22

97 38 0
                                    

Jangan lupa untuk vote dan comment!! 📱

"Makasih, ya. Udah bantuin Jenny untuk buat teman menjadi insaf semua." Jenny menjulurkan tangannya, bersalaman dengan Kelvin. "Kak Kelvin setelah ini mau ke mana?"

Kelvin melirik ke arah arlojinya. Untung aja Jenny bilang gitu, kalau nggak, Kelvin bisa saja lupa untuk menjemput cewek yang paling menyebalkan, Anggi. "Mau sekolah, jemput seseorang."

"Kakak acha, ya? Eh, kak Acha nggak pergi sekolah" Jenny diam sejenak, memikirkan sesuatu. "Kalau bukan kak Acha, siapa dong?"

Kelvin berbalik, berjalan menuju motornya. "Menjemput orang yang paling menyebalkan sedunia." Kelvin memasang helmnya, melampaikan tangan ke arah Jeny. "Berangkat dulu, ya." Lalu Kelvin membawa motornya itu ke sekolah.

"Semoga aja bukan cewek. Tapi gak papa tampang cewek, tapi transgender." Jenny masuk ke dalam mobil, menyuruh Mang Diman membawa mobil itu dengan kelajuan cepat. Jenny mau bertemu dengan Acha saat ini. Ingin mengatakan hal yang sangat penting.

Sedangkan Kelvin, yang telah tiba di sekolah, memarkirkan motornya di depan gerbang. Sengaja Kelvin tidak membuka helm, takut ketahuan oleh guru. Walau, bisa saja guru mengetahui motor yang digunakan oleh Kelvin.

Ini sudah lewat dari lima menit yang telah dijanjikan, tapi Anggi belum juga keluar. Padahal sudah banyak orang yang telah pulang sekolah.

Kelvin ingin pergi, namun hatinya berkata lain, memintanya untuk turun dari atas motor dan menjenguk Anggi. "Ngapain juga gue jengukin, masih untung gue jemput."

Kelvin turun dari atas motor, memberhentikan salah satu siswi yang lewat. "Anggi udah pulang, ya?" tanya Kelvin kepada siswi itu.

"Anggi mana, ya?"

"Katrok, lo." Kelvin mengusir siswi itu agar pergi dari hadapannya. Masa dia nggak kenal dengan Anggi, yang udah mulai viral karena suka lengket dengan Kelvin? Kan bego banget dia.

Kelvin menatap ke dalam sekolah, tidak ada tanda-tanda adanya Anggi. Kelvin mulai cemas sendiri. Kelvin membuka helmnya, memasuki pekarangan sekolah yang mulai sepi. Kelvin masuk ke dalam kelas Anggi, namun tak ada orang di sana.

Kelvin berjalan menuju rooftof, tapi tidak ada orang  di sana bahkan teman Kelvin juga tidak ada. Kelvin berjalan ke pinggir rooftof. Melihat perkarangan sekolah dari atas. Tatapan Kelvin akhirnya tertuju ke arah pohon beringin, tempat dia dan Acha bertemu dulu.

Kelvin mengernyitkan alis saat melihat sosok yang sedang berada di pohon beringin itu. Kelvin berlari ke arah pohon beringin itu, mendapati seorang gadis yang sedang duduk dengan tubuh yang terikat tali. Gadis itu sedang menunduk sambil menangis terisak-isak.

"Anggi..," panggi Kelvin pelan, takut jika cewek itu bukan Anggi, malainkan hantu penghuni pohon beringin.

Gadis itu menatap ke Kelvin. Dan benar saja, ternyata dia Anggi. Kelvin berjongkok, merapikan rambut yang menutupi wajah Anggi. "Lo kenapa bisa begini?" Kelvin mengambil korek api dari dalam saku celananya, membuka ikatan tali dengan menggunakan korek api itu.

Anggi memeluk Kelvin setelah ikatan tali telah terlepas dari tubuhnya. "Gue..gue..ta..kut.."

"Udah gak papa, lo tenangin diri sekarang." Kelvin memeluk Anggi dengan erat, mengusap puncak kepalanya dengan lembut. "Siapa yang lakuin ini, Nggi?"

Anggi melepaskan pelukan Kelvin, Anggi masih saja menangis dengan terisak. "Gue gak tau nama mereka." Anggi mengusap air matanya dengan kasar. "Mereka ngikat gue. Dan suruh gue untuk menjauh dari lo. Tapi gue gak mau, karena gue saka sama lo."

"Bodoh." Kelvin membantu Anggi untuk berdiri. Membersihkan sampah yang melengket di pakain gadis itu. Tampilan Anggi saat ini acak-acakan, udah kayak pemulung. "Lo nggak usah mikirin ini lagi. Besok kita samperin mereka yang telah jahatin lo."

