36

68 30 0
                                    

"Gue tuh suka heran sama kalian para kampretku," ucap Iqbal membuka obrolan bicara saat mereka sedang berkumpul di rumah Juna.

"kenapa? Terlalu ganteng, ya? Iyalah, orang makannya empat sehat lima sampoerna," ucap Brian sambil menghembuskan asap rokok ke Juna yang sejak tadi mengipaskan asap itu agar tidak sampai keluar, karena takut ketahuan oleh orang tuanya.

"Najis. Jangan ngrokok di rumah gue, njing. Nanti ketauhuan oleh emak gue bisa bahaya."

"Udah tenang aja. Palingan Cuma di usir dari rumah. Terus tidur di kolong jembatan, jadi gelandangan."

"Guys, please deh, ah. Eke belum selesei ngomong. Tolong, deh."

"Bal, lo belajar jadi bencong di mana, sih? Gue bisa daftar, nggak? Heran gue." Diantar mereka emang Iqbal yang paling absur sikap gilanya, atau lebih tepatnya lagi paling jago dalam mengusai bidang kebancian.

"Gue belum selesei ngomong babi!!" Iqbal memukul bahu Brian pelan. "Kenapa gue bisa punya teman kayak kalian, sih? Tampang kayak bocah SD tapi sikap udah kayak duda di tinggal kawin."

"Aku jadi duta sampho lain? Hahaha.. karena aku sayang anakku, Malika yang dirawat dengan sepenuh hati."

"Setelah gue pikir-pikir dan bersemdi di gunung selama dua hari tiga malam, ternyata saya sadar, kalian semua pada gila." Kelvin berdiri dari tempat duduknya. "Jun, gue minta air minum."

"Tumben minta. Biasanya tanpa di kasih udah di colong kayak orang maling ayam."

"Tue minta salah nggak di minta salah. Hidup gue emang serba salah." Kelvin tidak menghiraukan perkataan temannya lagi, malahan dia pergi begitu saja ke dapur.

"Entah kenapa gue merasa Kelvin menjadi orang pendiam semenjak kedatangan Anggi, apa hanya perasaan gue aja, ya?" tanya Juna ragu dengan ucapannya.

"Siapa yang stres kalau punya pacar kayak Anggi. Nggak berhenti diam mulutnya, kalau gue jadi Kelvin udah bunuh diri mungkin gue."

"Anjir, mana tau Kelvin ke dapur pengen bunuh diri juga." Iqbal berlari menuju dapur, tidak menghiraukan teriakan temannya yang membahana. Iqbal yang baru tiba di dapur mendapati Kelvin yang sedang meminum obat. "Astaga, Kelvin. Lo pakai narkoba?"

Kelvin sedikit kaget melihat kedatangan Iqbal. Segera mungkin Kelvin menyembunyikan obat yang di mimunya ke dalam saku. "Sejak kapan lo datang?"

"Sejak kapan lo pakai narkoba? Gue laporin polisi tapi lo teman gue, astaga."

"Ini bukan narkoba," ucap Kelvin meyakinkan.

"Terus kalau bukan narkoba apa, dong?"

Kelvin menarik nafas panjang, apakah Iqbal bisa menjaga rahasia? Semoga saja iya!

***

"Nanti lo harus belajar masak, Jun. nanti kalau acha hamil siapa yang masak? Masa harus makan di luar kayak gini terus?" di rumah Juna nggak ada yang bisa di makan, akhirnya mereka memutuskan untuk makan sate dekat minimarket, lumayan dekat dari rumah Juna.

"Juna belajar masak? Lihat cimpratan minyak aja Juna udah lari kayak bencong, terus nangis kayak anak kecil," ejak Iqbal.

"Kok gue, sih? Yang belajar jadi bencong itu lo, bukan gue."

"Gue baru belajar, tapi lo udah berbakat dalam masalah perbancian," ejek Iqbal tidak mau kalah.

