45

73 29 0
                                    

Semenjak kejadian Anggi menemukan kotak di kamar mandi Acha. Sikap Acha mulai berubah, bahkan Anggi sedikit canggung bila berhadapan dengan Acha. Anggi berjalan ke kelas dengan langkah lunglai, andai saja dia tidak menemukan kotak itu, mungkin saja semua ini tidak terjadi.

Dan Kelvin sudah satu minggu ini tidak hadir ke sekolah, semenjak dia pingsan saat upacara kemaren. Anggi tidak tau bagaimana kondisi Kelvin saat ini. Anggi sudah mencoba menelepon, tapi nomor Kelvin tidak aktif, bahkan Anggi sudah bertanya kepada teman Kelvin tapi tidak ada yang tau.

"Lo kenapa? Lemas banget? Karena sayang lo nggak datang, ya?" tanya Dini.

"Menurut lo Kelvin kenapa nggak datang ke sekolah selama satu minggu ini, ya?"

"Mati mungkin."

"Kalau emang udah mati setidaknya kasih tau gue. Kasih tau kek dia kubur di mana? Biar gue gali kuburan dia."

"Lah, buat apa?"

"Jadiin mummy." Anggi terdiam saat Acha memasuki kelas. Anggi meneguk saliva. "Pagi Cha. Masih pagi gini udah murung aja."

"Eh. Nggak kok."

"Mana Juna? biasanya berduan ke kelas. Lagi berantem, ya?"

"Nggak. Juna nggak datang ke sekolah. Kayaknya mau jengukin Kelvin, deh. Dengan Iqbal dan Brian juga kayaknya."

"Gitu, ya? Eh. Lo tau kenapa Kelvin nggak datang ke sekolah?"

Acha menggeleng. "Kelvin bukan pacar gue. Lagian Kelvin itu dekatnya sama lo, bukan gue."

"Siapa yang tau, Cha. Yang katanya bukan siapa-siapa ternyata menyimpan masa lalu yang dia pendam rapat-rapat." Anggi diam sejenak, melihat bagaimana ekspresi Acha. "Menurut lo perasaan kelvin sama gue kayak gimana, sih?"

"Gu..gue nggak tau. Kelvin bukan siapa-siapa gue. Gue milik Juna bukan Kelvin."

"Kalian ngomong apa, sih? Heran gue. Dari pada ngomong yang aneh-aneh. Lebih baik kita bertiga jengukin Kelvin nanti sore, gimana?"

"Ta-"

"Setuju," jawab Anggi cepat sebelum Acha mengutarakan ribuan alasan. "Lo bisa pergikan Cha. Lagian pasti ada Juna di sana."

Acha meneguk saliva. Mulai ragu dengan sikap Anggi yang terlihat aneh. Apakah Anggi sudah tau semuanya? "Baiklah, tapi cuman sebentar."

Anggi tersenyum tipis. "Nggak papa sebentar. Yang penting lo harus hadir. Lagian lo belum kenal dengan Nenek Kelvin, kan? Gue yakin, lo pasti suka dengan Nenek Kelvin."

"Benarkah? Mungkin saja." Kecurigaan Acha kepada Anggi semakin menjadi. Apakah Anggi sudah tau semuanya?

**

Jika bukan karena keinginan tahuan Juna kepada masa lalu Acha. Mungkin Juna tidak akan melangkah sampai sejauh ini. Jika bukan karena rasa penasarannya ini, Juna tidak akan merasa canggung berada dekat Kelvin. "Pemakaman lo nanti mau gue taburin daun seledri atau bawang goreng?"

"Kenapa nggak sekalian aja kalian taburin berak kalian? Niat banget lihat gue mati."

"Kelvin belum boleh mati," ucap Juna.

"Kenapa? Takut sih homo ini hilang dari peradaban, ya?"

"Siapa yang nggak takut coba. Vin, lo kemaren minjam duit 300 ribu sama gue, tapi sampai sekarang belum di ganti. Mau gue tagih di neraka?"

"Habis duit gue untuk biaya berobat. Jadi lain kali aja, ya. Sama teman sendiri nggak boleh pelit-pelit."

"Kalau lo minjam satu kali atau dua kali masih bisa di maafkan. Tapi ini udah ribuan kali tapi nggak di ganti-ganti. Saat minjam kayak kucing, giliran di tagih udah kayak kucing garong PMS."

The Hows Of Us ✓Where stories live. Discover now