21

104 38 0
                                    

"KEPADA NAZZA, NAYA DAN DEWI. DI HARAPKAN MENUJU KE RUANGAN KOMPUTER," ucap Bu Siska, guru BK di sekolah Jenny. Saat ini Kelvin sedang berada di sekolah Jenny, sesuai janjinya tadi.

Kelvin ingin memberi pelajaran kepada orang yang membully Jenny. Tapi bukan dengan cara kekerasan, namun dengan cara lain.

Percuma melakukan kekerasan, karena tidak akan menyeleseikan masalah. Jadi Kelvin menggunakan cara lain, untuk menyeleseikan masalah ini. "Terima kasih, sudah mau bekerja sama, Buk," ucap Kelvin seramah mungkin.

"Apa boleh saya tinggal, soalnya banyak pekerjaan yang harus saya lakukan."

"Boleh, silahkan," ucap Kelvin, namun guru itu masih belum juga pergi. "Tenang, Buk. Saya gak berniat jahat. Lagian di sini banyak CCTV."

Bu Siska tersenyum. Lalu pergi meninggalkan Jenny dan Kelvin. "Mereka kenapa belum datang juga, ya? Pasti takut." Jenny emang kayak gitu, selalu menuduh yang tidak-tidak. Selalu berpikir negative terhadap orang lain.

"Emang kamu diapakan sama mereka?" Kelvin menyalakan laptop yang telah di sediakan oleh sekolah. Laptop itu telah terhubung dengan layar tancap. Kelvin membuka YOUtube, mengetik sesuatu di keyboard.

"Hape Jenny di ambil. Makanya Jenny pakai hape kak Acha. Mereka juga sering ngambil bekal Jenny. Mereka juga tidak izinkan Jenny untuk menjadi bendahara, dan menyuruh Jenny mengundurkan diri. Mereka juga sering ambil buku PR Jenny, dan menyembunyikannya.

Sehingga Jenny di suruh oleh guru untuk keluar kelas. Dan mereka sangat sering, menghina Ayah." Jenny menatap nanar ke arah sepatunya. "Padahal apa yang dibilang oleh mereka nggak benar."

"Kamu pernah balas perbuatan mereka?"

Jenny menggeleng. "Orang seperti Jenny tidak pantas untuk menang dari mereka."

"Jenny," panggil Kelvin lembut.

"Hmm, di rumah Jenny emang menyebalkan dengan kak Acha, selalu ingin menang dalam perkelahian, karena Jenny ingin merasakan kemenangan. Jenny tau ini terlihat bodoh, tapi mau gimana lagi?"

"Kamu sudah menang. Kamu tau, mengalah terkadang adalah cara yang terbaik. Itu tandanya kamu sudah dewasa dalam menyikapi masalah."

Jenny mengangkat bahunya. "Setidaknya itulah yang di katakan oleh kak Acha. Tapi, malah terlihat bodoh."

"Mengalah itu pintar, mana mungkin orang bodoh bisa menyelesaikan masalah, iyakan?"

Sebuah senyuman terukir di wajah Jenny. "Yah, Jenny emang pintar. Kak Kelvin lagi ngapain, sih?"

"Kamu lihat aja nanti."

"Oh,iya. Nanti jangan lupa marahin mereka. Ah, Jenny emang benci banget sama mereka, sangat benci."

"Kenapa?"

"Jenny nggak masalah jika mereka ejek Jenny. Namun mereka ejek Ayah, itulah yang membuat Jenny benci mereka. Sama halnya Jenny benci dengan Ayah."

Kelvin sudah tau masalah keluarga Jenny, dulu saat masih berpacaran dengan Acha, dia sering memberi taukan masalah keluarganya. "Karma itu berlaku, kok. Kamu tinggal sabar aja. Tuhan sayang sama orang yang penyabar."

"Sabar juga ada batasnya kali, kak."

"Sabar nggak ada batasnya, Jenn. Hanya manusia saja yang tidak bisa mengontrol kesabaran itu." Kelvin mencubit pipi Jenny dengan gemas. "Nanti kalau teman kamu itu minta maaf, maka maafin mereka. Kita harus menjadi orang pemaaf, ya."

"Iya, iya. Kalau hati ini mau menerima maaf mereka. Kalau nggak mau, ya nggak bakalan bisa Jenny memaafkannya."

