Bag. 39

1.8K 326 152
                                    




"Jeno-ya ... kenapa kau berbohong pada Jaehyunie hyung?"

Dalam perjalanan menuju pondok Moon, Haechan yang tak tahan akhirnya bertanya juga. Ia sempat berpikir bahwa kenapa Jeno pergi adalah karena Lucas yang selalu mengumbar keintiman dengan Mark, tapi ia tak mau berprasangka. Meski entah kenapa ia merasakan bahwa itu adalah salah satu alasannya.

Haechan merasakan sedikit cubitan pada hatinya, hanya ... entahlah, itu mungkin hanya pikiran buruknya saja.

Akhir-akhir ini memang ada yang aneh dengan dirinya.

"Aku tidak berbohong."

"Hm?"

Jeno memandangnya, lalu menyuguhkan senyuman berhias bulan sabit pada kelopak yang menyembunyikan manik cantik. Haechan selalu merasa lemah jika Jeno sudah bertingkah lucu begini.

"Katakan yang jelas. Jelas-jelas kau itu malas bertemu tiga bayi lucu itu. Katakan padaku, apa kau cemburu?"

"Cemburu?"

"Ya, kau kan pernah bilang jika kau tak suka kalau Lucas hyung berdekatan dengan Mark hyung."

Jeno akhirnya mengerti. Ia pun menekuk bibir, "Memang. Tapi, kurasa aku tidak boleh begitu. Mereka mate, 'kan?"

Haechan mengangguk. Kaku. Ada rasa yang tak perlu menelusup dalam kalbu.

"Lagipula, aku sudah menemukan mate-ku. Aku ... memutuskan untuk menerimanya."

Saat itu, jantung Haechan berdetak cepat. Bahkan langkah kakinya ikut berhenti seiring dengan lengan kurus Jeno yang melingkari perutnya, memeluk seerat yang mampu bocah itu lakukan.

Haechan tertawa kecil, namun matanya hangat, berkaca-kaca ...

"A-apa maksudmu, Jeno-ya ... anak kecil sepertimu, mana mungkin?"

"Aku lelah berpura-pura, hyung. Kau tahu benar apa maksudku."

"Jeno-ya ..."

Jeno terpejam, menikmati detakan yang beriringan dengan miliknya. Menenangkan.

"Aku memang masih kecil. Seperti yang kau katakan ... karena itu, tunggu aku ...."

Haechan meneguk ludah, namun seiring dengan buliran cairan hangat yang turun melewati pipi, tangannya pun ikut terangkat. Dengan lembut ia mengusap belakang kepala Jeno.

Surai hitam lembut yang tanpa sadar sering ia usak kini kembali menghangatkan jemarinya.

Tanpa sadar, itu membuatnya tersenyum. Meski tipis, tetap terlihat tulus dan manis.

Namun, Jeno berbeda. Matanya masih terpejam, hatinya merasa gundah. Saat ini ia hanya berharap Haechan tak mampu merasakan perasaan terdalamnya.

Masih ia ingat dengan jelas apa yang Jaehyun katakan padanya.

"Jeno-ya ... jika kau menemukan orang itu, jangan pernah berkata tidak meski itu hanya ada di dalam hatimu."

Tidak ... Jeno tidak akan menolak eksistensi Haechan dalam hidupnya, juga ... dalam hatinya. Ia berusaha ...

*

*

*

Setelah mengantar Haechan pulang, tentu saja mereka tidak jadi ke pondok Moon, karena sejak awal memang itu bukanlah tujuan mereka.

Jeno ... setelah ia memutuskan, bukannya lega justru bertambah berat hatinya.

Namun, ia harus tetap menunjukkan Jeno yang selalu Johnny lihat sekarang.

Two Alpha✅Where stories live. Discover now