"Iya, nanti gue ganti deh."

"Kapan?"

"kapan-kapan. Sampai lo lupa jika gue pernah minjamin duit."

"Ini mah tukang minjam lebih galak dari pada tukang nagih." Juna mengambil ponsel Kelvin yang berada di atas kasur, namun Kelvin segera mengambil ponselnya itu. "Kenapa? Banyak bokep, ya?"

"Banyak selingkuhan. Nanti lo cemburu."

"Receh, tau nggak?"

"Vin. Temanin gue makan di dapur dong," rengek Brian tiba-tiba. "Lapar gue belum makan."

"Iya Vin. Gue juga lapar, nih. Temanin makan, ya."

"Najis. Cari aja sediri. Lo bukan tamu yang terhormat di rumah ini."

Iqbal menjitak kepala Kelvin. "Gue segan sama Nenek lo. Nanti gue di kira maling. Lo nggak ingat terakhir kali gue cari makan malah di teriakin maling? Nenek lo udah tua."

"Gue sakit. Nggak bisa gerak."

Dengan sigap, Iqbal dan Brian membopong tubuh Kelvin menuju dapur. "Juna lo nggak makan juga?"

"Nggak. Gue mau main game aja."

"Oke. Kalau lo mau makan susul kita, ya."

"Iya, perhatian banget sama gue." Juna menatap kepergian temannya itu. Setelah mereka pergi, Juna mengacak kamar Kelvin, ingin mencari barang yang mungkin ada kaitannya dengan Acha.

Juna membuka laci lemari, namun tidak menemukan sesuatu. Lalu Juna berlari ke lemari pakain, tapi tidak ada apapun di sana. Bahkan di bawah tempat tidur juga tidak ada apapun.

Juna menarik nafas panjang, mulai pasrah dengan keadaan. Sepertinya Kelvin sudah membuang barang itu. Atau apa yang di katakana oleh Anggi tidak benar. Juna merebahkan tubuhnya ke atas kasur, matanya tertuju kepada kotak yang berada di atas lemari. "Kotak?"

Juna mengambil kotak itu, yang letaknya tidak terlalu tinggi. Di tatapnya kotak itu dengan lama, apa ini kotak yang sama di bilang oleh Anggi kemaren? Juna membuka isi kotak itu. "Ini..?"

Pintu kamar terbuka, menampakan Kelvin yang masuk. "Jun, lo nggak mak.." Kelvin terdiam saat melihat Juna sedang memegang kotak yang selama ini sudah lama dia simpan.

"Kenapa nggak lo bilang dari awal?" Juna mengangkat semua foto Acha yang berada di dalam kotak itu. "Kenapa lo nggak bilang jika lo itu mantan Acha?"

"Jun, gue bisa jelaskan."

Juna menghempaskan tangan Kelvin. "Dari awal gue udah curiga tentang hubungan lo dengan Acha. Mulai dari lo yang sering lihatin Acha, bahkan perkataan lo yang selalu menyindir Acha. Dan lo juga berbohong tentang Acha yang di bilang oleh neneknya lo."

"Vin, Acha cuman mantan gue."

"Tapi lo belum bisa melupakan diakan? Malam itu, saat di mana Emak gue minta di belikan rujak. Gue ingat betul, Acha yang memakai jaket. Gue pikir itu benar jaket dia, ternyata gue salah, itu punya lo. Habis ngapai lo dan Acha saat itu."

Kelvin terdiam, mengingat jaket yang dia berikan kepada Acha saat mengantarkan Acha pulang dulu. "Acha datang ke rumah ini hanya untuk jengukin Nenek gue kok."

"Jengukin Nenek atau jengukin lo?"

"Juna. gue udah nggak ada hubungan apa lagi dengan Acha."

"Lalu kenapa lo masih menyimpan ini? Bahkan kenapa Acha masih menyimpan barang pemberian lo? Lo yakin udah nggak ada rasa sama dia?" Juna merampas ponsel Kelvin.

Juna tersenyum miris, bahkan di ponsel Kelvin masih terdapat ribuan foto Acha. Bahkan wallpaper ponsel Kelvin adalah foto Acha. "Ini yang namanya udah move-on? Pantas lo nggak mau terima Anggi."

The Hows Of Us ✓Where stories live. Discover now