Epilog

4.6K 381 94
                                    


*Yang ga suka Lucas x Jeno atau masih salty ama Lucas atau merasa iba sama Mark ... mending skip aja. ^_^




"Jeno ... di mana?"

Mark tertunduk, bersandar di bawah pohon pinus dengan tangan bersidekap di depan dada. Kaki panjangnya menyilang, sesekali tapaknya diketuk-ketukan di tanah. Musim dingin sudah terlewati dan musim semi pun sudah hampir berakhir sebentar lagi. Namun, meski musim panas belum tiba, rasa cemburu di dada sudah membakar dirinya sejak pertama.

Ia mencintai Lucas. Sudah sejak dulu, sebelum anak itu ...

Jeno.

Mark memejamkan mata. Mengingat lagi kenapa Lucas -mate-nya yang begitu berharga bisa jatuh pada serigala kecil yang bahkan hanya bisa mengandalkan nama orang tuanya.

Dulu sebelum Jeno tiba di pack, Lucas lebih sering bersamanya. Ia memang dilatih oleh Lucas, tak jarang pula mereka berburu bersama, pria itu bahkan rela babak belur demi dirinya. Bertarung dengan kakaknya hanya untuk membelanya.

Ia sempat terpuruk saat Taeyong berkata ia bukan berasal dari BlackMoon, ibunya mati, dan ia hanya dipungut oleh keluarga Lee.

Namun, saat Taeyong terus merisaknya karena -entahlah, ia tahu Taeyong tak pernah menaruh benci ... mungkin karena pengaruh dari elder tua -ia kini tahu siapa dalang di balik semua karena itu sudah menyebar di seluruh kawanan- atau atas hasutan ayah angkatnya sendiri. Mark tidak tahu pasti ... yang jelas sejak itu Lucas semakin sering memberinya perhatian, membuatnya yang semula tak menaruh atensi menjadi jatuh cinta pada pria itu dalam sekali.

Ia pikir menjadi mate pun hanya akan ada di dalam mimpi, namun saat pikiran mereka terhubung dengan cara yang aneh, Mark tidak bisa lagi membendung rasa bahagia.

Seakan hidupnya sempurna saat pria itu datang, memeluknya, mencumbunya, menyatukan diri mereka dengan sebuah tanda yang kini menjadi pengikat abadi.

Karena itu ia tahu ... saat Lucas mengaku ...

"Maaf karena aku juga mencintai anak itu ..."

-Mark tahu Lucas tersiksa sekali dengan hal itu.

Mencintai orang lain sama saja mengkhianati mate-nya, mengkhianati dirinya, dan itu akan selalu menyiksa jika Lucas tak segera mengenyahkan perasaan terlarangnya.

Itu ... juga menyiksanya saat ia mendengar semua cerita Lucas yang pada akhirnya memilih untuk jujur.

Hati yang seharusnya hanya menjadi miliknya ...

Tangan yang seharusnya hanya untuk membelai kepalanya ...

Senyum yang harusnya hanya untuknya ...

Bibir yang seharusnya hanya menjamah dirinya ...

-dan hati yang seharusnya hanya ada dirinya di dalamnya.

Semua itu, Lucas sudah membaginya.

Namun,

"Kau bisa menghukumku atau bahkan membunuhku ... tapi, Mark ... anak itu kini melupakanku, jadi ... ijinkan aku untuk menyimpan kenangan itu ..."

"Lucas, apa kau mencintaiku?"

Lucas mengangguk, berkata bahwa itu sudah tentu ... tapi,

"Apa kau juga mencintainya?"

Anggukan lemah seketika itu juga membuat Mark merasa lelah.

"Maafkan aku ..."

Mark -ia berjanji dalam hidupnya tak akan pernah menangis soal cinta. Akan tetapi, mendengar pengakuan Lucas, ia tak bisa menghentikan derasnya air yang mengalir dari sudut mata, membasahi wajahnya yang rupawan.

Two Alpha✅Where stories live. Discover now