Bag. 12

8.2K 731 136
                                    


🔞🔞🔞

"Dengar, Jaehyun-ah. Untuk apa kau ingin ke Redmoon sebenarnya?"

Jaehyun, meringkuk menatap hiasan di atas tempat tidurnya, sebuah penangkap mimpi. Ia ingat itu adalah buatan ibunya sebagai hadiah saat ia berulang tahun ke-15.

Saat itu, banyak sekali mimpi buruk yang datang silih berganti tiap malam. Mimpi-mimpi yang terus datang mengganggu tidurnya, mengusik ketenangannya.

Sejak sang ibu memasang perangkap mimpi itu, tidurnya kembali nyenyak lagi.

Sementara itu, satu-satunya jawaban yang Jaehyun punya untuk pertanyaan Johnny saat ini hanyalah ... ia merindukan ibunya.

"Tidak ada. Aku hanya ingin bertanya mengapa mereka pergi tanpa pamit, meninggalkanku begitu saja seperti ini."

Tentu Jaehyun tidak akan mengatakan yang sebenarnya.

Ia tidak ingin menambah beban Johnny. Karena ia tahu saat mengatakan rindu, Johnny pasti akan berusaha untuk mencari waktu.

Ia bahkan tidak bisa memahami Johnny. Terkadang pria ini tampak acuh tak acuh, namun di lain waktu kembali menjadi hangat seperti yang pernah ia kenali. Itu membuatnya bingung sendiri.

Jaehyun menarik napas panjang, matanya terpejam saat Johnny mengusap kepalanya.

Hangat sekali.

Setiap sentuhan Johnny membuat Jaehyun tak ingin kehilangan sedetikpun waktu bersamanya. Namun, itu tak mungkin.

Seandainya ia bisa menghentikan waktu ....

"Kau tahu, Jaehyun-ah? Ibumu menyerahkan dirimu padaku. Hidupmu menjadi tanggung jawabku. Aku tidak akan membawamu ke mana-mana bahkan meski ibuku yang memintanya."

Jaehyun membalikkan tubuhnya, kini ia berbaring telentang. Iris cokelat yang terhias bulu mata panjang itu menatap ke arah Johnny, bibirnya cemberut, "Benarkah? Padahal aku sudah yakin jika kau akan melakukan apapun jika aku yang meminta."

Mendengar itu, Johnny terbahak sebelum membungkuk, menyatukan lagi belah bibir yang belum lama terpisah karena ingin bicara.

Tak hanya bibir, namun sensasi saat kulit polos mereka yang saling bersentuhan menghantarkan rasa panas yang memabukkan.

Tangan yang lebih besar mulai lancang, menyusuri rahang, leher, hingga menemukan titik kecil yang membuat Jaehyun melenguh panjang.

Ciuman yang tadinya seringan kupu-kupu, kini berubah menggebu. Bibir terbuka, lidah saling merebutkan dominasi, saling sesap hanya untuk bertukar rasa.

Manis, namun juga menghantarkan rasa sendu. Perasaan sepihak yang mungkin hanya Jaehyun yang mampu merasakannya.

Sampai kapan ... sampai kapan ia dimiliki, namun tak bisa balas memiliki.

Perasaan haus akan sentuhan perlahan mengaburkan keinginan terdalamnya.

Ciuman mereka masih berlangsung, namun tangan Johnny sudah berpindah. Tanpa Jaehyun sadari sebuah jari mengoyak lagi harga diri yang ia miliki.

Erangan dan desahan gila membuatnya mulai berpikir, apa arti status alpha bagi dirinya saat ini. Karena saat bersama Johnny ia bahkan tidak tahu apa itu Alpha, Beta, dan Omega lagi.

"Ngh~ Johnny ...."

Johnny membalik tubuh Jaehyun, dengan rakus menjilat anal Jaehyun yang sudah memerah basah. Tak peduli jika peluh mulai membasahi sprei, bahkan tak lama, hanya dengan beberapa hisapan, Jaehyun semakin membasahi ranjangnya dengan cairan kental yang keluar dari dalam dirinya sendiri.

Two Alpha✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang