24 - Yusuf Muhammad

5.9K 703 131
                                    

Assalamu'alaikum ...
Lama banget ya? 😆😆😆
Sampe lompat tahun jadi 2020

Mohon maaf, idenya sering ngumpet soale. Saya butuh asupan cokelat lebih banyak sepertinya.

Oya, jangan lupa vote dan koment ya
Saya juga akan sangat berterima kasih jika mau membagikan link cerita ini juga. Ha ha ha .. Pamrih nih.. 😂

Ya sudah ..
Selamat membaca..
🤗🤗🤗

_____________________________________
-----------------------------------------


Pagi itu adalah hari terakhir bagi Hasna yang sudah mengikuti orientasi mahasiswa baru selama tiga hari berturut. Banyak pelajaran baru yang ia terima di setiap harinya. Bahkan, beberapa hukuman dari anggota BEM yang cukup melelahkan juga sudah ia dapatkan.

Tak hanya pelajaran dan sanksi yang Hasna dapat dari masa orientasi itu. Beberapa teman dari berbagai daerah juga mulai akrab dengannya. Satu diantaranya kebetulan sekamar dengannya. Sedangkan dua lainnya dari ma'had diluar pesantren pusat. Pesantren itu biasanya disebut pesantren cabang. Karena letaknya yang berada lebih jauh dari kantor pesantren pusat.

"Cepetan Hasna! Hari terakhir gak boleh telat. Nanti bukannya tenang, kita malah disanksi lagi!"

Nur Ismi namanya. Ia tergopoh mengambil perlengkapan untuk orientasi sambil memasang kaos kakinya. Gadis hitam manis itu memang selalu terlihat gupuh dan heboh. Berbeda dengan Hasna yang nyaris terlihat selalu tenang.

"Gak akan, 'kan sekarang cuma diisi seminar. Di jadwalnya tidak ada acara kelas dengan kakak-kakak BEM lagi."

Hasna masih santai mencari capingnya di pojok kamar.

"Justru itu, klo sampai kita telat pas masuk aula, itu malah lebih memalukan lagi. Kan pesertanya kumpul semua."

Gadis yang akrab dengan panggilan Ismi itu sudah berdiri di bingkai pintu. Masih bersabar menunggu Hasna.

"Iya, hayuk!" Hasna langsung menggamit lengan Ismi dan sedikit berlari menuju kampus yang lumayan jauh jaraknya dengan asrama.

Mereka berdua mengurai senyum bersama. Caping di kepalanya, terlihat sedikit naik turun karena longgar. Botol air yang harus terisi penuh dengan tali rafia di leher botolnya juga ikut maju mundur di pinggang mereka.

Tiba di halaman kampus, mereka berdua segera bergabung dalam barisan yang sudah berkotak-kotak sesuai dengan kelompok masing-masing. Beruntung mereka benar-benar belum terlambat.

Beberapa anggota BEM di depan memberi instruksi agar barisan kelompok menyanyikan yel-yel yang sudah di buat di awal masa orientasi. Beberapa yang lainnya, berjalan-jalan mengitari peserta, lebih tepatnya mengontrol.

Selesai membawakan yel-yel, mereka diarahkan untuk segera masuk ke dalam aula yang letaknya berada di lantai tiga dari gedung bercat hijau itu. Sedikit berebut, calon mahasiswa dan mahasiswi baru itu menaiki anak tangga setengah berlari. Tentu dengan posisi yang berseberangan. Mahasiswi di tangga sebelah barat, dan mahasiswa di tangga sebelah timur.

Aula tanpa kursi itu nampak seperti lapangan sepak bola dengan karpet hijau yang tergelar memenuhi ruangan.  Tabir pembatas berdiri tegak di tengah-tengah ruangan. Pemisah untuk mahasiswa dan mahasiswi yang sebenarnya tidak boleh bertemu dalam pesantren.

Di depan ada podium yang sudah dilengkapi dengan beberapa kursi dan hiasan daun tanpa bunga dalam pot. Terlihat dua microfon juga tergeletak tanpa pemilik di atas meja yang ikut menempati podium. Beberapa kipas angin dengan ukuran besar bergantian menoleh ke kanan dan ke kiri.

Rahasia [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang