40. Pernikahan Seorang Teman

Start from the beginning
                                    

"Omong kosong! Yang kau mau hanya aku menemanimu pergi." Jeno dengan segelas kopi di tangannya berjalan menuju ruang belajar.

Jaemin menarik tangannya. "Bagaimana jika mereka nanti terus memintaku untuk minum? Kau tahu kan kalau aku memiliki banyak teman."

"Kau bukan pengantinnya, untuk apa mereka ingin minum denganmu?"

Walaupun Jeno berkata seperti itu, sebenarnya dia sedang sibuk berpikir. Bagaimana jika Jaemin benar-benar mabuk? Jika hal itu terjadi, orang yang akan paling menderita nantinya adalah dirinya sendiri.

"Siapa yang tahu apa yang akan mereka lakukan? Lagipula—?" Jaemin mengendap-endap ke sebelah Jeno, seperti takut orang lain akan mendengarkan perkataannya. "—-Pesta pernikahan itu seperti kencan buta. Banyak orang yang akan menemukan pasangannya disana. Tentu saja aku tidak akan seperti itu. Tetapi siapa tahu ada orang lain yang ternyata menyukaiku disana?"

"Apa kau pikir kau sungguh semenarik itu?!"

Cukup lama Jaemin mencoba memohon pada Jeno untuk ikut dengannya, Jeno pun akhirnya setuju. Tetapi dia setuju untuk berada di sana hanya untuk satu jam. Jaemin dengan gembira langsung menciumi seluruh wajah Jeno. Jeno pun mendorong wajah Jaemin menjauh.

🐁🐁🐁

Setelah Jeno selesai berpakaian dan berjalan keluar dari kamar, Jaemin mulai merasa menyesal karena meminta Jeno untuk pergi dengannya.

Jeno terlihat begitu mempesona hari itu. Jaemin pun mulai khawatir jika ada seseorang yang akan merebut Jeno darinya di acara pernikahan nanti. Tetapi Jaemin juga tetap merasa gembira karena Jeno sudah mau menemaninya.

Saat diperjalanan, Jaemin terlihat sedang begitu serius berpikir, kemudian dia tiba-tiba menoleh menghadap Jeno.

"Katakan, berapa banyak aku harus memberikan uang untuk angpao pernikahan? Jika kita memberikan sedikit, mereka akan menganggap kita pelit. Jika kita memberikan banyak, tapi kita tidak begitu dekat."

Jeno tidak ingin memikirkan masalah kecil seperti itu. Jeno hanya diam dan terus mengemudi.

Jaemin berpura-pura mencari dompet miliknya. "Jeno... apa yang harus aku lakukan?! Aku tidak membawa dompetku!"

Sebenarnya di dompet Jaemin sudah tidak ada uang yang tersisa. Uang sakunya bulan ini sudah lama dia habiskan.

Jeno menatap Jaemin, "Aku tebak inilah alasan sebenarnya kenapa kau ingin aku ikut. Kau tidak punya uang, tetapi kau masih ingin menghadiri pesta pernikahan orang lain, apa kau tidak malu?"

"Tapi aku punya kau kan?" ucap Jaemin sambil tersenyum genit.

Akhirnya mereka berdua tiba di sebuah hotel yang menjadi tempat diadakannya pesta pernikahan itu. Pengantin wanita dan pria terlihat sedang berdiri didepan pintu masuk untuk mempersilahkan para tamu undangan yang datang. Jaemin melihat semua orang memasukkan uang mereka ke dalam sebuah amplop merah, dia berbalik melihat Jeno,

"Oh tidak!! Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak membawa amplop merah."

Jeno mulai mengomelinya, "Sebenarnya untuk apa kau datang kesini?!"

Ryujin melihat Jaemin yang datang dengan seorang pria tampan. Ryujin pun segera menghampiri Jaemin untuk menyapanya.

"Na Jaemin! Sudah lama tidak melihat mu?"

Jaemin mengangguk kemudian dia ditarik menuju pintu masuk ke dalam ruangan acara. Sebelum masuk, mereka harus menandatangani buku tamu dan menyerahkan amplop yang mereka bawa disana.

Jaemin melihat kearah Jeno untuk meminta pertolongannya. Jeno pun mengeluarkan dompetnya dan mengambil beberapa lembar uang di dalam dompetnya, kemudian meletakkannya di atas meja. Orang yang sedang menjaga meja tamu terkejut dengan banyaknya uang yang diberikan. Kemudian dia tersenyum lebar dan segera mempersilahkan Jeno dan Jaemin untuk masuk kedalam ruangan.

Para gadis-gadis pengiring pengantin dan gadis yang lainnya tampak sedang mengalihkan perhatian mereka pada Jeno. Jaemin merasa terganggu.

