2

305 42 1
                                    

"GILA, Vin. Gue nggak pernah nyangka jika lo bisa dapatkan Citra," ucap Brian masih tidak percaya jika Kelvin bisa berpacaran dengan Citra.

Soalnya Brian dulu pernah bilang suka sama Citra, namun di tolak dengan alasan kamu terlalu baik buat aku. Alasan yang nggak masuk akal.

"Kenapa? Gini-gini banyak peminat. Kan, gue ganteng, iya nggak?" dengan sok belagu dan songongnya, Kelvin memamerkan senyuman manisnya.

Bukannya tertarik, teman Kelvin malahan jijik melihatnya. Iyalah, coba aja sama cewek Kelvin tersenyum kayak gitu, udah meleleh semuanya.

"Iya sih, ganteng. Sayangnya suka nyakitin hati cewek. Ingatlah wahai sobat, jika seorang lelaki membuat wanita menangis, maka setiap langkahnya di kutuk oleh malaikat."

Dengan soknya  Brian ceramahin Kelvin, padahal dia sendiri sudah sering bikin anak orang nangis.

Yang paling parahnya lagi malah pernah di jengukin oleh orang tua yang bersangkutan, bukannya merasa bersalah malah tersenyum cengengesan, tidak heran banyak yang bilang jika Brian ini, ganteng-genteng tapi gila.

"Mereka aja yang bego, ngapain terima cinta gue?"

"Namanya juga cinta, bisa membuat semua orang menjadi bego. Namun belajarlah kepada Nabi Muhammad yang tetap mencintai Khodijah walau telah tiada..."

"..Belajarlah kepada Eyang Habibie yang selalu setia kepada istrinya yang sudah meninggal, bahkan udah ada film Eyang Habibie, sedih gue lihatnya. Pengen nangis, tapi takut di bilang cengeng!"

Nggak heran jika Brian itu rada alay, emang dari sononya dia kayak gitu.

"Tapi serius, kasihan gue lihat Iqbal yang galau melulu." Brian menunjuk Iqbal yang sedang duduk di pinggir rooftof. Seperti orang yang sudah bosan hidup.

Kelvin mendekat ke arah Iqbal, memukul pundaknya pelan. "Seberapa cintakah temanku ini kepada Citra?" tanya Kelvin yang terbilang seperti seorang mertua yang sedang menginterogasi menantunya.

"Apakah sedalam lautan Pasifik, bahkan tak bisa di hitung seperti butiran pasir di pantai atau ribuan bintang yang ada di langit. Katakanlah wahai bujang."

Iqbal tau jika yang di ucapkan oleh Kelvin terdengar alay, namun mau gimana lagi. Orang galau nggak akan pikirin hal itu, yang ada cuma ngebucin. "Nggak lucu, tau nggak?"

"Bercanda kali, jangan bawa ke hati. Nanti jatuh cinta." Kelvin cengengesan melihat raut wajah Iqbal yang nggak banget, menakutkan.

"Gue sebenarnya nggak suka sama Citra, makanya gue tanya. Lo suka sama dia apa nggak, kalau nggak suka gue lanjut. kalau suka, ya. Buat lo aja."

Iqbal melotot ke arah Kelvin, semudah itulah Kelvin ngomong hal tadi? "Gue tau, lo itu sahabat gue. Tapi, jangan pernah lo nyakitin perasaan Citra."

Kelvin cengengesan, apa yang di ucapkan oleh Iqbal tadi sudah sering di dengarkan olehnya di sinetron televisi. Dasar, Iqbal korban sinetron.

"Lo bahagiain Citra, ya. Gue rasa, gue udah nggak cocok sama dia. Jadi gue rela kok, pacar gue dengan sahabat gue sendiri."

Kelvin terdiam sejenak, tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkannya, terdengar wibawa. "Gue pikir, Citra juga nggak suka sama gue."

"Jika dia emang suka sama lo, gimana?"

"Usaha goblok, agar dia bisa jatuh cinta sama lo. Tau ah, malas gue ngomong sama bucin kayak lo."

Kelvin berdiri dari tempat duduknya, ngeri juga duduk di pinggir rooftof, terasa nyawa berada di atas udara. "Juna mana, sih? Kok gue kagak lihat? Kangen gue sama dia."

The Hows Of Us ✓Where stories live. Discover now