Bag. 10

10.1K 931 144
                                    

🔞🔞🔞



Hutan BlackMoon selalu menjadi tempat yang disenangi oleh para binatang. Layaknya hutan hujan tropis, keadaan hutan saat musim panas dan musim semi adalah yang terbaik. Tak terkecuali musim panas tahun ini.

Perkampungan para serigala tak ubahnya seperti desa-desa manusia yang berada di jantung hutan. Tersembunyi, gelap, dan tak terlihat. Namun, saat kau masuk ke dalamnya, seolah masuk ke dalam surga, kau bahkan tak ingin keluar dari sana.

Umumnya, semua serigala akan hidup layaknya manusia. Hanya saja, itu dilakukan agar manusia tidak tertarik masuk ke dalamnya. Perburuan serigala adalah perburuan yang terparah di kota kecil Black City.

Mereka tidak memakan daging serigala, hanya saja para manusia itu menggunakan kulitnya sebagai mantel bulu. Taring dan kuku-kuku tajam mereka digunakan untuk hiasan juga aksesoris. Yang paling mengerikan adalah rumah-rumah orang kaya di Black City akan memajang kepala mereka yang telah diawetkan sebagai hiasan dinding.

Semengerikan itulah manusia.

Jadi, untuk bertahan hidup dari manusia, mereka -para serigala- harus menjadi sama seperti predator mereka. Hidup layaknya manusia dan mulai membangun pondok-pondok untuk berkamuflase.

Namun, masalah tak hanya datang sampai di situ. Sungguh, mereka tidak mengerti mengapa manusia selalu senang merusak. Hutan yang menjadi rumah bagi banyak satwa dan flora justru dibakar entah apa tujuannya.

Sebagai ladang?

Di tanah mereka, ladang sudah terbentang luas. Apa lagi yang mereka cari?

Hingga para serigala itu mengerti, manusia tak mencari apa-apa selain hanya untuk memuaskan dahaga mereka akan satu kata; serakah.

Tak ada yang bisa menghentikan mereka.

"Jadi, karena itu pack kalian membenci kaumku? Manusia?" Mingyu memanggang daging burung yang ia tangkap pagi tadi di depan pondok yang menjadi tempatnya menginap selama di tempat ini. Di hadapannya, ada Taeil yang sedang mendongeng tentang bagaimana para serigala di sini mulai membenci manusia.

"Ya, kurang lebih begitu."

Mingyu mengangguk. Ia menyerahkan satu tusukan berisi daging burung itu pada Taeil. Sementara ia pun mulai memakan miliknya sendiri.

"Padahal kalian bisa menggigit dan mematahkan leher mereka, lalu ... kenapa diam saja?"

"Membunuh manusia itu dilarang. Kita membunuh hewan yang lebih kecil untuk makan, bukan untuk bersenang-senang."

Di sela kunyahannya, Mingyu kembali menyela, "Lalu katamu tadi, kalian semua benci keserakahan, tapi kulihat banyak dari kalian yang sama saja kelakuannya."

"Sama saja bagaimana?"

"Tentang pimpinan pack ini, Johnny Seo ... dia hanya memimpin sementara menunggu Jaehyun siap, bukan?" jelas sekali jika Mingyu mengalihkan pembicaraan. Meski ternyata, setelah mendengarkan, Taeil bisa menarik benang merahnya di mana.

Taeil tertegun, "Dari mana kau tahu semua itu?"

Mingyu pun tertawa, serius Taeil belum tahu?

"Bagaimana bisa aku tidak tahu? Kalian semua bergunjing di belakang Johnny dan Jaehyun tanpa rasa malu. Sangat disayangkan, aku suka tempat ini sebenarnya, tapi banyak dari kalian yang merusak ekspektasi muliaku itu."

Mendengar penuturan Mingyu yang blak-blakan seperti itu, sejujurnya Taeil merasa tersinggung. Tapi, itu memang bukan hal yang tidak mungkin. Ia sudah menduga jika semua orang di pack mereka tidak sebaik yang terlihat.

Two Alpha✅Where stories live. Discover now