Nomor 4 Perundingan Panjang

Start from the beginning
                                    

"Itu hape gue!" seru Lanita panik.

"Iya, gue pinjam." Rama sudah menemukan rekaman itu. Ia lantas segera menekan ikon tempat sampah. Dalam hitungan satu detik, rekaman terhapus.

"Ini namanya pengrusakkan barang bukti!" Lanita segera menepis tangan Rama dari wajahnya, ia emosi luar biasa. Rama menghancurkan semuanya.

Lelaki dengan wajah tampan di atas rata-rata ini mengembalikan ponsel Lanita. Rautnya sama sekali tak berubah, datar. "Lo tahu siapa gue?"

"Nggak!" teriak Lanita tak peduli dan memeriksa ponselnya. Mencari rekaman di tempat semula, dan ternyata sudah hilang.

"Kalo lo macem-macem lagi, teman-teman gue yang tadi nggak bakalan tinggal diam. Gue peringatin ini sama lo," tegas Rama.

Rahang Lanita mengeras, matanya melotot marah dengan deru napas memburu. Rama menatap wajah Lanita selama 5 detik. Hingga akhirnya pergi dari wilayah terlarang, aula belakang.

"Woooiiii! Gue bakalan bikin lo gila supaya lo jatuh cinta sama gue! Gue bakalan bikin lo gila!" teriak Lanita sekencang-kencangnya.

***

Kelas XI B sedang dalam kadaan jam kosong. Semua siswa memanfaatkan itu dengan cara tidur, ngerumpi, sampai nonton bareng pakai LCD proyektor yang ada di langit-langit kelas. Walaupun kelas sedang tidak ada guru yang mengajar, Reno sebagai ketua kelas harus mengumpulkan tugas yang minggu lalu telah diperintahkan untuk dikerjakan. Jadi, karena ini waktu terakhir, Reno pun berinisiatif mengumpulkan satu persatu buku tugas teman-temannya.


Saat suasana sedang ribut-ributnya, Daisy tengah asik menguyah permen lollypop sembari menggunting kertas origami untuk ditempel ke bingkai buatan miliknya. Tahu apa yang ada di dalam bingkai itu? Foto Rama.

Reno akhirnya telah sampai di meja mereka. Daisy yang paham segera mengeluarkan buku bersampul kuning metalik dan diberikan pada Reno. Kemudian lanjut lagi untuk menghias kipas kebanggaannya.

"Lanita, tugas," kata Reno memanggil dengan malas.

Yang ditanya malah sedang cengar-cengir sembari melihat jendela. Daisy asik menempeli kertas. Reno menghela napas berat. Cobaan mempunyai teman yang super duper pemalas dan masa bodoh dengan masa depan. Reno harus bisa tahan, 1 tahun lagi, dan mereka akan berpisah sekolah.

"Lanita, tugas lo," pinta Reno lagi.

Daisy menoleh pada Lanita. Tangannya pun terangkat dan memukul pantat Lanita. Gadis itu bukannya sadar malah tertawa kencang. Seluruh teman-temannya menoleh ke bangku keempat di sudut. Saat tahu siapa yang tertawa, mereka kembali beraktivitas. Mereka sudah biasa dengan tabiat Lanita yang dikenal gila.

Reno memutar bola matanya malas. Daisy berdecak. Karena usaha tadi tidak berhasil, Daisy pun menjilat telapak tangannya dan memukul jidat Lanita dengan kencang.

"AKH!" Akhirnya Lanita sadar. Daisy nyengir. Lanita memegang keningnya yang berdenyut. "Udah nggak waras lo, ya?"

"Elo yang nggak waras. Dipanggil Reno tuh daritadi," balas Daisy sembari mengendikkan dagu pada Reno.

"Kenapa, Ren?" tanya Lanita.

"Tugas." Reno mengulurkan tangan untuk menerima buku.

BEFOREWhere stories live. Discover now