34

70 30 0
                                    

"Cieee, Acha. Jandiannya kapan, sih? Kok nggak bilang-bilang?"

Acha mengangkat sebelah alisnya, tidak mengerti dengan perkataan Dini. "Maksudnya? Gue nggak ngerti sumpah!"

"Semua orang sudah tau kali, Cha." Dini menarik tangan Acha, menariknya masuk ke dalam kelas. "Noh, lihat!!"

Acha mengarahkan pandangannya ke arah yang di tunjuk oleh Dini, senyumnya mengembang saat membaca tulisan di papan tulis, Acha adalah pacarku!

Acha berjalan ke Juna yang sedang tertidur di meja guru. Menepuk pundaknya dengan pelan. Juna telah mempersiapkan semua ini sejak dari tadi pagi, sekitar pukul lima pagi Juna dan temannya telah berada di sekolah. Tidak heran, jika Juna ketiduran. "Pantas tadi pagi nggak kelihatan."

Juna tersenyum manis kepada Acha, lalu menoleh kepada temannya yang sedang memberikan kecupan dari jauh. "Kenapa nggak bilang kalau Acha telah datang?" tanya Juna kepada temannya melalui gerakan bibir.

"Capek, ya?"

"Tadi iya, sekarang udah nggak capek lagi." Juna memberikan sebuket bunga dahlia kepada Acha. "Karena udah lihat kamu."

Acha mengambil bunga itu, mencium aroma bunga dahlia yang khas. Acha sangat menyukai bunga ini. "Terima kasih."

"Suka?"

Acha mengangguk. "Suka, sangat suka."

"Sama aku maksudnya, suka?"

Senyum Acha mengembang, semenjak tadi senyumnya tidak berhenti. "Iya, suka."

"Apa? Nggak kedengaran, Cha?" tanya Juna lagi. Memang nggak kedengeran, soalnya kelas sangat rusuh.

Acha mendekat ke Juna, membisikan sesuatu ke telinga Juna, "Acha suka sama Juna. Suka sama Juna."

"Karena apa?"

"Karena Juna udah baik sama Acha Delia Dealova, dan udah janji nggak ninggalin Acha, iya kan?" setelah Juna mengatakan suka kepada Acha semalam, Juna telah berjanji tidak akan meninggalkan Acha.

"Iya."

"Tapi aku kesal sama Juna." Acha mengeluarkan ponselnya, memberikannya kepada Juna. "Karena Juna masukin foto Acha di instagram dengan caption love, banyak yang DM Acha. Acha udah kayak orang yang maling ayam aja dibuat oleh mereka, apalagi Brian."

Juna menatap ke Brian, berani banget tuh cowok bikin pacarnya kesal kayak gini. Juna mengeluarkan ponselnya membuat instagstory.

Jangan ganggu pacar gue!!

"Nggak akan ada yang gangguin kamu lagi."

"Kenapa?" tanya Acha sedikit bingung.

"Karena ada aku yang lindungi kamu. Bukankah kamu adalah pacar saya? Iya, kan?" Juna mengacak rambut Acha dengan gemas, lalu memeluknya sambil berputar-putar.

**

Anggi tersenyum kecut melihat kemesraan antara Juna dan Acha. Bukan karena cemburu, tapi iri melihat Juna yang begitu perhatian kepada Acha. Sedangkan Kelvin boro-boro perhatian sama Anggi, dianggap aja kagak.

Anggi menoleh ke Kelvin, menatap ekspresi cowok itu yang terlihat sedang kesal. "Cieee, cowok homo cemburu lihat orang yang disukai jadi milik orang."

Kelvin terlonjak kaget melihat Anggi yang tiba-tiba datang. "Bikin kaget aja, kalau gue mati mau tanggung jawab?"

"Tinggal kubur aja. Apa susahnya?" Anggi menyenggol bahu Kelvin. "Cemburu, ya? Karena orang yang disukai di miliki orang?"

Kelvin mengangkat sebelah alisnya. Berpikir jika Anggi telah mengetahui semuanya. "Maksud lo?"

"Cemburu karena Juna udah ada yang punya. Bukannya lo bilang jika lo itu suka Juna."

Kelvin mengapit hidung Anggi, sehingga gadis itu sulit bernafas. "Gue nggak cemburu. Gue cuma kesal aja. Udah capek bikin ini semua malah Juna yang bahagia. Padahal gue ingin juga kasih surprise buat lo."

Anggi menampar pipi Kelvin dengan pelan. "Jangan bikin gue baper. Bilang aja ini semua pelampiasan. Karena lo nggak bisa dapatin orang yang lo suka." Anggi menunjuk Juna. "Dapetin Juna. Iya, kan?"

"Gue juga nggak berharap jika lo percaya dengan omongan gue. Gue bukan Tuhan, gue umat Nabi Muhammad dan hamba Allah!" Kelvin menatap ke Acha yang sedang tersenyum manis kepada Juna. Kelvin mengepalkan tangannya, merasa kesal melihat adegan itu.

"Udah, jangan masukin ke hati. Ada gue di sini, kok." Anggi mengenggam erat tangan Kelvin, tersenyum manis kepada cowok yang ada di hadapannya itu. "Berusaha buat move-on sama Juna."

"Lo emang berpikir gue homo, ya?" Kelvin mengacak rambut Anggi gemas. "Jangan-jangan lo juga lesbian?"

"Bukan, gue transgender." Anggi menghentakan kakinya sebagai eskpresi kekesalah. "Gue normal, Kelvin. Astaga, ya Allah berilah hidayah kepada cowok yang satu ini!" ujar Anggi kesal, lalu pergi meninggalkan Kelvin.

💐💐💐

Jangan lupa untuk vote dan comment. 🎃🎃🎃

The Hows Of Us ✓Where stories live. Discover now