Part 41: Pulau Srayuda-21

317 51 1
                                    

Hembusan dan siulan angin terdengar ketika para anggota Paladin terdiam dan terbelalak sejenak. Mereka disambut sebuah pemandangan yang cukup membuat terkejut. Di depan mereka, ratusan srayuda tewas mengenaskan. Beberapa dari mayatnya ada yang termutilasi. Tangan, kaki, potongan kepala, isi perut tercecer di segala tempat. Bagian tubuh para srayuda seperti terlempar ke segala arah. Ada pula mayat yang kulitnya melepuh secara misterius. Melepuh hingga menembus tulang. Tanah lapang di depan mereka kini becek oleh darah. Bau anyir darah menusuk-nusuk hidung para manipulator. Mayat para srayuda saling bertumpukan. Mata mereka terbelalak ketakutan. Sesuatu atau seseorang telah membantai semua srayuda di pulau ini dnegan cara yang cukup kejam.

"Siapapun yang melakukan pembantaian ini, dia pasti sangat kuat," kata Julio.

"Siapa kira-kira? Lu Bu dan Immortal jahat lainnya? Atau Black Banquet seperti Cain atau Kuntzen atau Elizabeth?" tanya Axel, "Atau jangan-jangan para Nazi."

"Semuanya memungkinkan," kata Septian yang dari tadi diam, "Tergantung apakah mereka memiliki kepentingan di sini."

"Oh, ayolah, kawan," kata Dita, "Buat apa mereka di sini? Bagi mereka, terutama para Nazi, sekumpulan srayuda tidak berarti apa-apa. Kecuali jika ada alasan dendam."

"Bagaimana jika bukan srayudanya? Tapi karena ada pihak lain yang menginginkan unicorn hitam. Misal ternyata ada pemain keempat setelah Paladin, Serpente dan Scarab Circle."

"Serpente ...," jawab Julio dan Dun bersamaan. Mereka berdua langsung menceritakan pengalaman ketika kebetulan bertemu dengan Ezio di bandara.

"Wah, kalau begitu kita keduluan, dong," kata Sandra, "Tidak ada gunanya lagi di sini."

"Tidak, Sandra," kata Dun, "Paling tidak, kita bisa mendokumentasikan dan menginvestigasi kejadian ini. Ada yang bawa ponsel? Pastikan baterainya masih banyak. Kita perlu dokumentasikan kejadian ini."

Pembagian tim investigasi dimulai. Tim dibagi lima. Satu tim membantu Dun untuk merekam dan menyelidiki penyebab pemandangan yang mengerikan ini. Empat tim sisanya berusaha mencari srayuda yang kira-kira masih hidup ke empat mata angin. Julio dan Sandra masuk ke tim yang mencari srayuda. Dua saudara sepupu itu berusaha mencari sedetail mungkin. Namun hasilnya nihil. Yang ada hanya mayat dan bau kematian. Bau kematian memancing kedatangan gagak-gagak sehingga memudahkan para Paladin untuk mengidentifikasi. Burung-burung pemakan daging itu mematuki tubuh-tubuh srayuda. Tidak tubuh srayuda yang bergerak satu pun. Saking anyirnya, para manipulator sampai menutupi hidung dengan benda seadanya. Bahkan Adel sampail berlari ke pepohonan dan muntah-muntah.

"Kau hamil anakku???" canda Andre.

"Enak saja!!" kata Adel, "Belum waktunya!!"

"Ah, kelamaan," kata Sandra yang mulai melihat hantu. Dia berniat untuk bertanya pada para hantu tentang apa yang baru saja terjadi di pulau ini. Namun para hantu di sini menggunakan Bahasa Sansekerta yang sangat kuno yang susah dipahami. Bahkan Jay pun juga sudah mencoba dan hanya mengerti sedikit-sedikit.

"Bagaimana??" tanya Marcell pada Jay.

Jay malah keheranan, "Mereka tidak melihat satu manusia pun di sini sebelumnya. Tapi para hantu memperingatkan kita agar pergi dari pulau ini. 'Hewan itu' masih berada di sini."

"Kalau begitu bukan Serpente???" tanya Putra.

"Hewan apaan?" tanya Marcell.

Bianca yang tadi mencari di hutan kelapa kini tiba-tiba muncul. Dia berkata pada semua manipulator bahwa Rangga menemukan satu srayuda yang masih hidup. Semua manipulator buru-buru berlari mengikuti Bianca menuju hutan kelapa. Tapi tetap saja lari mereka susah karena ratusan mayat srayuda yang terbaring menghalangi jalan. Mereka juga mencincing celana agar tidak terkena percikan darah.

Julio and Black UnicornOn viuen les histories. Descobreix ara