44 - Surat Hasna

2.8K 452 59
                                    

Alhamdulillah, tayang sesuai jadwal 🤭
Semoga part ini gak bikin nyesek
Karena saya sendiri sudah ikut menitikkan kristal bening..

Atttah attah .. 😜

Jangan lupa Al-Kahfinya ya
Selamat bermalam Jumat dan semoga terhibur
💚

-----------------------

Aditya meletakkan ranselnya di sisi meja belajar. Dengan pelan ia pun merebahkan badan di atas dipan. Ada helaan nafas yang dihempaskan perlahan.

Beberapa detik kemudian, Aditya mencoba memejamkan mata. Satu lengannya berada di atas dahi. Sementara satu lengan yang lain mengelus dadanya.

Wajah Hasna masih menguasai ruang gelap dalam pejaman. Senyumnya, mata yang membulat karena takjub, bahkan raut wajah sedih yang nampak saat Amar mempermalukan Aditya tadi pun, terekam jelas di pelupuk matanya. Lagi-lagi ia menghela nafas berat.

Tiba-tiba sebuah sentuhan hangat ia rasakan di lengannya. Ada senyum menenangkan dari seorang wanita yang ia dapati saat membuka mata kembali. Wanita yang teramat ia cintai.

“Kenapa?”

Suara lembut itu masih sama sejak dulu. Seolah mampu meruntuhkan segala resah dalam hati Aditya. Ia pun bangun dari rebahnya, lalu menggeleng perlahan dengan senyum yang ikut membingkai wajah.

“Gak pa-pa, Bu,” jawabnya kemudian.

“Ndak mungkin, wajah kamu ndak bisa berbohong sama Ibu.”

“Ndak pa-pa. Adit hanya capek saja.”

“Kalau mau cerita, Ibu siap mendengarkan, loh.”

“Iya, nanti Adit cerita kalau ada masalah.”

“Kamu mau makan apa? Biar ibu siapkan.”

“Adit sudah makan, Bu.” Kali ini Adit kembali berbohong. Padahal sedari pagi ia belum makan apapun karena berniat untuk menghabiskan waktu bersama Hasna. Siapa sangka akan begitu akhirnya.

“Ya sudah, istirahat saja kalau begitu. Jangan lupa sholat duhur dulu!”

Adit mengangguk, mengiyakan segala ucapan wanita paruh baya di depannya.

**

Yusuf memutar kemudinya menuju taman. Ia mengambil arah berbeda dari rumah eyang. Sejak tadi mereka hanya diam. Tak perlu ditanyakan lagi, apa yang tengah berada dalam hati mereka berdua.

Sesampainya di taman, sengaja Yusuf tak turun dari mobil. Pandangannya pun masih belum beralih pada Hasna. Ada amarah yang ia tahan di sana.
Hasna tahu, pasti Yusuf berfikir yang bukan-bukan tentangnya dengan Amar. Entah, perdebatan macam apa kali ini yang akan mereka lakukan. Dia benar-benar merasa malas berdebat kali ini.

Permasalahan kemarin saja masih belum ada penjelasannya. Ditambah dengan masalah ini. Jika Yusuf adalah Amar, mungkin Hasna bisa lebih sedikit tenang. Karena Amar jauh lebih mudah meredam amarah. Seperti tadi buktinya. Amar mengatakan bahwa dia tak kan pernah bisa marah pada Hasna. Tapi Yusuf ….

“Ada yang mau kamu jelasin sama aku?” Yusuf buka suara meski tatapannya  belum beralih.
Hasna menurunkan kaca mobil, membiarkan sepoi angin masuk ke dalam. Malas rasanya baginya menjawab pertanyaan Yusuf.

Rahasia [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang