15. Patah

8.7K 337 3
                                    

*Typo bertebaran










Sana membawa Dilla keapartemennya, setidaknya Dilla baik-baik saja bersamanya.

Sekarang dia harus mengurus Affan. Ia sudah tak tahan untuk mengintrogasi Affan.

Kamar diapartemen Sana ada dua, sehingga satu kamar bisa digunakan Dilla.
Setelah mengantar Dilla kekamarnya.

Dila mengetik pesan ke Affan

"Temui aku sekarang, dicafe biasa."

Setelah mengirim pesan tersebut pada Affan, Sana pamit keluar pada Dilla karena ada sedikit pekerjaan.

Sana datang ke cafe tersebut dan melihat Affan yang sudah lebih dulu datang.

"Dimana Dilla San? Dia gapapakan?" Tanya Affan saat Sana baru saja duduk didepannya

"Ditempat yang aman dan apakah menurut kakak kak Dilla baik-baik saja?" Jawaban Sana membuat Affan terdiam

"Bagaimana bisa kak Dilla tau?" lanjut Sana

Affan menghembuskan nafas, dan mulai menceritakan semuanya kepada Sana.

"Lagipula ngapai kakak mau nemenin perempuan itu. Kakak sendirikan yang bilang, mau sembunyiin dari kak Dilla, seharusnya kakak juga gak perlu jalan sama perempuan itu" Ucap Sana

"Iya kakak tau kakak yang salah San"

"Memang sedari awal semua salah kakak"

"Udahlah aku mau balik, pusing"ucap Sana yang akan beranjak namun ditahan Affan

"San bantuin kakak, buat jelasin ke kak Dilla. Bisakan?"

"Mau jelasin apa kak? Jelasin kalau kakak nikah lagi sama perempuan lain? Kak Dilla butuh waktu, jangan ganggu dia atau kalau tidak kakak benar-benar kehilangan dia" ucap Sana lalu pergi meninggalkan Affan dengan memikirkan ucapan Sana tadi.

~•~


Sesampainya diapartemen, Sana membawa makanan untuk makan malamnya bersama Dilla.

Saat Sana memasuki rumah tampak Dilla yang sedang berdiri dibalkon apartmen Sana.

"Kak"

"Kamu udah pulang?" ucap Dilla

"Iya kak, ini aku bawa makanan, kakak pasti belum makankan? Yuk kita makan sama-sama"

"Kakak gak laper San, kamu aja yang makan"

"Kak mubazir dong, makanan sebanyak ini mana bisa aku makan sendiri. Dikit aja yaa"

Tampak mata Dilla yang sembab, dan atas sedikit paksaan Sana, Dilla makan, ia menghargai Sana yang telah membantunya.

"Kak" panggil Sana setelah selesai makan, Dilla hanya melihat kearah Sana

"Kakak gak mau dengerin penjelasan kak Affan dulu?" lanjutnya

Cukup lama Dilla diam,

"Kakak belum siap San, masih terlalu sakit"

"Sana tau ini gak mudah kak, Tapi bisa aja kak Affan ada alasan kak. Setidaknya kakak harus dengerin dulu baru mengambil keputusan setelah itu"

Dilla diam dan menunduk, air mata nya turun kembali.

"Apapun alasan itu, Kenapa mas Affan tega San? Kenapa dia sejahat itu? Apa salah kakak San?" ucap Dilla dengan isak tangisnya

"Sakit San sakit sekali. Kakak harus bagimana sekarang?" ucap Dilla terisak dan memukul-mukul dadanya

Sana tak bisa menjawab apapun dia memeluk Dilla untuk menenangkannya, sungguh ia tak tau harus berbuat apa, sementara Dilla masih terus menangis.

De FactoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang