Prologue

4.7K 257 28
                                    

THIS IS ORIGINALLY  MINE

SESE COUPLE PROJECT
.
.
.
Please Vote in every Chapter

*Before you read this story,please read chapter (FYI PENTING)

*Before you read this story,please read chapter (FYI PENTING)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kakek mohon Cheonsa-ie…Ini demi kebaikanmu juga, Kakek akan sangat senang jika kau menerima ini."

"Aku ingin pergi ke Oxford,aku ingin belajar disana, dan menjadi penulis terkenal,kakek." 

"Dan membuat kakek dihantui perasaan cemas hingga kau lulus?"

Sekelebat percakapan antara ia dan Kakek nya semalam terlintas di kepalanya, yeoja berusia dua puluh empat tahun itu setia terpekur, diam diatas kursi meja belajarnya sejak pagi. 

Menghiraukan Kakek nya yang dua puluh menit lalu mengetuk pintu kamarnya,mengajak untuk sarapan bersama. 

Saat ini,jangankan sarapan bersama,sarapan sendiri saja ia tak nafsu. 

Hanya ingin sendiri di kamarnya, hingga mood untuk bertatapan dengan Kakeknya kembali membaik. 

Jarinya berputar putar membuat pola abstrak diatas sebuah undangan pernikahan,cukup ia akui undangan ini cukup indah, dan akan sangat indah jika bukan nama nya yang tercantum di kolom mempelai wanita. 

Dua puluh empat tahun ia hidup,tak pernah terbersit di kepalanya bahwa ia akan menikah, bahkan sebelum ia menyelesaikan studi kuliahnya, dan belum mendapatkan gelar sarjana. 

Yang ada di pikirannya dari dulu hingga sekarang adalah, rencana hidupnya yang menumpuk, menyelesaikan s1, lalu melanjutkan pendidikan di Oxford. Kampus bergengsi di Eropa. 

Tentu saja lewat jalur beasiswa. 

Matanya menatap pigura dengan foto kedua orang tuanya, dan tentu saja dirinya. Foto itu diambil saat hari pertama ia resmi menjadi Mahasiswi di Universitas National Seoul. 

Senyum kedua orang tuanya nampak lebar dan memancarkan kebanggaan. 

Tentu saja!

Bagaimana bisa untuk tidak bangga kalau anak mereka satu satunya, masuk ke sebuah universitas ternama lewat jalur beasiswa?!

Ya,ia sepintar itu,secerdas itu. 

Ditambah dengan sifatnya yang kutu buku dan gila belajar.Sedari dulu ia hanya dikelilingi oleh kedua orang tua nya, keluarga besarnya, serta tumpukan buku. Tak ada teman ber spesies manusia. Hanya kucing peliharaan Kakek nya yang kadang ia ajak bicara. Namun ajaibnya,gadis itu adalah gadis yang asyik jika diajak bicara dan cukup ramah. Hanya saja untuk mencari teman, ia tak terlalu tertarik. 

Ia tumbuh bersama impiannya yang juga sama sama tumbuh. Semakin hari impiannya semakin banyak, hingga ketika ia berada di tahun terakhir perkuliahan, ia bertekad untuk masuk ke universitas Oxford, lewat jalur beasiswa. 

Keinginannya satu itu sangat tinggi. Kedua orang tuanya mendukung impiannya, terlebih Ibunya yang sangat mendorong nya untuk mencapai impian itu. 

"Eomma akan menunggu hari dimana kau akan di wisuda sebagai Mahasiswi Oxford. Menyambutmu dengan pelukan dan kecupan cinta penuh bangga"

Dan ia sudah berjanji dalam hati untuk mewujudkan impian itu. Namun takdir berkata lain. 

Dua bulan lalu,kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan mobil, meninggalkan ia yang sekarang tinggal bersama Kakeknya. 

Kemudian, seminggu lalu Kakeknya mengatakan bahwa ia akan menikah.

Terjadi perdebatan alot.

Ia yang keberatan atas keputusan Kakeknya, sebab keinginannya untuk menjadi Mahasiswi Oxford yang sempat mati sebab tragedi kedua orang tuanya , telah tumbuh kembali,namun kembali harus pupus untuk kedua kalinya. 

Permainan takdir seapik ini. Membuatnya harus mengubur dalam dalam impiannya. Melupakan cita citanya dan juga janjinya dalam hati terhadap Ibunya.

Meskipun ia menolak.Tapi Kakeknya keukeuh memaksanya, hingga semalam, sang Kakek membujuknya untuk lapang dada menerima pernikahan atas dasar perjodohan ini, sembari menyodorkan undangan pernikahan nya yang sudah dicetak dan disebar. 

Ia kembali menatap undangan itu. Senyum getir terulas di bibirnya. 

Ia ingat saat dimana hari pemotretan untuk cover undangan pernikahan nya,Kakeknya membujuk sangat keras agar ia memamerkan sedikit senyumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ia ingat saat dimana hari pemotretan untuk cover undangan pernikahan nya,Kakeknya membujuk sangat keras agar ia memamerkan sedikit senyumnya. 

Butuh setengah jam agar Ia luluh sebab keinginan Kakeknya, hingga dengan terpaksa ia mengulas senyumnya. 

Melihat mempelai pria nya, seharusnya ia bersyukur kan?

Tampan dan berharta, lagipun kedua calon mertuanya sangat senang dan menerima kehadirannya. 

Tapi tetap saja. 

Ia termasuk yeoja yang ambisius.Tidak akan ada yang bisa menghalanginya untuk mencapai keinginannya. 

Tidak ada satupun. 

Kecuali pernikahan ini. 

Pernikahan sialan yang sudah ada di skenario takdir hidupnya. 

Undangan tersebut tergeletak di lantai kamarnya, sebab ia lempar.Yeoja itu menghela napas.Bangkit dan melemparkan tubuhnya keatas kasur. Menenggelamkan wajahnya di tumpukan bantal. 

Isak tangisnya terdengar meski teredam. 

Ia menangisi dirinya, hidupnya dan impiannya. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



.
.
.
.
.




Please vote this story

Thank you....


FereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang