26 - Over Speachless

2.8K 119 0
                                    

Happy Reading

....

Typo

....

Fani baru terbangun dari tidurnya saat jam menunjukkan pukul 10.25 pagi dan sudah sangat siang untuk ukuran bangun pagi seorang gadis. Jangan salahkan dia, salahkan saja keadaan  juga Hani dan Sintia yang baru pulang dari rumahnya pukul satu dini hari itupun karena mereka ada party lagi. Kalau tidak, bisa-bisa mereka mengobrol sampai pukul 9 pagi.

Kedua temannya itu mengintrogasi Fani tentang kejadian kemarin dan lain sebagainya. Dengan senang hati Fani menceritakannya tentu saja tanpa menceritakan adegan 'Adu mulut' dan kejadian setelahnya kepada kedua sahabatnya.

Lagi pula pasti mereka meledeknya habis-habisan dan menyuruhnya untuk cari cowok lain saja seperti biasanya kalalu mereka tau kelakuan Farid yang menyakiti hatinya. Huft memikirkan itu membuat mood bagun tidur Fani rusak seketika. Rasanya ia ingin mogok ketemu Farid dulu atau berhubungan dengan pria itu untuk beberapa saat.

Dengan lagkah gontai Fani menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan selang beberapa menit kemudian ia keluar dengan menggunakan sabrina crop dan jeans abu pudar. Casual is a perfect style!

Ia mematut dirinya didepan cermin, menggunakan rangkaian skincare, sedikit make up dan memoles lipstik peach ke bibirnya, rambut sebahunya ia gerai indah. Rencananya ia ingin menemui desaigner baju pernikahan mas--nya untuk melakukan finishing.

Suara getaran dari ponsel Fani membuat kegiatan memasukkan lipstik dan dompet ke dalam handbag zara berwarna putih tulang miliknya terhenti. Setelah mengecek ponsel yang sudah sejak kemarin tidak ia perdulikan ternyata layar persegi itu menampakkan nama seseorang yang ingin ia hindari tetapi ia rindukan dalam waktu yang bersamaan disana, dokter Farid.

Miracle!

Fani menimbang apakah ia harus mengangkat telpon Farid atau mengabaikannya saja. Jujur ia masih sakit hati kepada pria itu, tapi dewi batinnya sekaan meronta mengingat ini adalah kejadian langka, seumur umur baru kali ini pria itu menghubunginya lebih dulu.

Fani menghembuskan nafasnya kasar. Getarannya telah berhenti, mungkin ia terlalu lama mengangkatnya. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat sudah ada 7 panggilan tidak terjawab dari nomor ponsel milik Farid.

"Ini beneran Farid? Ko bisa?.. "

Ia sedikit sangsi mengingat dokter itu kan begitu bersikap jual mahal padanya. Mana mau dia menghubungi Fani lebih dulu. Lagi pula apa pedulinya?

Ponselnya kembali bergetar dan ternyata panggilan dokter Farid yang ke delapan menghiasi layar persegi miliknya. Merasa kasihan Fani mengangkatnya. Mati aja kamu Fan!

"Halo... " Jantung Fani jumpalitan saat mengucapkannya. Beruntung yang keluar bukan suara tikus kejepit miliknya sakin geroginya.

"Dimana?"

Inginnya dia mengumpat pria itu dan mengatakan Ngapain lo nanya naya? Urusin tu cewek lo! Tapi yang keluar malah "Dirumah" dengan nada yang membuat perutnya akan mual.

"Jam makan siang kamu ke Rumah sakit bawa makan siang"

Ini perintah? Fani mengernyit mendengar nada tegas di ujung telepon sana. Fix salah sambung ni orang!

"Fanita? Kamu masih disana?"

Eh? Dia gak salah sambung ternyata. Fani melihat kembali layar ponselnya. Bisa saja uforia membuat minesnya bertambah dan salah membaca nama penelpon. Tapi benar ko yang tertulis di layar ponsel namanya dokter Farid.

Step By DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang