Part 30: Eathemall

485 55 15
                                    

Sekarang sudah tiga hari setelah pertempuran. Julio, Andre dan Adel memasuki kafe bernama Eathemall. Sesuai janji, tiga sekawan itu memasuki kafe di sisi barat kota Jogjakarta pada pukul delapan. Ketika baru masuk, mereka melihat Dun duduk bersama seorang wanita. Entah siapa wanita itu. Yang jelas mereka bertiga tahu bahwa wanita itu bukan istri gurunya.

Julio dan timnya duduk di meja yang agak jauh dari tempat Dun. Posisinya juga membelakangi Dun. Sambil memilih menu, mereka berbisik-bisik membicarakan gurunya yang sedang berduaan dengan wanita.

Wanita itu luar biasa cantik dan anggun. Make upnya tidak terlalu tebal. Adel menebak mungkin karena wanita itu percaya diri dengan wajah naturalnya. Hanya lip balm yang memoles bibirnya dan kacamata hijau yang menghiasi wajahnya. Rambut panjangnya dibiarkan terurai hingga ke punggung. Dia memakai baju putih dan rok hitam khas dokter. Di lehernya terkalung sebuah stetoskop. Tidak hanya cantik, wanita dokter itu seperti memiliki aura yang tidak dipahami oleh para murid Dun.

Tanpa sengaja Dun menoleh ke murid-muridnya. Dia melambaikan langsung melambaikan tangan. Wanita itu juga langsung menoleh ke para murid Dun. Tiba-tiba saja wanita itu berdiri, bersalaman dengan Dun dan beranjak pergi. Dia tersenyum ketika melewati Julio, Andre dan Adel. Mereka bertiga membalas senyumnya dan melihat dia keluar kafe sebelum pindah ke meja Dun.

"Siapa wanita itu?" Tanya Andre.

"Istri keduamu?" Timpal Adel.

"Ngawur," jawab Dun, "kalian pasti tahu Ratu Laut Selatan kan?"

"Tidak mungkin dia ...," sergah Julio, "Gayanya terlalu kekinian. Lagi pula si ratu kan makhluk halus."

"Manusia biasa mengenalnya sebagai makhluk halus. Tapi aktualnya, dia Immortal sepertiku, kok."

"Immortal??" Tiga murid Dun menatap tidak percaya.

Dun mengangguk, "Dulu dia putri raja. Kerajaan Sunda kalau tidak salah. Kalian kan orang Indonesia asli, masa tidak tahu kisahnya?"

Murid-murid Dun menggeleng bersamaan, "Tidak."

"Ya sudah tidak apa. Lagian juga tidak terlalu penting. Oh iya, maafkan aku baru menghubungi kalian. Setelah beberapa hari yang lalu kita berurusan dengan Harry dan Megan, kini aku harus menemui manipulator dari Jepang dan Soviet."

Dun menjelaskan pertemuannya. Dua orang manipulator Jepang langsung datang ke Indonesia ketika mendengar kabar pergerakan Hinata Asakura di Semarang. Ada juga tiga manipulator Russia, yang namanya terlalu susah diingat, mengantarkan dua ekor Mongolian Death Worm ke pantai utara. Cacing raksasa yang termasuk makhluk legenda rakyat Mongolia ini mampu menembakkan racun. Departemen Hewan Mitologi memang sedang membutuhkan dua ekor cacing ganas ini untul diteliti. Karena itulah mereka memesan ke Russia.

"Kita jadi ke Jepara? Lawan Srayuda?" tanya Julio.

Dun terdiam sejenak lalu menghela nafas berat, "Pilihan keduanya mundur? Bagaimana?"

"NEVER!!!" bantah murid-murid Julio kompak.

Srayuda adalah makhluk mitologi dari Asia Selatan hingga Asia Tenggara. Penyebarannya mulai dari negara-negara Hindustan hingga ujung tenggara Indonesia. Untuk penyebaran di Indonesia, sebenarnya tidak hanya di Jepara. Mereka juga hidup di Sungai Mahakam, Sungai Musi, Sungai Brantas dan masih banyak lagi di sungai-sungai besar. Tubuh mereka kombinasi antara manusia dan kadal. Dari pinggang hingga ke kepala berwujud manusia. Dari pinggang ke bawah berwujud ular. Kulitnya bervariasi ada yang berwarna merah, hijau atau hitam. Sementara telapak tangan mereka berselaput. Seperti selaput bebek tapi lebih tebal. Srayuda tinggal di sungai, danau dan perairan yang tenang. Biasanya, penduduk lokal melihat penampakan Srayuda ketika menjelang banjir. Srayuda tidak ramah dengan manusia. Bisa dibilang cukup sensitif. Jika Srayuda marah, dia menembakkan cairan asam yang sangat korosif dari mulutnya. Saking korosifnya, mampu membuat buaya menggeliat-geliat.

Julio and Black UnicornWhere stories live. Discover now