian, Mitha menjauhi dirinya. Julio bersandar di pilar gamezone. Sambil bersandar, Julio mengamati Mitha. Dia mendapati sahabatnya itu melirik ke dirinya berkali-kali. Entah apa yang dibicarakannya. Julio mencoba berprasangka baik. Siapa tahu Mitha menceritakan misinya pada Sandra. Obrolan para gadis memang rumit.

"Bagaimana hubungan kakak dengan Kak Julio?" tanya Sandra.

"Tetap. Malah akhir-akhir ini sedikit menurun," desah Mitha sambil melirik Julio dengan tatapan sebal, "Sebelum ada misi bernama Black Unicorn ini, sebelum dia berhadapan dengan Serpente dan Scarab Circle, kami masih sering kumpul bareng. Bahkan ketika kami masuk mall ini, dia tetap diam hanyut dalam pikirannya akan Serpente dan Scarab Circle. Menganggap aku seolah tidak ada."

"Bukankah kalian satu band?"

"Ya. Dan di saat main band itulah saat yang paling baik untuk bergabung dengan Julio. Kami memang tidak bisa sepenuhnya berdua. Tapi, paling tidak, aku bersyukur masih ada kesempatan dengannya. Masih ada kesempatan untuk menatap wajah gantengnya," Mitha mengucapkan kalimat terakhir dengan tersipu dan tawa kecil.

Sandra juga membalas tawanya, "Kak Julio memang susah peka. Payah pokoknya. Ada cewek secantik Kak Mitha malah dicuekin. Kenapa Kak Mitha tidak mengungkapkan perasaan saja kepadanya? Siapa tahu jika ternyata dia juga suka kakak."

"Hmmm ... pertama, aku tidak pernah mengejar-ngejar cowok. Akulah yang dikejar-kejar. Kedua, aku tidak tahu apakah Julio juga suka padaku atau tidak. Iya kalau dia suka aku, kalau tidak?"

Tawa Sandra langsung meledak, "Kalau nuruti gengsi jadinya susah begini."

"Tenang, aku kan punya Adel. Dia penghubungku dengan Julio."

"Pernah menggandeng tangannya?"

"Pernah, sih. Sering malah. Tapi dia tidak bergeming. Karena Adel juga sering menggandeng tangannya. Mungkin, Julio mengira hanya gandengan tangan persahabatan saja. Dia tidak tahu bedanya."

"Sudah cerita ke Kak Adel tentang ini? Menurutnya bagaimana?"

Mitha mengerucutkan bibir, "Gadis itu malah mentertawakanku."


Julio and Black Unicornحيث تعيش القصص. اكتشف الآن