Taksi pun berangkat dengan kecepatan sedang. Dia kembali membuka mata, mengerjapkannya berkali-kali. Rasanya begitu asing jika mendapat panggilan yang seperti itu.

Nona? Acha tersenyum geli.

Baru kali ini gue naik taksi dipanggil Nona, berasa jadi Ratu, gumamnya dalam batin.

Tak lama kemudian rasa kantuk mulai menghampirinya. Tidur adalah waktu yang tepat saat ini.

*****

Matanya terbuka secara perlahan. Ia bangun dari tidurnya setelah beberapa menit terlelap. Hembusan angin dari jendela mobil menerbangkan anak rambutnya. Tak ada percakapan sama sekali antara dirinya dan pengemudi. Sudah hampir 30 menit mobil ini melaju, dari maps ponselnya tertulis, kurang 15 menit lagi mereka sampai di hotel Mawar.

"Eh bocah!"

Acha heran, kenapa Supir mendadak memanggilnya bocah? Suaranya juga lain, lebih besar dan bass. Tapi, bukankah tadi pria paruh baya itu memanggilnya nona? Ah! Mungkin dirinya salah dengar, maklum saja nyawanya belum terkumpulnya semua.

Acha pun menjawabnya, "Iya, kenapa Pak?" tanya cewek itu sopan walaupun panggilannya barusan sedikit membuatnya kesal.

Pria paruh baya itu melirik dirinya lewat kaca mobil. Bapak itu terlihat bingung.

"Bukan saya yang manggil nona, tapi den Satria."

Cewek itu mengernyitkan dahinya bingung, siapa yang dimaksud den Satria? Bukankah hanya mereka berdua yang ada dalam taksi ini.

"Satria? Siapa Satria?"

"Itu, cowok yang disampingnya nona."

Acha menoleh ke samping. Matanya melotot. Betapa terkejutnya ia saat melihat ada sosok lain di sampingnya. Apalagi makhluk tersebut berjenis kelamin laki-laki.

"Siapa lo?" tanya Acha dengan sedikit nada tinggi.

Lalu Acha mengalihkan wajahnya pada sopir taksi dan berkata, "Ini penumpang Bapak? Kok diterima Pak? Kan udah ada saya sebagai penumpang pertama,"

"Eh- maaf nona, saya kira nona itu-"

"Ngapain lo di mobil gue?!" potong cowok itu seraya menatap Acha sarkastis.

Matanya sukses melebar sempurna. Apakah dia tak salah dengar? Kenapa cowok itu berkata demikian? Jika benar ini mobilnya, itu artinya bukan taksi yang ia tumpangi, melainkan mobil orang.

"A-apa? Mo- mobil lo?"

Cowok tampan yang bernama Satria itu lantas mengangguk, "Iya bocah!"

Acha masih tak percaya dengan perkataan cowok tersebut. Lalu ia pun beralih pada pria paruh baya yang tengah mengemudi.

"Emang bener mobil ini miliknya Pak?" cewek itu berharap jawaban Pak Supir adalah 'bukan'.

"Benar nona," sahutnya.

Deg.

Cewek itu terdiam sejenak. Memikirkan kejadian ini, membuat otaknya mendadak beku. Ia belum bisa berpikir jernih. Otaknya yang jenius tiba-tiba lockdown seperti jalanan yang ditutup akibat virus corona.

Dia masih belum percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Jika benar dia naik mobil orang, lantas kenapa pria paruh baya itu tidak memberitahu sebelumnya? Malah membiarkan dirinya masuk tanpa seizin pemiliknya.

"Kenapa Bapak tidak bilang sama saya tadi?" Acha menegur pelan pria paruh baya di depannya itu. Takut jika nanti ia di cap sebagai anak tidak punya sopan santun pada orang tua.

DIA ACHA (PUBLISH ULANG)Where stories live. Discover now