"Gadis-gadis itu, apa bagusnya dengan pria kaya? Aku yang imut dengan wajah tampan sedang berdiri di sini. Tapi tidak seorang pun yang memperhatikanku."

Ryujin menempatkan Jeno dan Jaemin duduk di satu meja, kemudian dia kembali untuk menyambut para tamu lainnya.

Jeno mulai merasa bosan disana. Kini dia terlihat sedang memainkan ponselnya.

Khawatir jika akan ada orang yang merebut Jeno darinya, Jaemin pun memperhatikan seluruh isi ruangan dan menyadari bahwa ada beberapa orang wanita yang sedang memperhatikan Jeno. Jaemin sangat berharap dia bisa menarik taplak meja di hadapannya untuk menutupi Jeno dari kepala hingga kakinya.

Setelah beberapa saat, para tamu undangan telah hadir semuanya. Gedung pernikahan itu terlihat penuh kehangatan, suasana penuh cinta di dalam sebuah acara pernikahan. Hanya seseorang yang duduk disebelahnya saja yang bersikap dingin. Jaemin tidak mengerti mengapa Jeno bisa tidak menyukai tempat yang banyak orang.

Upacara pernikahan pun dimulai dengan kata sambutan dari kedua orang tua mempelai. Mereka terlihat menangis haru saat menceritakan kehidupan anak-anak mereka sejak kecil hingga kini mereka akan menikah. Jaemin merasa tersentuh dengan cerita mereka. Dia seperti sedang menonton salah satu scene di dalam drama, kemudian setelah itu giliran teman-teman akrab dari pihak kedua mempelai yang kini memberikan sepatah dua patah kata . Setelah mereka selesai mendengarkan semua cerita mengenai kedua mempelai, semua tamu meminta kedua mempelai untuk berciuman.

"Jeno... kau lihat pengantin wanita itu, wajahnya terlihat merah!"

Jaemin menoleh untuk melihat Jeno, tetapi dia terkejut ketika melihat bahwa ada seorang gadis pengiring pengantin yang sedang berdiri disebelah Jeno. Gadis itu sedang mencoba mengatakan sesuatu pada Jeno, tetapi Jeno mengabaikannya dan terus melanjutkan melihat bursa saham di ponselnya.

Jaemin memberikan tatapan lebar, tetapi dia tidak berani mengatakan apapun. Akhirnya gadis itu pun memulai pembicaraan.

"Permisi, apa kau saudara dari salah satu pihak pengantin? Dari keluarga pengantin wanita atau pria?"

Jaemin mulai mengomel di dalam hati.

Melihat Jeno tidak memberikan respon apa-apa, dengan pelan gadis itu pun menepuk bahu Jeno. Jeno mendongakkan wajahnya keatas.

"Apa?" ucap Jeno dingin.

Gadis itu terdiam karena sikap Jeno, tetapi dia tetap mencoba memperlihatkan senyumannya, "Kau dari keluarga pengantin pria atau wanita?"

"Kenapa kau bertanya?" Jeno menjawab tanpa ekspresi.

"Aku salah satu pengiring pengantin wanita hari ini, kenapa kau tidak membawa pasanganmu?" Gadis itu sedang mencoba peruntungannya.

"Kenapa aku harus membawa pasanganku?"

"Kalau begitu, apa kau sudah memiliki seorang pacar?"

Jeno merasa terganggu dengan semua pertanyaan gadis itu. "Sebenarnya apa yang kau inginkan?"

Jeno memperhatikan bahwa acara pernikahan itu ternyata sudah berlangsung setengah acara. Dia mengerenyitkan alisnya dan menatap Jaemin.

"Berapa lama lagi acara ini akan selesai? Apa kau masih ingin disini? Jika iya, aku akan pulang duluan."

Setelah berkata seperti itu, Jeno segera bangun dari tempat duduknya. Jaemin mengikuti Jeno keluar.

"Aku pulang! Aku pulang!"

Jaemin yang mengikuti Jeno keluar dari gedung sempat berbalik untuk melihat gadis tadi, wajahnya pucat karena terkejut dengan sikap Jeno.

🐁🐁🐁

Dalam perjalanan pulang, Jeno tiba-tiba menanyakan sesuatu pada Jaemin, "Na Jaemin, apa kau merasa iri dengan orang lain yang menikah?"

Jaemin segera menggelengkan kepalanya. Dia tersenyum dan meraih tangan Jeno.

"Aku tidak iri. Aku merasa sekarang ini kita sudah seperti pasangan yang menikah."



Tbc~


[ piceboo & Angelina, 2020 ]

[✔️] Boyfriend | NominWhere stories live. Discover now