40 - Selangkah Lebih Cepat

2.8K 157 14
                                    

Happy reading.

Typo!

Ps : Baca part sebelumnya ya biar ngerti alurnya 😇

***

"Jelaskan padaku, apa maksud semua ini?

Fani jelas kaget dengan kemunculan Farid. Pandangannya teralih pada benda persegi yang Farid lemparkan ke sampingnya. Matanya mambulat, darimana Farid mendapatkan ponselnya?

"Maksud Dokter?" kilah Fani, sejujurnya ia sedikit menangkap maksud Farid tetapi ia belum yakin dengan tebakannya.

Fani mendekat berusaha menyentuh lengan Farid namun sentuhannya di tepis oleh pria itu. Farid menjauh, membuat Fani semakin merasa tidak enak hati.

"Terus saja berpura-pura Fanita"

Tubuh Fani melemas saat Farid membentaknya dengan nada sinis. Baru kali ini ia melihat Farid begitu marah, kesal dengan binar kecewa yang terpancar jelas dimatanya.

"Jadi ini alasan kenapa seharian ini kamu bertingkah aneh?" Fani mengangkat kepalanya menatap Farid, pria itu menatapnya dengan tatapan tajam yang kembali membuat nyalinya menciut. Ternyata Farid sudah mengetahui semuanya? pikir Fani.

"Jawab Fanita. Aku tanya sama kamu!"

Bentak Farid kembali. Fani akhirnya menangis, Ia terisak saat Farid mencengkram kedua bahunya sedikit kasar.

"Angkat wajahmu Fani? Benar, kamu akan pergi?"

Farid memelankan suaranya, terdengar bergetar ditelinga Fani. Cengkaraman pada bahu Fani mengendur dan Farid melangkah mundur.

Ia terlihat frustrasi dan menjambak rambutnya, Fani masih diam, ia menunduk dengan air mata yang tak henti-hentinya mengalir dari kedua matanya.

"Aku benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan kejutan seperti ini" lanjut Farid kembali.

Fani menelan silvanya, sedikit meringis mendengar ucapan Farid, seketika ia merasa bersalah kepada pria itu.

"Bukan begitu dokter, Aku.. " Ucap Fani terbata dengan air mata yang masih menganak, keberaniannya menguap begitu saja.

"Lalu bagaimana? Bicara yang jelas. Aku benar-benar gak ngerti dengan jalan fikiranmu" Sergah Farid penuh kekesalan. Merasa tidak percaya dengan ucapan Fani.

Fani sendiri semakin merasa di pojokkan. Belum lagi Farid terlihat begitu diliputi rasa kesal sehingga ia tak tau harus melakukan apa.

"Benar. Fani akan pergi" Lirih Fani kemudian, suaranya begitu pelan hampir tak terdengar.

Tidak ada pilihan lain kecuali mengakuinya. Ia tak dapat menahan isakannya saat Farid semakin menjauhinya, terlihat jelas raut kecewa di pria itu yang membuat Fani semakin merasa bersalah.

"Rupanya aku salah mengharapkan jawaban lain dari kamu"

Fani terperanjat saat mendengar ucapan Farid, pertama kalinya ia menlihat Farid begitu kecewa.

"Kupikir kamu berbeda, ternyata semua Wanita sama saja. Brengsek!"

Fani semakin terisak saat mendengar kata terakhir yang Farid ucapkan. Pria itu melangkah menjauhinya, hendak pergi menginggalkannya.

Dalam tangisnya setitik keberanian Fani muncul saat menyadari bahwa seolah-olah dia yang paling egois jika tak mengungkapkan perasaannya.

"Sejak awal, jika aku bicara. Apa dokter akan perduli?" Fani mengangkat kepalanya.
Sementara Farid menghentikan langkahnya.

Step By DoctorWhere stories live. Discover now