Part 31: Pertemuan Serpente

452 50 15
                                    


Gyula, Garla dan Kyoka berdiri di koridor tanpa mengucapkan sepatah katapun. Mereka berdiri menatap lantai sambil menahan kecemasan yang melanda pikiran. Bagaimana tidak, setelah ini Ezio dan Hinata akan mengevaluasi dua kegagalan yang berturut-turut. Mereka menunggu Ezio yang sedang berdiskusi dengan rekan bisnisnya.

Lima belas menit dalam keheningan, akhirnya ruang kerja Ezio terbuka. Keluarlah seorang vampire wanita dengan rambut pirang yang sangat panjang. Dengan tas hermes dan gaun mahal, penampilannya seperti para sosialita. Dia menatap tiga sosok frustasi di koridor. Ketika matanya beradu dengan mata hitam Kyoka, dia bergidik dan menunduk. Kemudian vampire itu bersalaman dengan Ezio lalu bergegas pergi.

"Masuklah!" Perintah Ezio pada tiga sosok frustasi setelah rekan bisnisnya tidak terlihat lagi.

Gyula, Garla dan Kyoka masih dilanda kecemasan. Mereka dipersilahkan duduk di hadapan meja dan empat cangkir kosong. Ezio menutup pintu lalu duduk di hadapan mereka. Mereka menelan ludah karena ketakutan. Wajar saja karena dua penyerbuan ini, kerugian biaya ditaksir mencapai lima puluh ribu rupiah. Belum lagi perhitungan kerugian personil.

Gyula mengamati kondisi ruang yang hanya diterangi oleh cahaya bulan ini. Garla dan Kyoka dari tadi hanya menunduk menatap cangkir teh. Seolah menatap cangkir teh, tapi Gyula tahu pikiran mereka menerawang jauh. Memprediksi kalimat-kalimat pertanyaan dari Ezio dan Kyoka beserta jawabannya. Sedangkan Ezio dan Hinata terlihat santai. Ezio sibuk meracik teh cengkeh ke teko. Hinata yang duduk sejauh sepuluh meter di belakang Ezio, sibuk menghembuskan asap tembakau. Seperti sebelumnya, Gyula tidak bisa melihat wajah Hinata. Yang terlihat hanya asap yang diterangi cahaya bulan dan bara api yang menyala di kegelapan.

Ezio menuangkan teh ke empat cangkir kosong. Kemudian dia menyandarkan punggungnya ke kursi lalu berkata singkat, "Ceritakan ..."

Setelah terbisu selama beberapa detik, akhirnya Gyula yang bercerita. Ceritanya sangat detail. Membuat Kyoka kebingungan karena menurut gadis itu, seharusnya yang tidak perlu ditutupi saja. Kekalahan mereka memang memalukan. Tapi menceritakan semuanya terlalu detail membuatnya tambah memalukan.

"So, everything got uncontrolable after Dun and Beethoven appear?" tanya Hinata.

"Positive. We must fell back to avoid total destruction of our troops," kata Kyoka.

"Yes. I agree in that point," kata Ezio, "But, you have one fatal mistakes. First, why Gyula and Garla have to faced Mieszko? Kyoka, you are strong. Even Gyula and Garla can't defeat you if they team up."

"I know. I am stronger than Gyula and Garla," jawab Kyoka, "But, one cerberus and three minotaurs are stronger than one crystal manipulator."

"Clear," kata Hinata, "You overestimated the mythic beasts and underestimated Mieszko. At first, yes, you must defense your troops againts cerberus. But after Gyula and Garla defeated magicians who manipulate the cerberus, you should change. Mieszko will be killed and we can seize the Black Unicorn. And then, easier to defeat, or at least, push back the Paladins.

Penjelasan Hinata yang masuk akal cukup membuat mereka bertiga terdiam. Kalau saja bertukar posisi pada waktu itu, banyak hal yang bisa dihindari. Mereka tidak perlu bertarung melawan Mieszko hingga sekarat, hanya kehilangan sedikit pasukan, menahan para Paladin dan yang terbaik adalah memenangkan pertempuran.

"Ada lagi?"

"Kare wa watashitachi ga koko ni iru koto o shitte iru, Hinata-sama (Xiahou Dun tahu kita di sini, Nona Hinata)," kata Kyoka. "Dono yo ni? (Bagaimana?)" tanya Kyoka balik. "Wakaranai. Watashi wa chōdo sore to tatakau... Soshite.. (Tidak tahu. Aku hanya melawannya ... lalu ...)," jawab Kyoka. "Rikaisareta. Heapin desu, Kyoka-chan (Dari jepitan rambut yang kuberikan padamu, Kyoka)," kata Hinata sambil menghembuskan asap. "Anything else?" tanya Ezio lagi.

Julio and Black UnicornWhere stories live. Discover now