Part 10: Garage Knight

1.2K 89 40
                                    

"Mundur! Mundur!" teriak Julio pada Andre dan Adel, "Kita tidak mampu menghadapi makhluk itu!"

"DUN!!! DIMANA DUN???" teriak Adel.

"Dia meninggalkan kita???" kata Andre yang tidak mempercayai ucapannya sendiri.

Hanya ada hutan di sekeliling Julio, Andre dan Adel. Tidak ada Dun yang menjadi pemandu. Tidak ada jalan setapak untuk keluar. Semuanya hanya ada pohon jati dan rumput-rumput. Tidak ada cahaya matahari karena diselimuti oleh mendung yang sangat pekat dan gelap. Tidak tahu mana utara, selatan, timur dan barat. Mereka bertiga kehilangan arah untuk kabur dari Hydra berkepala empat yang siap menyantap kaki-kaki mereka. Keputusasaan melanda para manipulator.

"Mungkinkah kita mengalahkan Hydra?" tanya Adel.

"Mungkin saja jika kita punya api," jawab Andre, "Sehebat apapun kita, kita perlu api untuk membunuh Hydra."

"Setelah kita mengalahkan Hydra, apa yang akan kita lakukan? Dun menghilang dan kita tidak tahu mata angin! Hutan ini juga seperti tidak ada ujung!" tanya Julio.

Andre menoleh ke belakang untuk menghitung jarak antara timnya dan Hydra. Sial baginya karena kakinya tersangkut dan akibatnya Andre jatuh tersungkur. Julio dan Adel berbalik untuk menolong sahabat mereka. Sayangnya mulut-mulut Hydra jauh lebih dekat dan cepat. Hewan mitologi berkepala empat itu mengoyak semua kaki dan tangan Andre. Tanpa sengaja, Andre yang tinggal tubuh dan kepala terjatuh ke tanah.

Dengan berlinang air mata, Andre berteriak, "MAAFKAN SEMUA KESALAHANKU!!! PERGIIII!!! CEPAT PERGIIII!!!"

Adel yang menangis tersedu menghentikan langkahnya. Pasir-pasir berkumpul di sekelilingnya dan membentuk empat piramid besar yang mengepung Hydra dari belakang, depan, kanan dan kiri. Daripada disebut pertaruhan, tindakan ini lebih tepat disebut bunuh diri. Tapi yang ada di otak Adel hanyalah membunuh Hydra. Tak peduli bagaimana caranya. Tangisannya semakin nyaring ketika melihat senyuman terakhir Andre sebelum Andre meluncur ke lambung Hydra.

"HENTIKAN!!! ADEL!!! KEMBALI!!!" teriak Julio yang berusaha mempertahankan mentalnya dari kegilaan dan kesedihan ini, "TIDAK MUNGKIN KAU BISA ..."

Kegilaan dan kesedihan ini terjadi dalam waktu cepat. Julio tidak bisa melihat Adel dan Hydra untuk sesaat. Hanya terdengar raungan Hydra. Area di depannya hanya diselimuti oleh debu-debu pasir yang berterbangan. Julio menyipitkan mata agar tidak terkena debu pasir. Sambil harap-harap cemas Adel muncul dari kekacauan dan meraih kemenangan atas Hydra.

Adel benar-benar muncul. Sayang hanya kepala Adel saja yang terlempar ke dekat kaki Julio. Darah keluar dari mulut Adel. Linangan air mata masih membekas di pipi gadis itu. Julio merasa dunia dan waktu ini berhenti sesaat. Isi kepalanya menguap dan kosong.

Kegilaan menular ke Julio. Dia tidak bisa mempertahankan kewarasannya. Memakai seluruh energinya, Julio melapisi seluruh tubuhnya dengan perak. Puluhan bola-bola air muncul di udara. Seperti yang dilakukan Adel, Julio berniat melakukan pertaruhan terakhir disertai rasa amarah yang besar pada Xiahou Dun.

"ANJING KAU, DUUNNNN!!!!" teriak Julio disertai tangisan. Kemudian dia terbatuk dan terbangun dari mimpinya.

Apa yang didapati Julio ketika terbangun membuatnya terkejut. Dia melihat Mitha dan Adel berjongkok di dekatnya. Mata mereka berkedip-kedip dan terus mengamati Julio. Tidak peduli dengan Mitha, Julio langsung memeluk Adel sambil menangis tersedu-sedu. Adel balas memeluknya sambil tertawa senang.

"Syukurlah! Kau masih hidup! Syukurlah!" tangis Julio.

"Ngomong-ngomong, kau habis mimpi apa?" tanya Adel yang segera melepaskan pelukannya karena melihat wajah marah Mitha, "Apa salah Dun terhadapmu?"

Julio and Black UnicornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang