30 - Ada Cerita di Pasar Malam

2.9K 102 1
                                    

Happy reading

Jangan lupa tekan ☆

Typo!

.

.

.

.

Farid memandang Fani yang tengah melahap sarapannya. Wajah gadis itu terlihat fresh tanpa makeup di pagi ini. Mereka sedang sarapan bersama di victory cafe. Tepatnya Farid yang melihat Fani sarapan karna makanan pria itu sudah tandas sejak lima menit yang lalu.

Sesekali Farid menyeruput kopinya dan kembali melihat Fani setelahnya.

"Dokter kenapa sih? Liatin Fani segitunya? Ada yang salah ya di muka Fani?" gadis itu terlihat panik. Takut Farid melihat aib di wajahnya.

Farid tersenyum tipis, ia kembali menyeruput kopinya. Sementara Fani merasa di abaikan.

"Krik.. Krik.. " kesal Fani.

Ia kembali melanjutkan sarapannya, berusaha mengacuhkan tatapan Farid yang sejak tadi memandangnya dalam diam meski jantung Fani sebenarnya sudah ketar ketir dibuat pria itu.

Ayolah, dia belum terbiasa dengan kondisi ini. Kalau boleh jujur Ia sangat gugup sebenarnya.

Setelah Salad buah Victory tersisa sedikit di mangkuknya, Fani mengambil infused water yang sengaja ia bawa tadi pagi sebelum berolahraga bersama Farid lalu meminumnya.Sementara Farid masih setia mengamati gerak gerik Fani dalam diam.

"Dokter kenapa suka minum kopi pagi-pagi?. Apa itu gak bahaya untuk kesehatan?" tanya Fani saat melihat Farid kembali menyeruput kopinya. Sedikit demi sedikit Fani tau bahwa pria itu suka sekali mengonsumsi caffein di pagi hari.

"Tidak masalah. Yang penting porsinya tidak berlebihan. Dua atau tiga cangkir kopi perhari. Lagi pula saya lebih suka minum kopi saat pagi hari saja" Jawab Farid itu. Fani mengangguk di tempatnya. Bersama pria itu ia juga bisa belajar banyak hal.

"Tapi kan, kopi itu pahit. Fani sih gak suka pagi-pagi minum yang pahit-pahit. Satu hari bisa hancur mood Fani" gadis itu bergedik membayangkan bagaimana ketidaksukaannya kepada kopi.

"Ini saya sedang minum sambil melihat kamu" jawab Farid santai. Sementara Fani bingung. Maksudnya? Ia tak mengerti. Apa hubungannya ia dengan kopi.

"Melihat kamu. Kopi saya terasa manis"

Hampir saja Fani menelan sendok yang ada di tangannya kalau saja ia tidak sadar mereka masih berada di kawasan victory yang ramai. Wajahnya memerah mendengar gombalan receh Farid. Oh... Jadi maksud pria itu Fani manis kayak gula. Fani menggigit bibir bagian dalamnya. Ia tersipu, Farid benar-benar bertingkah diluar dugaannya.

"Dokter mau bilang Fani manis ya?" ucap Fani malu-malu. Pria di depannya Sungguh berhasil membuatnya berbunga-bunga di pagi hari.

"Saya gak bilang gitu" seperti di hempaskan. Wajah Fani terlihat masam mendengar perkataan Farid. Dasar gak tau momen romantis.

Fani jengkel di buatnya. Fani menekuk wajahnya, membuat Farid tertawa melihatnya. Sekarang ia tau satu hal, kalau mengerjai Fani dapat membuat moodnya membaik. Wajah masam gadis di depannya itu benar-benar menghibur. Cantiknya seribu kali lipat meningkat.

"Dokter udah lama kenal sama mas Satya?" tanya Fani saat melihat Farid sudah selesai menertawakannya.

"Satya satu sekolah dengan saya. Saya, Satya, Hesti dan Selfira" jelas pria itu.

"Tapi kok waktu di rumah sakit dokter sama mas Satya kayak gak kenal gitu?" tanya Fani kembali. Dia merasa sudah mirip detektif sekarang, banyak tanya.

Step By DoctorWhere stories live. Discover now