"Jangan bercanda."

"Jenny bukan comedian yang bisa bercanda."

Pintu ruang TIK terbuka, menampakan tiga orang yang memasuki ruang itu. Kelvin menghampiri mereka bertiga, menyuruhnya untuk duduk di kursi yang telah disediakan. Sedangkan Jenny lebih memilih untuk duduk di samping Kelvin.

"Sebelumnya, kakak minta kepada kalian bertiga untuk melihat video ini baik-baik, oke?" Kelvin meng-play video itu, sehingga mereka melihat kelayar tancap yang telah di sediakan.

Mau tau, video apa yang sedang diputar oleh Kelvin? Video ilustrasi tentang akhirat dan keidahan surga. Aneh , ya? Masih kecil udah dilihatkan video kayak gitu. Tapi mau gimana lagi? Ini adalah cara ampuh untuk membuat teman Jenny tidak melakukan perbuatan mereka lagi.

Kelvin juga tidak mau melaporkan masalah ini kepada orang tua mereka, hal itu akan menambah masalah.

Kalau misalnya orangtua mereka marah, dan ngebentak mereka karena telah membully Jenny, itu tidak akan menyeleseikan masalah. Yang ada mereka akan membenci Jenny, dan menganggap Jenny adalah biang dari amarah orang tua mereka. Jadi, menurut Kelvin ini adalah cara yang ampuh.

Kelvin melihat satu persatu wajah dari tiga orang yang membully Jenny. Mereka semua terlihat ketakutan saat melihat video itu, bahkan ada yang menangis. Setelah video itu telah selesei di putar, Kelvin berdiri dari tempat duduknya. "Yakin, gak mau minta maaf sama Jenny?"

Mereka bertiga menghampiri Jenny yang sedang duduk sambil bertopang dada, berlagak sombong. "Jenny, maafin Dewi, ya! Dewi gak mau masuk nereka. Dewi mau masuk surga kayak tadi."

"Nazza dan Naya juga minta maaf, maaf ya Jenny."

Jenny memutar bola matanya, menatap ketiga temannya itu tanpa minat. "Gak mau, masuk nereka aja kalian semua. Biar di bakar."

Kelvin berdehem mendengar ucapan Jenny barusan. "Jenny..," ucap Kelvin pelan.

"Yaudah, deh. Jenny orangnya baik. Makanya Jenny maafin kalian semua. Tapi kembalikan dulu hape Jenny yang kalian ambil."

Salah satu teman Jenny yang bernama Dewi mengeluarkan hape dari dalam sakunya. "Jenny maukan maafin Dewi?"

Jenny mengambil hapenya dari Dewi. Mengetuk-ngetuk keningnya seperti orang yang sedang berpikir. "Hmm.. gimana ya? Jenny mau kok maafin. Tapi janji dulu, jangan bully Jenny lagi, ya. Atau bully teman lainnya"

Dewi mengapit jari kelingking Jenny, lalu memeluknya dengan erat. Begitu juga dengan Nazza dan Naya. "Kita sekarang temanan, kan?"

"Iya, maafin Jenny juga, ya. Tadi sempat gak mau maafin kalian." Jenny menghapus air matanya, menatap Kelvin dengan tersenyum. "Lagian Jenny akan pindah sekolah. Bosan di sini."

Nazza menatap Jenny tidak percaya. "Karena kami?"

"Ah, bukan. Jenny mau sekolah dekat rumah. Biar bisa pulang cari makan."

"Jenn, maaf."

"Udah, lupakan saja. Nanti kita kumpul bersama di surga."

"Iya, nggak sabar pergi ke surga. Nanti kita ke surga naik apa?"

"Angkot, biar seru. Nanti aku suruh Mang Diman jadi sopir."

Kelvin yang mendengar perkataan naif mereka sempat terkekeh. "Sepertinya kalian sudah mulailah akrab. Sampai lupa ada saya di sini."

"Ah, iya. Lupa ada kak Kelvin. Sorry."

💐💐

Terima kasih sudah baca. Jangan lupa vote dan comment.

Bagi yang belum follow harap follow akun aku, agar kamu tidak ketinggalan cerita. 🎃🎃

The Hows Of Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang