9. Kesalahan

7.8K 291 10
                                    

*Typo bertebaran


Setelah kepulangan mereka dari Jogja, Affan kembali pada kesibukannya di rumah sakit. Yang jujur tempat yang ia benci. Bukan karena pekerjaannya tapi karena seseorang.

"Dokter Affan, saya mau bicara sama kamu." ucap seseorang memasuki ruangan Affan

"Apalagi sekarang?" tanya Affan

"Apalagi kamu bilang? ini masalah serius, dan kamu bisa berbicara seolah tak ada apapun yang terjadi"

"Keluar dari sini kalau anda hanya berniat memancing emosi saya lagi"

"Memancing kamu bilang. Siapa disini yang memancing emosi siapa. Seharusnya saya yang bilang begitu, bisa-bisanya kamu santai seperti ini disaat aku bahkan gak tau harus kayak gimana sekarang. Kamu bahkan liburan dengan istri kamu itu sementara aku uring-uringan gak tau harus bagaimana setelah kamu meniduriku fan"

"Dokter Zahra berhenti!!!
Jangan sekalipun kamu membawa nama istri saya dalam masalah ini"
Ucap Affan, ya dokter Zahra.

"Kenapa hm? Kamu takut dia tau semua ini? Kamu takut keadaan dia kenapa-kenapakan, lalu ada kamu mikirin gimana keadaan aku sekarang? Enggakkan? Bagaimana pun juga aku akan menceritakan semuanya. Aku butuh pertanggungjawaban fan. Ini menyangkut harga diri ku sebagai seorang wanita fan" ucap zahra menangis

"Apa yang harus aku pertanggungjawaban ? Bahkan aku tidak yakin melakukan itu"

"Tidak yakin bagaimana lagi, disaat semuanya sudah jelas! Aku akan menceritakan semuanya pada Dilla, kamu ingat itu." ucap Zahra keluar dari ruangan Affan

"Aaargh siallll" ucap Affan menjambak rambutnya

Sungguh ia tak tau apa yang dituduhkan Zahra benar atau tidak. Dia tak mengingat apapun tentang malam itu.

~•~


Satu minggu telah berlalu, Dilla melihat sepertinya akhir-akhir kmi suaminya memiliki masalah. Ia dapat melihat dari ekspresi Affan yang terkadang melamun saat diajak berbicara dan sering ta masuk rumah sakit. Dalam satu minggu ini saja terhitung 3 kali Affan tak ke rumah sakit. Entah apa yang mengganggu pikiran suaminya itu, saat Dilla bertanya, sang suami hanya menjawab tak ada masalah apapun.

Dilla merasa tak yakin dengan itu, contohnya saja malam ini, setelah selesai makan malam. Dilla sibuk membersihkan sisa-sisa makanan dan akan mencuci piring kotornya. Tapi ia melihat Affan yang masih terduduk dan memandangi gelas minumnya.

"Mas"

"Mas"

Namun tak ada jawaban dari Affan,

"Mas" ucap Dilla lagi dengan sedikit keras, yang berhasil mengalihkan pandangan Affan.

"Kamu kenapa sih mas? Dari tadi aku panggilin gak denger. Kalau ada masalah itu cerita mas, jangan diam aja" ucap Dilla kesal

"Gapapa kok sayang, cuma agak kecapean aja" jawab Affan dengan senyum

Dilla tak mau ambil pusing dengan itu, mungkin memang benar kalau Affan pusing dengan urusan pekerjaannya.

~•~

Hari demi hari berlalu, selalu terganggu oleh Zahra yang selalu mendatanginya dan meminta pertanggungjawaban, bukan nya tak mau bertanggungjawab tapi Affan juga masih memastikan kebenarannya. Ia juga bingung apa yang harus ia lakukan, terlebih lagi apa yang harus dia katakan pada Dilla. Pasti ini sangat menyakitkan baginya. Tapi ini semua juga diluar kendali Affan.

Pagi ini, baru saja Affan datang kerumah sakit, ia sudah di hadang Zahra.

"Aku perlu bicara sama kamu fan"

De FactoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang