19 - Hasna

5.2K 642 250
                                    

Hhehehe..

Assalamualaikum..
Berhubung banyak yang koment juga, akhirnya siap buat up lanjutan part ya

😁😁😁

Terima kasih komentnya

Beragam banget, dan lumayan bisa bikin saya ketawa,😂😂

Postingan sya sebelumnya sebenernya hanya karena lagi Badmood
Biasa kalau cewek pasti ada masa2 yang bisa bikin feel nya kebalik tiba-tiba.

Part ini mungkin agak sedikit ya, karena sya ngetiknya langsung pakai HP
Lagi dikampung, dn gak bs bawa Lepi

Semoga bisa menghibur semuanya..

____________________________________

Yusuf masuk ke dalam kamar yang sudah dari kemarin ia tempati. Namun, pandangannya begitu tak percaya saat kamar itu telah penuh dengan keluarganya yg lain. Sofa di samping pintu kamarnya pun sudah di tempati oleh ayahnya.

Dengan sedikit bersungut, ia kembali menutup pintu kamarnya. Berjalan pelan ke arah ruang tamu. Mungkin dia bisa rebahan di kursi pojok berbahan kayu jati di sana. Gagal, Amar sudah menempatinya.

Sebenarnya ada tiga kamar lainnya yang bisa ia datangi. Kamar keluarga Amar, kamar orang tua Hasna yang juga berbagi dengan eyangnya, dan satu lagi kamar Hasna. Haruskah ia ke sana? Bukankah Yusuf sekarang adalah orang yang sudah halal untuknya?

Yusuf menggeleng-gelengkan kepalanya. Mencoba membuang pikiran itu dari sana. Mana mungkin ia bisa berfikir untuk sekamar dengan Hasna, sedangkan dia sendiri yang menyatakan bahwa dia menikahi Hasna hanya untuk membantunya di pesantren.

Gila ..., batinnya sambil menepuk kepalanya.

Ia berbalik ke arah dapur. Satu-satunya ruangan yang bisa dia tempati hanya di sana. Mungkin jika ia mengatur kursi-kursi dari meja makan, bisa menjadi tempat untuk merebahkan tubuhnya sejenak.

Langkahnya terhenti saat ia melihat gadis tanpa hijab berdiri di depannya, ia tengah menuang air ke dalam gelas.

Hasna?

Hatinya mengucap nama itu dengan kalimat tasbih. Hasna ternyata tampak lebih cantik tanpa memakai hijab. Mendadak degup jantungnya keluar dari nada. Mengeras dengan durasi yang sedikit lebih cepat dari biasanya.

Seperti ada yang memperhatikan, Hasna mengangkat wajahnya ke bingkai pintu. Seperti tak peduli akan kehadiran Yusuf, Hasna langsung menenggak air di tangannya hingga habis. Ia terpaksa ke dapur saat tenggorokannya terasa haus karena menangis.

Seharusnya tadi dia ke dapur, tapi karena mendengar obrolan Yusuf dan Amar, ia malah berlari ke kamarnya. Menumpahkan segala kekesalan dan kesedihannya di sana. Beruntung suasana rumah sudah mulai gelap, jadi dia tidak perlu mengendap-ngendap pergi ke dapur karena kondisi matanya yang sudah berkantung.

Yusuf masih berdiri di sana, menatap Hasna. Hasna pun masih mengabaikannya dengan kembali menuang air ke dalam gelasnya yg sudah kosong. Ia bergegas pergi setelah gelasnya penuh, melewati Yusuf tanpa menyapa.

Yusuf menutup matanya, menghirup aroma parfum yang tersisa dari kelebat Hasna di sampingnya. Nafasnya tertahan sejenak, lalu terhempas pelan beberapa detik berikutnya. Alisnya sedikit terangkat dengan sikap Hasna kali ini. Kenapa Hasna mengabaikannya?

Rahasia [Terbit]Where stories live. Discover now