26

83 38 0
                                    

Jangan lupa vote dan comment. Bagi yang belum follow harap follow akun aku terlebih dahulu, agar tidak ketinggalan cerita.

 Juna menatap ke arlojinya kemudian beralih menatap kelas Acha yang belum keluar penghuninya. Udah 30 menit lebih Juna menunggu sambil main game. Biasanya Juna nggak suka main game, namun karena bosan menunggu Juna memutuskan untuk mendowload game dan bermain.

Bel pulang berbunyi. Oh iya, Juna bolos belajar demi nungguin Acha. Biar bukan Acha yang nungguin Juna nantinya. Juna emang bucin. Juna melirik ke dalam kelas Acha, namun guru yang bersangkutan masih sibuk menjelaskan materi pelajaran. "Orang udah pulang, lo masih nunggu di sini?" tanya Kelvin yang tiba-tiba datang.

"Lo ngapain di sini? Nunggu pacar lo, ya?

"Pacar? Siapa?" Kelvin balik bertanya. Setahunya, dia saat ini masih single peren. "Oh, maksud lo Anggi? Dia bukan pacar gue."

"Terus ngapain lo di sini? Kalau nggak lagi nungguin dia?"

"Nungguin Acha, kenapa?" sengaja kelvin ngomong gitu, soalnya pengen lihat bagaimana reaksi Juna. Dan Juna hanya tersenyum saat Kelvin mengatakan nama Acha.

"Terlambat, pulangnya dengan gue. Lo pulang aja dengan Anggi. Sih cewek bar-bar."

Baru saja nama Anggi disebut, cewek itu telah nongol sambil berkacak pinggang. "Ngomongin gue? Naksir?" Anggi menoleh ke Kelvin. "Kelvin diperbolehkan naksir sama Anggi. Kalau Juna, sama Acha aja.." Anggi mendorong tubuh Acha yang sedang berdiri di sampingnya.

"Apaan, sih? Pacar lo nggak jelas, Vin." Juna menatap ke Acha. "Langsung pulang, Cha?"

"Iya." jawab Acha tersenyum kaku, nggak menyangka jika ada Kelvin di sini. Acha nggak boleh berharap lagi dengan Kelvin.

"Nggi, pulang bareng, ya. Malas gue pulang sendirian." Kelvin menarik tangan Anggi. Mengacak rambut Anggi sambil tersenyum. "Gue baru sadar jika lo itu pendek."

"Enak kalau dipeluk, Vin. Gak percaya? Ayo peluk gue!"

Kelvin terkekeh. "Nanti, ya. Kalau udah sah." Kelvin menoleh ke Juna yang sedari tadi menatapnya dengan jijik, seakan pengen bilang, masih waras nggak, sih? "Gue pulang dulu, ya.." Kelvin menoleh ke Acha. "kalau Juna bawa motor laju-laju kayak orang pengen mati, tampol aja wajahnya."

"Gue nggak sejahat itu," jawab Acha sambil menatap Kelvin dengan sinis. Ngapain juga Kelvin ngomong gitu? Kelvin nggak punya hak.

Kelvin merangkul bahu Anggi. "Gue cabut, ya." Kelvin membawa Anggi menuju ke parkiran. Saat di sana, Kelvin menurunkan tangannya dari bahu Anggi. "Lo pulang naik taxi bisa, nggak?"

"Lah, tadi katanya pengen nganterin gue pulang, kenapa sekarang nyuruh gue naik taxi? Gue heran, deh. Setiap kali ada Juna, pasti lo berlaku baik sama gue. Lo suka sama Juna? Lo homo?"

"Iya, kenapa?" Kelvin menatap Anggi sinis. Tidak peduli dengan ekspersi kaget Anggi kepadanya.

Kelvin pikir, Anggi bakalan mejauh darinya setelah mendengarkan hal itu. Tapi reaksi Anggi di luar pikirannya. "Untung homo bukan trangender. Kalau homo masih bisa bikin lo jatuh cinta sama gue. Kalau transgender, gak bakalan bisa kawin."

Kelvin menatap Anggi dengan geram. Kenapa Anggi selalu bisa menjawab ucapannya, dan itu sangat menyebalkan. "Naik, gue anterin lo pulang."

"Pulangnya nanti aja, gue mau beli rujak bentar. Temanin, ya!"

"Lo ngidam? Beli rujak terus. Siapa yang hamilin lo? Sana minta sama dia bukan gue."

"Kalau gue beneran hamil. Itu berarti sama lo, toh gue cuman dekat sama lo." Percuma aja Kelvin ngomong, gak bakalan menang dari Anggi. Lagian, gak ada sejarahnya cowok menang debat dengan cewek. Ingatlah, cewek itu nggak pernah salah.

The Hows Of Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang