28 - Tanya

7.2K 614 173
                                    

Assalamu'alaikum ..

Yang sudah nunggu lama, he, he ...

Maaf ya, 

Ternyata ngebangun chemistry saya dengan Ucup ini butuh waktu yang sangat lama dibandingkan dengan tokoh lainnya. Karena selain alur yang lumayan bikin pikiran ribet, saya juga butuh dapat support lebay bin gombal dulu untuk munculin mood-nya. Ha, Ha ...

Monggo ..

Selamat membaca, meski hanya 1000 kata, tapi percayalah ... saya ngos - ngosan ngerangkai katanya. Hiks ...

Semoga gak sampe bulan depan lagi untuk nambah part-nya. Hi, hi ...

_________________________________________________________________


"Kalamun qodimullah, yumallu sama 'uhu

Dzalilun liqolbi 'inda jahli wa khoiroti ..."


Nadzoman sebelum pengajian kitab selepas sholat isya' sudah terdengar dari pengeras suara. Ismi menarik tangan Hasna yang siap berangkat ikut pengajian bersama temannya.

"Berangkatnya sama aku! Kamu kan punya janji mau cerita tentang Kak Adit."

Hasna tersenyum pada teman-temannya yang sejak tadi menunggu. Meminta maaf sambil mengatakan bahwa akan berangkat bersama Ismi nanti. Beruntung teman-temannya tidak marah dan langsung pergi meninggalkan mereka.

Ismi sendiri masih sibuk mencari jilbab berwarna senada dengan baju yang dia pakai kali ini. Biru langit. Warna kesukaannya.

"Sambil cerita, gih. Aku dengerin deh."

Hasna mendekap kitab fathul qarib di depan dada, sambil memperhatikan Ismi yang sibuk dengan lipatan jilbabnya.

"Aditya itu temen SMP aku."

"Cuma temen?"

"Berkali-kali ngungkapin, sih."

"Hah?" Ismi yang sudah berdiri di depan cermin berukuran 1 x 1 meter itu sedikit terkejut mendengar penjelasan Hasna.

"Aku gak suka, karena dia dari dulu emang suka masuk organisasi dan berkecimpung dalam kegiatan ekstra sekolah."

"Kenapa?"

"Kebanyakan cowok yang aktif di kegiatan begituan, banyak ceweknya."

"Ih, kata siapa?"

"Kataku lah."

Ismi terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepala. Ia mengeluarkan kitab berwarna hijau dari rak bukunya. Siap untuk berangkat menyusul teman-temannya yang lain.

"Gak semua, kali, Has."

"Emang gak semua, tapi dia termasuk salah satu cowok yang jadi idola di sekolahku dulu."

"Wah, keren."

"Keren memang, tapi aku gak sanggup buat memupuk cemburu."

"Weh, bahasamu, Has!"

Hasna menjulurkan lidahnya seraya menyeringai. Hidungnya sedikit terangkat ke atas. Mereka berjalan menyusuri halaman asrama menuju gedung diniyah, tempat yang biasa digunakan untuk pengajian kitab setiap malam kecuali malam jumat dan malam selasa.

"Terus sekarang gimana?" Ismi masih penasaran.

Hasna mengangkat jari tangannya. Memperlihatkan cincin berbentuk love di jarinya pada Ismi.

Rahasia [Terbit]Where stories live. Discover now