10.a - Leksmana Adiguna Widjaya

2.8K 114 0
                                    

Happy reading!!




******

Kata kata dokter farid seakan menghantam ulu hati fani, rasa sakit mulai mendera disekitar dadanya dan seluruh anggota tubuhnya mendengar penolakan farid.

Kalau boleh Jujur fani malu bertingkah agresif didepan farid hanya saja dia ingin menunjukkan rasa cintanya kepada farid bahwa fani benar benar serius dan hanya farid yang bisa membuatnya seperti ini.

Tapi semua usahanya malah mendapat penolakan dari sang pujaan. Fani hanya bisa tersenyum lembut membalas ucapan farid.

Meski hatinya sakit tapi iya bisa apa? Ingin memaki farid? Tidak, Iya begitu cinta dengan pria itu.

Ingin memukulnya? Fani juga tidak akan sanggup melukainya.

Farid yang melihat fani tersenyum kearahnya berlalu dari hadapan fani menuju ruangannya. Dia juga agak sedikit merasa bersalah memperlakukan fani seperti itu hanya saja rasa kesalnya sejak pagi membuat nya benar benar harus menegur gadis kecil widjaya itu.

Fani yang melihat farid berlalu di hadapnnya meneteskan air mata dalam senyumnya. Menghapusnya dengan kasar dan berlalu dari koridor menuju lift tanpa kata dan pulang kerumah menyusul eyangnya.

Sebenarnya dia dijemput oleh hani, karna hani mengatakan akan mengenalkannya dengan seseorang saat fani pulang dari menjenguk eyangnya.

Tapi ternyata eyangnya sudah diperbolehkan pulang dan ketika eyang mengajaknya pulang bersama menggunakan lift khusus Komisaris dia mengatakan akan menggunakan lift pegawai saja karna eyang kakungnya akan menuju ruangannya di lantai 6 dulu untuk mengambil berkas dan fani tentu tidak mau membuang waktu bolak balik sedang hani sudah menunggu di parkiran rumah sakit.

Itulah kenapa fani bisa bertemu dengan dokter farid di lift namun hal tak terduga dia dapatkan,  farid malah menolak kehadiran nya dengan terang terangan dan membuat fani kembali meneteskan air matanya.

***

"Lo kenapa?"

Pertanyaan hani membuatnya sadar kalau ia sekarang sudah berada didalam mobil hani.

"Gak apa apa. Lo bisa gak nganterin gue pulang?  Kayaknya gue gak bisa ikut lo deh hari ini. Sorry banget ya Han" sesalnya kepada hani saat mobil yang hani kemudikan mulai beranjak dari tempat parkir.

"Ah.. Gitu ya. Sayang banget fan. Temen gue pengen banget ketemu sama lo"

"Sorry banget ya Han. Next time gimana?"

"Yaudah deh tapi gue WA dia dulu yah. Nanti dia nungguin kita lagi"

"Iya. Sekalian sampein permintaan maaf gue"

Hani segera memarkirkan kembali mobilnya lalu mengirimkan pesan pada temannya. Sementara fani sudah mulai melayangkan fikirannya kembali pada percakapannya bersama farid tadi. 

Air matanya kembali mengalir namun cepat cepat dia menghapusnya dengan kasar agar hani tidak menyadarinya.

Ah dia begitu cengeng, harusnya dia lebih keras berjuang. Gagal satu kali harus membuatnya lebih bersemangat. Fani menyemangati dirinya dalam hati.

***

"Udah nyampe Fan"

"Oh iya makasih ya Han. Maaf banget Gue tiba tiba gak enak badan"

Hani hanya tersenyum kecil mendengar alasan fani. Hani sangat tau bukan itu alasannya, Fani benar benar tidak pandai berbohong di hadapannya.

"Its ok fan. Tapi... Kalau lo punya masalah. Gue dan Sintia selalu ada ko disamping lo. Lo Gak usah sungkan cerita ama kita"

Step By DoctorOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz