Part 57: Water Shockwave

94 16 3
                                    

Elizabeth terengah-rengah setelah mengeluarkan teknik bernama water shockwave. Sebuah teknik yang tidak mematikan tapi cukup untuk melumpuhkan banyak orang. Meski begitu, teknik ini memakan banyak waktu dan energi. Tidak heran jika sekarang Elizabeth bersandar sejenak di batang pohon. Dia menciptakan bola air dari uap-uap air di udara dan meminumnya. Lumayan untuk mengurangi rasa lelahnya.

Sudah kuat untuk berdiri, Elizabeth mengamati keadaan sekitarnya. Karena api Rangga yang masih menyala, Elizabeth tidak terlalu susah untuk mengamati keadaan sekitar. Tidak ada tanda-tanda Rangga atau Axel. Yang bergerak hanya dedaunan dan ranting pohon yang ditiup angin malam.

Elizabeth sebenarnya perlu memastikan apakah lawannya sudah mati atau belum. Tapi karena dirinya dipercaya langsung oleh Hinata untuk mengamankan unicorn hitam, dia pun segera bergegas. Lagi pula mencari dua Paladin yang terkapar di semak-semak dan di malam hari tentu bukan hal yang mudah. Butuh waktu lama. Dia tidak boleh terpancing oleh keadaan ini. Tujuannya di sini yaitu hanya untuk mengamankan unicorn hitam.

Pengejaran dimulai lagi. Elizabeth menggunakan tiga teknik sihir untuk membantu pengejarannya. Sihir percepatan kaki, sihir penerangan dan sihir penciuman. Dia menggunakan jejak gerobak dan penciuman untuk melacak. Gadis Inggris itu juga mengaktifkan Eyes of Dark Path untuk mengisi ulang energinya.

"Black Unicorn is easy animal to tame. Its easier than Mares of Diomedes. But Paladins make it difficult," gerutu Elizabeth.

Hanya butuh beberapa menit bagi Elizabeth untuk sampai di tempat para Paladin. Gadis Inggris itu bisa melihat wajah Dita, Septian, Marcell, Andre, adel dan Putra ketakutan melihat kedatangan dirinya. Di sana juga ada Garla dan Gyula yang satu pihak dengan dirinya. Mereka berdua sebenarnya cukup berpengalaman. Tapi mereka tampak kelelahan dan putus asa karena dikeroyok enam manipulator sekaligus.

"Miss Elizabeth ... at last ...," nada lega terdengar dari mulut Garla.

"Good job, Gyula and Garla," puji Elizabeth, "Two agains six is not easy job."

"Thanks, Miss Elizabeth."

Para Paladin junior itu sekarang sudah pasrah. Mereka merasa bau kematian sudah tercium setelah melihat Elizabeth berdiri. Paham bahwa si dokter dan Axel gagal menahan laju Elizabeth.

"Andre, kau tahu kan?" Aku tetap ..." kata Adel.

"Tidak, Adel!!" kata Andre, "Kita tidak akan mati di sini!!"

Elizabeth sangat yakin bahwa dia bisa membunuh semua bocah manipulator ini. Tapi tentu butuh energi dan stamina yang banyak. Bukan tidak mungkin jika dia nanti harus berhadapan dengan Jay, Dun atau Beethoven. Sehingga dia harus menyisakan energi dan stamina untuk menghadapi tiga Immortal itu. Belum lagi butuh waktu yang tidak sebentar. Tidak ada salahnya jika dirinya mencoba alternatif pertama yaitu menghindari pertarungan.

"Surrender now, Paladins," kata Elizabeth sambil menunjuk unicorn hitam, "Give that thing to us and we will not kill you."

Putra menggeleng, "Impossible. We can't betray our comrades and our hard work."

Elizabeth menghela nafas karena harus memakai alternatif kedua yaitu melumpuhkan mereka menggunakan Water Shockwave. Teknik yang tidak mematikan tapi cukup untuk melumpuhkan banyak orang.

"So be it," kata Elizabeth.

Andre mengkomando, "Marcell, Putra dan aku akan menghadapi Dark Path itu. Adel dan Dita menghadapi Gyula dan Septian menghadapi si vampire."

Begitu tatapan Septian mengarah ke dirinya, Garla langsung menembaki Septian. Septian hanya menggunakan tiga tembok tanah sebagai tameng untuk menahan menutupi serangan dari depan, kanan dan kiri. Di momen itu, Garla langsung menggunakan kecepatan vampire dan kini langsung berada di sisi atas Septian. Septian sudah siap untuk menghadapi serangan dari atas. Dia bergulir melompat ke belakang dan menembakkan tiga tembok tanah yang tadi digunakan untuk melindungi diri. Pinggang Garla terkena hantaman tanah sehingga dia terlempar. Septian sendiri mengerang kesakitan karena cakar gara yang tajam berhasil mengoyak bahu kanannya.

Julio and Black UnicornWhere stories live. Discover now