Anggi mengangguk. Merapikan rambutnya yang urak-urakan. "Maaf, ya. Gue gak bisa nepatin janji untuk nunggu lo depan gerbang saat jam empat."

"Lo mikirin hal yang gak penting itu. Gue malah mikirin keadaan lo yang mengenaskan ini." Kelvin berjongkok dihadapan Anggi. "Naik, gue gendong lo sampai gerbang."

"Boleh?" Anggi langsung melompat ke tubuh Kelvin sebelum cowok itu menjawab iya. "Lo perhatian banget sama gue. Kenapa kita nggak pacaran aja?"

"Kalau lo ngomong kayak gitu lagi, gue lempar kebelakang, mau?"

"Oke, oke. Anggi diam, Anggi diam." Anggi menutup mulut sampai tiba diparkiran. "Kelvin.." panggi Anggi pelan, setelah sampai di motor Kelvin. "Kelvin, kalau gue ngomong nyahut, kek."

Kelvin membuka jaketnya, melempar jaket itu ke wajah Anggi. "Pakai, buat nutupin baju lo yang kotor."

Anggi cemburut. Tapi tetap memasang jaket yang diberikan oleh Kelvin tadi. Wangi khas tubuh Kelvin tercium di jaket itu. "Kelvin," panggil Anggi lagi.

Kelvin memasangkan helm kepada Anggi. Sebelum ke sekolah, Kelvin menyempatkan beli helm untuk Anggi. "Apa?" tanya Kelvin judes, lagi malas untuk ngomong dengan Anggi.

"Gue mau rujak. Belikan, ya!"

"Lo minta apa, sih? Lo lagi ngidam, ha?" Kelvin memasangkan helm miliknya setelah memasangkan helm untuk Anggi. "Gue anterin lo pulang sekarang. Naik!"

Anggi menghentakan kaki sebagai ekpresi kekesalannya. "Gak mau, gue mau rujak!"

"Lo naik, atau gue tinggalkan?"

"Gue mau rujak," jawab Anggi masih kukuh dengan pendiriannya. Inilah Anggi, jika menginginkan sesuatu harus dituruti. Kalau nggak diturutin, kayak gini jadinya.

"Oke. Gue belikan, puas lo?"

Anggi melompat kegirangan. Naik ke atas motor Kelvin, sambil memeluk cowok itu, namun pelukan Anggi dilepaskan oleh Kelvin. "Kalau gue gak peluk lo, nanti malah jatuh."

"Pegangan di jok belakang."

Anggi memanyunkan bibirnya. Mau tak mau Anggi memegang jok belakang. Mungkin jika orang yang melihat, mereka kayak orang yang pacaran namun sedang berantem.

Kelvin memberhentikan motornya di depan penjual rujak. Lalu turun dari atas motornya. "Lo tetap di atas!" perintah Kelvin saat Anggi ingin turun dari atas motor. "Rujaknya dibungkus aja."

"Tapi gue mau makannya di sini."

"Dengan kondisi lo yang kayak gini?" tanya Kelvin sengit. "Lo diam aja di sana." Kelvin menghapiri ibu penjuak rujak itu. "Bu, pesan rujak tiga bungkus. Yang paling pedas, ya." Sengaja pesan yang paling pedas. Supaya Anggi kepedasan, dan bakalan marah kepada Kelvin. Dengan begitu, Anggi bakalan menjauh darinya.

"Makasih, Bu." Kelvin memberikan lembaran uang kepada penjual rujak itu. Lalu berjalan menghampiri Anggi. "Ambil!"

"Buat gue aja? Buat lo?" tanya Anggi sambil mengambil kantong plastic yang diberikan oleh Kelvin.

"Gue nggak hamil," jawab Kelvin asal. Lalu melajukan motornya menuju rumah Anggi.

"Besok pagi jemput gue, ya!" perintah Anggi setelah tiba di rumahnya.

"Nggak!" Kelvin mengambil helm yang diberikan oleh Anggi, mengikat helm itu dijok belakang. "Berangkat sendiri."

"Gue akan tunggu lo. Kalau nggak jemput, gue nggak bakalan datang ke sekolah. Lo mau?"

Kelvin menyalakan mesin motornya, menoleh ke arah Anggi sekilas. "Bukan urusan gue. Gue senang jika lo gak datang ke sekolah." Lalu membawa motornya itu meninggalkan Anggi yang menggerutu kesal.

"KELVIN NYEBELIIIN!!"

💐💐

Terima kasih udah baca cerita ini. Bagi yang belum follow harap follow terlebih dahulu, agar tidak ketinggalan cerita🎃🎃

The Hows Of Us ✓Where stories live. Discover now