Part 25: Andre dan Adel Versus Centaur

484 52 5
                                    


Andre dan Adel dapat jatah centaur. Andre sudah siap untuk bertarung sedangkan Adel masih bersembunyi di balik semak-semak. Bermeditasi untuk mengumpulkan pasir-pasir. Mereka berhubungan dengan ponsel dan headset.

"Lawan empat centaur? Itu sih kecil," kata Andre

"Aku tidak tahu bagaimana cara berpikirmu. Tapi sekarang kau sama gegabahnya dengan Julio," kata Adel.

"Mereka masih terfokus pada Serpente. Lagi pula, dari empat centaur cuma ada satu penyihir."

"Sudah paketan telepon belum? Jangan sampai seperti waktu itu. Marah-marah karena kehabisan pulsa."

"Iya. Iya," tawa Andre, "sudah kok."

Dari lengan kiri Andre tumbuhlah akar-akar tanaman. Akar-akar itu saling menganyam hingga berbentuk seperti perisai seukuran setengah tubuh Andre. Dari lengan kanan, tumbuh kayu hingga bentuknya menjadi tombak kecil. Pengendali tanaman itu langsung melompat dan membidik lambung si centaur.

"Bajingan cilik!" umpat centaur yang ditusuk Andre.

"Perlu bantuan?" tanya centaur lain.

"Tidak usah. Biar aku sendiri. Hajar para mafia Serpente itu."

Begitu Andre muncul, sang centaur berusaha menerjang Andre. Kaki kuda yang beradu dengan aspal menimbulkan suara yang cukup keras. Berderap seperti suara pacuan kuda. Andre melemparkan tubuh ke semak-semak dekat Adel bersembunyi sambil melemparkan tombak mininya. Kali ini meleset.

Centaur itu berbalik arah dan membidik Andre dengan senapan serbu. Posisi Andre bertahan seperti atlet lari yang mengambil ancang-ancang. Dengan lutut kanan menyentuh aspal dan lutut kiri menahan perisai akar. Dia bertahan di dekat pohon untuk mengamankan bagian belakang. Serangan seperti ini sudah dalam prediksi sejak Andre tahu lawannya membawa senapan serbu. Berondongan peluru langsung menghujani Andre. Entah senjata atau peluru macam apa yang digunakan si centaur. Baru kali ini Andre menghadapi tembakan yang bertekanan keras. Tekanan itu mendorong Andre centi demi centi. Anyaman peluru pun semakin rekat dan kuat. Hingga suara rentetan peluru terhenti.

Apakah pelurunya habis? Belum tentu. Bisa saja itu tipuan. Andre melubangi bagian kecil perisai kayu. Sekecil mungkin yang penting cukup untuk membidik. Dia mengangkat tinggi-tinggi tangan untuk melempar tombak. Belum sempat menembak, rentetan peluru menghujani tangan Andre. Sebutir peluru menembus lengan. Tombak terlepas dari genggaman. Andre menjerit dan cepat-cepat menyimpan lengannya di balik perisai.

Tembakannya kena. Terdengar tawa puas sang centaur. Namun tawa itu tak bertahan lama. Sebuah cambukan pasir melecut dari semak-semak hingga senapan serbu terlepas dari genggaman. Baru melangkah untuk mengambil senapan, kini dua kaki belakangnya terkena pasir lengket. Centaur itu semakin murka. Seperti seseorang yang tak sengaja menginjak permen karet dan berusaha setengah mati untuk melepasnya.

"Cepat sembuhkan tanganmu!" kata Adel, "Pasirku tak bisa bertahan lama."

"Aku agak ngantuk," kata Andre.

"Perlu kuguyur satu teko kopi panas biar tidak ngantuk?"

Akar keluar dari lengan Andre yang berlubang. Menghentikan pendarahannya. Mumpung centaur itu masih terjebak di pasir hisap, Andre tak mau berlama-lama. Dia mengendalikan dedaunan yang berserakan di jalan dan menerbangkan semuanya ke centaur. Sayatan daun-daun membuat makhluk itu menjerit.

"Bocah ini ...," centaur berderap lagi menghampiri Andre.

Andre menyerang dengan pisau-pisau daun. Tapi centaur itu tidak mempedulikan sayatan demi sayatan pada kulitnya. Setelah berhasil melepaskan diri dari jebakan pasir Adel, meski berdarah-darah dia terus melaju. Ketika sampai di dekat Andre, centaur itu menaikkan kaki depan dan memancal Andre. Begitu keras pancalannya, Andre yang memakai tameng langsung terhempas. Punggungnya menghantam pohon.

Julio and Black UnicornWhere stories live. Discover now