Johnny pun mengeluarkan tenaganya dan berlari lebih cepat lagi, hingga saat sudah hampir dekat, ia pun melompat dan menubruk Jaehyun. Keduanya berguling di rerumputan penuh semak yang kini telah rusak.

Dua serigala besar itu saling melolong dan melawan satu sama lain. Hanya saja, Jaehyun tahu siapa yang lebih kuat. Jadi, setelah cukup lama bergulat dengan emosi dan harga diri, Jaehyun pun menyerah dengan Johnny yang masih mencengkeram lehernya dengan kaki. Jari dan kuku-kuku tajam Johnny membuat Jaehyun tak mampu bergerak dan hanya bisa menatapnya dengan marah.

Johnny terengah, embusan uap hangat dari moncongnya menerpa wajah Jaehyun yang perlahan mengubah wujudnya menjadi manusia. Manusia yang tak tampak lemah meski sedang berada di bawah kungkungan serigala hitam yang masih mengeluarkan geraman.

Jaehyun terdiam, namun amarah yang tadi membara kini telah sirna. Jaehyun terlihat sedih dan bingung.

Menatap mata yang kini tak lagi dipenuhi kemarahan, Johnny pun iba. Serigala itu berangsur-angsur mengecil dan berubah menjadi pria tampan yang selalu Jaehyun kenali sebagai sahabatnya.

"Johnny-"

"Idiot! Kenapa kau selalu saja berlari?! Tidak bisakah kau mengubah kebiasaan burukmu itu? Tidak bisakah kau berpikir sekali saja, bagaimana jika suatu hari aku tidak bisa berlari mengejarmu lagi?!"

Seolah ditampar dengan keras, Jaehyun memalingkan wajahnya. Ia bahkan mulai mati rasa, hampir lupa jika Johnny masih mencengkeram lehernya. Perkataan Mingyu pun kembali memenuhi benaknya.

Banyak takdir buruk yang akan terjadi.

Bagaimana jika suatu hari aku tidak bisa berlari mengejarmu lagi?

Kata-kata Mingyu dan pertanyaan Johnny saling tumpang tindih. Membuatnya semakin putus asa karenanya.

Ia ... tidak pernah merasa setakut ini.

"Jaehyun, aku bertanya sekali lagi ... kenapa kau berlari?"

"Pergilah Johnny, aku sedang muak padamu! Kenapa kau selalu mengaturku?! Menyuruhku ini-itu sesuai kehendakmu?! Kenapa kau selalu ingin tahu apapun yang menjadi urusanku?!"

Jawaban Jaehyun membuat Johnny yang tadinya sudah meredam amarahnya kini kembali merasakan jengkel di hatinya. Pria itu pun segera memejamkan mata, mencoba meredakan emosinya.

Setelah terdiam cukup lama, akhirnya dengan lembut Johnny pun menjawab, "Karena aku peduli padamu, karena kau adalah temanku, sahabatku. Jaehyun-ah, itu semua aku lakukan karena aku peduli padamu."

Hanya saja, itu bukanlah jawaban yang ingin Jaehyun dengar. Kalimat itu justru semakin menyakitinya. Membubuhkan luka baru di dalam hatinya.

Jaehyun tersenyum, "Bagaimana jika aku tidak mau menjadi temanmu lagi, Johnny? Bisakah kau berhenti?"

"Jae-"

"Aku menyukaimu."

"Apa?"

"Aku menyukaimu, Johnny. Sejak lama aku sudah menyukaimu. Bukan sebagai teman, bukan sebagai sahabat, bukan juga sebagai pengikut yang menyukai pemimpinnya, tapi ..." Jaehyun menggigit bibir, mulai sangsi. Namun, ia tidak bisa berhenti, "T-tapi, aku menyukaimu sebagai seorang pria. Aku mencintaimu dan selalu bermimpi untuk menjadi mate-mu."

Jaehyun merasakan cengkeraman tangan Johnny di lehernya mengendur, "Kau tahu? Menjadi alpha adalah kutukan untukku. Karena aku merasa tidak mungkin untuk memilikimu."

"Jaehyun, apa yang kau katakan? Apa ... yang sedang kau bicarakan?"

Jaehyun menepis tangan Johnny dan membalik posisi mereka. Jaehyun tersenyum sendu melihat raut tak percaya yang tersirat di wajah Johnny, "Aku yakin kau sudah mendengarnya. Sangat sulit mengatakan semua ini, jangan buat aku mengulangi semuanya lagi, Johnny ..."

Two Alpha✅Where stories live. Discover now