47 - Lamar?

4.1K 190 47
                                    

3283 words, typo!
Vote and comment please 😇

Farid tersentak dari tidurnya. Rasanya baru setengah jam ia memejamkan mata dan sekarang ia terbangun karena suara bell yang memekakan telinga. Berjalan keluar kamar, Farid melirik jam kecil diatas nakas dan waktu menunjukkan pukul sembilan malam.

Farid memang ketiduran beberapa menit yang lalu. Badannya menggigil dan suhu tubuhnya juga lumayan tinggi. Sepertinya ia kelelahan hingga imunitas tubuhnya menurun terutama di musim hujan seperti sekarang.

Farid membuka pintu apartemennya. Wajah Hesti dengan senyum tiga jarinya terlihat disana. Tak sekedar menyuruhnya masuk, Farid melangkah lemah menuju sofa.

"Duh, songong banget ini tuan rumahnya" gerutu Hesti dan Farid sudah menyiapkan diri dengan hal itu.

"Ini, makanan dari Ibu. Kok tadi nggak datang di acara keluarga? Oma nyariin tuh" ucap Hesti sambil menaruh paper bag diatas meja. Matanya melirik Farid yang bersandar dan memejamkan matanya diatas sofa. Terlihat tidak baik-baik saja.

"Rid? Are you okey?" tanya Hesti saat melihat wajah Farid yang begitu pucat.

Gadis itu menyentuh punggung tangan Farid dan seketika ia panik saat merasakan suhu tubuh sepupunya begitu panas.

"Kamu sakit? Astaga... Kok nggak nelfon rumah sakit sih atau kabarin ibu. Sini tangannya" Hesti berusaha memapah Farid menuju kamarnya. Sementara Farid hanya memejamkan matanya mengikuti instruksi dari Hesti. Kepalanya terasa berat dan semakin sakit saat Hesti membantunya bergerak.

"Wait a minute. Aku ambil kompresan dulu" Hesti berjalan keluar kamar dan kembali beberapa saat dengan nampan kayu berisi semangkuk air hangat, kain dan segelas air putih. Gadis berambut sebahu itu dengan telaten mengompres kepala Farid.

"Udah minum obat belum Rid?" tanya Hesti dan dibalas gelengan kecil oleh Farid, bibir pria itu merapalkan kata 'tidak usah' dengan pelan.

Hesti yang melihatnya mengangguk, ia percaya Farid lebih tau dengan kondisinya, jadi Hesti hanya mengambil segelas air dan membantu Farid meminumkannya.

"Bangun bentar Rid. Minum dulu air putihnya"

Farid menurut, membuat Hesti semakin hawatir. Farid itu sosok yang pendiam tapi tak mudah di bujuk, apalagi terlihat lemah didepan orang lain. Jadi kalau pria itu melaksanakan semua ucapannya tanpa perlawanan berarti Farid benar-benar sakit. Farid juga terlihat beberapa kali mengernyit dalam tidurnya menandakan bahwa tidur pria itu tidak nyenyak.

Rasa khawatir Hesti bertambah, Ia bisa melihat dengan jelas kegelisahan Farid saat ini.

Hesti mengambil kain kompresan Farid yang sudah mengering, merendamnya sebentar dan kembali mengompresnya. Ia bergerak menjauh menuju ruang tamu mencari tasnya. Berniat menghubungi Satya-calon tunangannya yang sedang menunggu di besment.

Ya awalnya dia kesini hanya untuk memberikan titipan tantenya-ibu Farid, sehingga Satya ia suruh menunggu saja di besment. Tapi niat awalnya itu sepertinya harus gagal karna Farid ternyata sakit dan ia tidak sekejam itu untuk meninggalkannya.

Setelah selesai Hesti kembali kekamar, ia ingin melihat keadaan Farid sebentar sembari menunggu Satya yang katanya ingin ikut menemaninya menjaga Farid. Tapi langkahnya seolah terhenti saat mendengar suara parau Farid yang terbata.

Step By DoctorWhere stories live. Discover now