Juna memanyunkan wajahnya layaknya seorang cewek yang sedang marahan. Juna melirik ke minimarket mendapati Acha yang hendak masuk ke dalam minimarket itu. "ACHA!!" teriak Juna sambil berlari ke Acha. "Gue ke pacar dulu, ya," ucap Juna sebelum pergi dari temannya.

"Juna, ngapain di sini?"

"Makan sama teman gue." Juna menunjuk ke arah temannya yang sedang memakan sate dengan rakus, malahan mereka mengambil pesanan Juna. "Pacar mau beli cemilan, ya?"

"Iya."

"Saya temanin, ya? Biar pacar nggak sendirian." Juna membuka pintu minimarket, mengambil troli yang ada di sana.

"Tadi aku udah telepon kamu, tapi nggak diangkat."

"Beneran? Maaf, ya. Gara teman ada teman di rumah, jadi nggak bisa check hape. Maaf, ya."

"Nggak papa, kok. Acha ngerti."

Juna menarik nafas panjang, merasa bersalah. "Sebagai minta maaf, pacar akan aku dorong dengan troli ini." Juna mengangkat tubuh Acha. Memasukan tubuh Acha yang kecil itu ke dalam troli.

"Juna. Iiihh, malu tau, nggak?"

"Buat apa malu? Kita nggak lakuin hal yang aneh, kan?" Juna mendorong troli itu menuju rak cemilan, mengambil beberapa cemilan yang biasanya di beli oleh Acha.

"Kamu tau dari mana aku suka cemilan ini? Kamu sering stalkerin aku, ya?" Acha menunjuk ke permen karet, Acha tau jika Juna sangat menyukai permen karet.

"Bukan saya yang sering staker, tapi pacar. Nih tau aja saya suka permen karet." Juna berlari sambil mendorong troli karena kurang kehatian Juna terpeleset, dan troli yang dibawanya lepas kendali, sehingga pesawat yang di tumpangi hilang pilotnya.

"JUNAAAA!!" baru saja Acha berteriak, troli yang di naiki oleh Acha jatuh dan penumpang yang ada di pesawat itu ikut terjatuh.

Juna berlari ke Acha, menjauhkan troli yang menimpa tubuh Acha. "Are you okey, Cha?"

"Sakit." Acha mengusap lututnya yang sedikit terluka, meniupnya agar tidak terasa perih.

Juna membopong tubuh Acha, menyuruh pramuniaga untuk membereskan belanjaan mereka berdua. Saat di kasir Juna masih tetap membopong tubuh Acha, padahal Acha sudah meminta Juna untuk menurunkannya tapi tetap saja Juna nggak mau.

Juna membayar uang belanjaan, lalu menurukan Acha. "Naik!" perintah Juna agar Acha naik ke atas punggungnya.

Acha naik ke atas punggung Juna, walau sedikit ragu. "Maaf, ya. Acha ngerepotin Juna lagi."

"Kata siapa?"

"Hmm.. kata Acha, lah. Lagian emang benar jika Acha selalu ngerepotin Juna."

"Saya nggak merasa di repotkan, Cha. Kamu adalah pacar saya. Jadi salah jika pacar ngerepotin saya?" Juna berjalan ke temannya, meminta izin untuk pulang. "Gue pulang dulu, ya. Pacar tadi jatuh."

"Baru jadi pacar udah kayak gini. Gimana udah jadi Bini?" Kelvin buka suara, menyeruput es tehnya.

"Nggakak sengaja, Vin."

"Juna kita pulang aja, ya. Nanti Bunda nyariin Acha," ucap Acha, merasa risih dengan perkataan Kelvin tadi.

"Yaudah guys, gue pulang dulu.

"Oke Sis, hati-hati di jalan, ya."

Kelvin menatap kepergian Juna dengan kesal. Kelvin mengambil jaketnya, berdiri dari tempat duduknya. "Gue mau pulang dulu, nanti nyokap nyariin gue. Bayarin makanan gue, ya."

💐💐💐

Terima kasih sudah membaca jangan lupa untuk vote dan comment. 🎃🎃🎃

The Hows Of Us ✓Where stories live. Discover now