10

194 43 0
                                    

Anggi berlari menuju rooftof, tadi saat sampai di kelas Kelvin, Anggi mendapatkan informasi jika Kelvin berada di atas rooftof.

Anggi menggerutu saat melihat pintu masuk ke rooftof tertutup. Padahal Anggi dapat mendengar suara tawa di sebalik sana. "Lo kasih Acha pelet apa? Pelet ikan?" tanya Iqbal kepada Juna. "Kasih tau gue, biar gue pelet Citra."

"Selera humor lo, semakin rendah, ya."

"Selera lo yang rendah. Hello Kitty."

"Mending Hello Kitty, dari pada Blackpink." Juna mulai mengejek Iqbal. Karena Iqbal penggemar Blackpink dan idolanya adalah Rose.

"Bacot!"

"Kok malah nyolot? Padahal gue udah berencana untuk ngasih tau pelet apa yang gue kasih sama Acha."

Iqbal mendekat ke arah Juna, tersenyum manis kepada Juna. "Pelet apa?"

"Sebenarnya bukan pelet, sih. Tapi ini sudah turun temurun dari nenek moyang gue."

"Beneran? Emang apa?" tanya Iqbal semakin penasaran.

Juna mendekat ke arah Iqbal lalu membisikan sesuatu, "Berdoa sama tuhan." Juna menjitak kepala Iqbal. "Solat aja cuma dua kali dalam satu tahun. Gimana bisa dapat jodoh yang baik? Lo datang bulan tiap hari, ya?"

"Sialan, kemarin gue solat Jumat kok. Tadi pagi gue juga solat."

"Solat kalau ingat doang. Neraka nunguin lo bro."

"Jun, sesekali mampir dong ke rumah Acha. Bilang aja mau belajar, sekalian modus sama emaknya," ucap Brian memberikan solusi sekaligus melerai pertengkaran ke dua temannya itu.

"Emak gue dan bundanya Acha udah setuju loh, gue dengar kami berdua bakalan di jodohkan. Doakan, ya."

"Bagus tuh. Tinggal lo dapetin Acha. Mudah dan sangat gampang di lakukan."

"Itu menurut lo yang lagi ngomong. Padahal kenyataannya sulit. Acha susah di ajak bergaul. Nggak ingat berapa kali gue Sai dari bukit Shafa ke bukit Marwah, hanya untuk ngajak dia pulang?"

"Bencong, sih. Gitu aja nggak bisa."

Juna menoleh ke arah Iqbal, menatap temannya itu dengan tajam. "Yang udah jatuh cinta selama delapan tahun siapa, ya? Yang nggak bisa bilang suka selama delapan tahun siapa, ya?"

"Eh. Gue nggak mau bilang suka sama Citra karena gue takut dia semakin benci sama gue."

Juna mengangkat bahu. "Sama saja. Itu artinya bencong. Padahal udah belajar bencong."

Iqbal menggerutu kesal, menahan emosi agar tidak meledak. "Setidaknya gue nggak make payudara buatan. Apalagi melakukan transgender."

"Mau nggak, gue rekomendasikan jadi duta sampo lain?"

Iqbal tertawa dengan nada mengejek. "Gue jadi duta sampo lain? Hihihi. Nggak ada sangkut pautnya dengan bencong."

"Ada, lo bencongnya." Juna diam sejenak saat melihat ekspresi kesal Iqbal. "Bercanda, kok."

"Eh. Gue baru ingat. Jika kemarin ada yang promosikan produk pembesar payudara sama gue. Anjinglah, emang gue kelihatan kayak cewek apa?"

"Beli aja, Bal. Mana tau setelah ini lo bisa jadi wanita tulen seutuhnya. Tinggal lo potong aja sih Joni."

"Perkataan lo begitu menusuk hatiku yang paling dalam." Iqbal memegangi dadanya.

"Babi, pengen muntah gue lihatnya."

"Tuhan, dari tadi kalian berdua ngomong hal yang nggak perlu. Tirulah sikap Kelvin pada hari ini, yang menjadi anak yang pendiam." Brian menunjuk Kelvin yang sedang bermain gitar.

Juna mendekat ke arah Kelvin. "Lagi galau, ya? Karena siapa? Atau udah mau mati? Ada pesan terakhir?"

