BAB 10: Pertemuan

Start from the beginning
                                    

"Siap, Bos!" jawab Dion.

"Aku berangkat bersama Dion, pulang aku mau sama dia juga," ucap Lentera, menghampiri Gilang.

"Ada hal yang ingin aku bicarakan dengan kau," tukas Gilang. "Mengenai kerja sama kita," tambahnya. Lalu, lelaki itu memasukkan tas Lentera ke dalam mobil di kursi belakang. Dan, dia membukakan pintu di samping kemudi untuk Lentera. "Cepatlah."

Lentera memejamkan matanya, mendesah. Ia tak memiliki pilihan lain. Lalu, Lentera masuk ke dalam mobil Gilang. Lelaki itu menutup mobil, kemudian memutar dan masuk ke dalam mobil pada kursi kemudi.

"Aku tahu, pembicaraan mengenai kerja sama itu hanya alasanmu saja," ucap Lentera. Mereka sudah jauh dari hotel, mendahului Dion dan Renata.

Gilang tertawa kecil, "Aku tidak mau kembali ke Surabaya seorang diri," ucapnya. "Lagi pula, aku tidak berbohong mengenai pembicaraan kerja sama kita."

"Oh ya?" sahut Lentera. Perempuan itu tersenyum.

Gilang membelokkan mobilnya ke sebuah rumah makan. Tempat tersebut memiliki halaman parkir yang luas. Pada sisi kanan, terdapat bangunan yang digunakan untuk rumah makan. Pada sisi kiri, merupakan pusat oleh-oleh. Tempat tersebut ramai, terlihat dari tempat parkirnya yang penuh dan beberapa orang yang keluar masuk rumah makan.

"Yon, kita di rumah makan setelah pom bensin, ya," tukas Gilang. Lelaki itu menelepon Dion, untuk menyusulnya. "Kita makan siang dulu."

Lentera mengangguk, melepaskan sabuk pengaman dan meraih tas selempang putih dengan bertuliskan "Aku Cinta Malang". Tas tersebut dibelikan oleh Dion, sekalian ketika membeli kaus.

Perempuan itu hendak membuka pintu mobil, tetapi Gilang sudah membuka pintu tersebut. Lentera tersenyum kecil pada Gilang, lalu dia turun mengikuti lelaki itu.

Di dekat pintu masuk rumah makan, ada seorang kakek yang berjualan kerupuk nasi. Kakek tersebut duduk sembari menawarkan dagangannya. Ia membawa satu kantung penuh kerupuk nasi, yang dikemas dalam plastik yang lebih kecil. Lentera melihat Gilang menghampiri kakek tersebut, berjongkok menyamai si kakek.

"Sudah makan, Kek?" tanya Gilang. Lelaki itu mengambil satu kemasan kerupuk nasi, membukanya, lalu memakannya.

"Belum, Nak," jawab Si Kakek.

Gilang terus memakan kerupuk nasi tersebut, lalu dia mendongak, melihat ke arah Lentera. "Mau?" Lentera ikutan jongkok di sebelah Gilang, meraih kerupuk nasi pada kemasan yang sudah dibuka oleh Gilang.

Tepat pada saat itu, Dion dan Renata datang. "Yon, bawa kerupuk-kerupuk ini, ya," kata Gilang pada Dion. Dion yang baru saja datang, sedikit terkejut. "Masukin mobil."

"Semua?" tanya Dion. Gilang mengangguk. "Mobil siapa?"

"Mobil kaulah," sahut Gilang. "Besok bawa ke kantor."

"Oke, Bos!" sahut Dion. Lalu, dia membawa satu kantong berisi kerupuk tersebut ke dalam mobil.

"Berapa semuanya, Kek?" tanya Gilang. Kakek tersebut menjawab, lalu Gilang mengeluarkan uang dari dompetnya dan diserahkan pada si kakek.

"Matur nuwun, Nak," ujar Si Kakek. Wajah kakek tersebut terlihat teduh dan penuh rasa terima kasih.

"Makan dulu, yuk, Kek," ajak Gilang. Kemudian, Gilang membantu kakek tersebut untuk berdiri.

***

Lentera makan siang dengan nasi pecel, ditambah dengan ekstra peyek, sate komo dan kerupuk nasi yang mereka beli tadi. Dia duduk satu meja dengan Renata dan Dion. Di sela-sela suapannya, Lentera melihat ke arah Gilang. Lelaki itu duduk di luar rumah makan bersama si kakek penjual kerupuk nasi, tepatnya di lokasi kakek tadi berjualan.

Before Wedding [END]Where stories live. Discover now