"Ada."

"Apa?" tanya Juna.

"Buatin gue candi di belakang sekolah. Dengan 640 patung di sana. Bisa?"

"Ampun, deh. Mending gue kuburin lo langsung. Nanti gue taburin bawang goreng."

Iqbal berlari, menjatuhkan tubuhnya ke atas tubuh Kelvin. "Kadang gue tuh suka mikir lihat kalian berdua. Kalian tuh terlihat seperti sepasang kekasih. Kalian homo, ya?"

Kelvin mendorong tubuh Iqbal yang menindih tubuhnya. "Dan lo itu beneran cowok tulen nggak, sih? Kemarin gue lihat darah bercucuran di pantat lo."

"Sialan. Eh, Vin. Gimana caranya mengetahui jika orang itu beneran suka sama kita?" Iqbal cuma ingin memastikan apakah Citra beneran suka sama dia atau tidak.

"Gampang. Tinggal lo mati aja. Kalau dia nangis berarti suka, kalau ketawa berarti benci," jawab Kelvin dengan enteng.

"Dan kami di sini menyediakan layanan bunuh diri. Apa anda ingin menggunakan tali atau racun tikus? Akan kami sediakan secepatnya. Atau mau kami dorong dari atas sini?" tanya Juna memanaskan hati Iqbal.

"Gue serius. Menurut kalian Citra itu suka nggak sama gue?"

"Nggak, lo jelek."

Iqbal mendengus. "Layanan bunuh orang ada, nggak?"

"Ada, sih. Tapi stok barangnya udah gue beli semua. Soalnya berencana buat bunuh lo. Ada pesan terakhir."

Iqbal menggertakkan giginya. "Jadiin Rose bini gue. Lalu kuburkan gue di bulan mars dan taburkan bunga anggrek di sana. Dan bilang sama Citra, gue cinta mati sama dia."

"Lo bisa berenang nggak, sih? Soalnya gue mau lempar lo ke lautan. Biar mati."

"Udah, deh. Sakit kepala gue dengar ocehan kalian berdua." Kelvin mengambil ponselnya yang sejak tadi terus saja berdering.

"Pacar baru, ya?" tanya Juna.

Kelvin diam sejenak. "Bukan." lalu menjauh dari temannya itu.

"Nggak belajar, ya?" tanya Kelvin di via telepon, dan orang yang meneleponnya itu adalah Jenny, adiknya Acha.

[Guru nggak masuk, kak. Oh iya, Jenny mau ngasih tau. Jika kak Juna berangkat sekolah dengan kak Acha.]

"Udah ketemu, barang pemberian kakak?" tanya Kelvin mengalihkan topik.

[Belum. Kak Acha pintar sembunyiin barang. Dia tuh, nyebelin banget!]

Jenny yang ada di seberang sana menghentakan kaki sebagai ekspresi kekesalan. Saat ini Jenny sedang berada di toilet, sengaja telepon di toilet agar tidak ketahuan oleh guru, apalagi temannya. [Pokoknya Jenny mau kak Kelvin bikin gambar baru.]

"Nanti kakak kirimin gambar yang banyak buat ka.."

[Ponsel Jenny kembalikan..] Jenny yang ada di seberang sana, mencoba mengambil ponselnya yang di rebut oleh temannya. Biar aku kasih tau, Jenny adalah korban bully. [Dewi, ponsel Jenny kembalikan!]

[Kamu, ya. Udah tau nggak boleh bawa ponsel masih aja di bawa.] Dewi, mendorong tubuh Jenny sehingga dia terjatuh diatas tanah. [Akan aku kasih ponsel ini sama Bu guru, rasain.] Dewi menendang batu yang ada di samping Jenny, sehingga mengenai bokong Jenny.

Kelvin yang mendengar pertengkaran di via telepon tak jauh kagetnya, apa yang terjadi dengan Jenny. "Jen, Jenny, kamu kenapa? Halo.. halo.. haloo.. Jen.." ponsel tiba-tiba di matikan secara sepihak. "Sialan!"

💐💐💐

Terima kasih sudah membaca cerita saya. 🎃🎃

The Hows Of Us ✓Where stories live. Discover now