EMPAT PULUH

472 70 36
                                    

"Halo?"

Sedikit membutuhkan pikir panjang untuk Sojung akhirnya mengangkat panggilan dari nomor telephone yang tidak dikenal itu.

"Bi? Ini aku, Lacey. Kenapa aku belum juga dijemput?"

"Ya ampun, ini Lacey? Bibi benar-benar minta maaf karena tidak bisa menjemput hari ini. Tapi Lacey tenang saja, paman Seokjin nanti akan datang menjemputmu."

"Tapi aku sudah menunggu lebih dari tiga puluh menit, Bi. Teman-temanku semuanya sudah dijemput dan sudah pulang ke rumah masing-masing. Aku di sini hanya berdua dengan Ibu guru yang ponselnya kupinjam sekarang."

"Oke, begini saja. Lacey, tolong berikan ponselnya pada Ibu guru. Bibi mau bicara sebentar."

"Oke!"

Sojung menunggu sampai saat Ibu guru di sebrang sana membuka suaranya menyapa Sojung.

"Halo, Bu? Ini aku, wali muridnya Lacey. Aku sedang ada kelas di kampusku, jadi aku tidak bisa menjemput Lacey. Boleh aku minta bantuanmu untuk mengantarkan Lacey pulang?"

"Oh, tentu saja. Tolong langsung kirimkan alamat tempat tinggalnya, kasihan Lacey kepanasan karena menunggu dari tadi."

"Segera kukirimkan, Bu. Kalau begitu, terimakasih banyak."

"Iya, sama-sama."

Sambungan panggilannya terputus, Sojung langsung mengirim pesan berisi alamat tempat tinggalnya pada Ibu guru.

Setelah itu dia menekan nomor ponsel Seokjin. Tujuannya untuk meminta penjelasan yang sebenarnya tentang mengapa laki-laki itu bisa mengingkari janjinya pada Sojung.

Sojung mendecak tatkala Seokjin tidak menjawab panggilannya. Dia bertambah kesal saat sudah kesekian kalinya dia menghubungi Seokjin, tapi tidak kunjung juga laki-laki itu jawab panggilannya.

๑🔹๑

Sojung semakin berlari sesaat sesudah elevator berhasil membawanya ke lantai tempat di mana dia tinggal.

Sojung buru-buru menekan pin apartemennya dan membuka pintu setelah itu berteriak mencari keberadaan Lacey.

Saat Lacey menghampirinya, Sojung duduk mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Lacey. Dia menyibakkan poni-poni rambut Lacey dari wajah anak itu, kemudian mengusap pipi Lacey lembut.

"Maafkan Bibi, ya? Bibi masih harus mengikuti kelas di kampus tadi, makanya tidak bisa menjemputmu," lirih Sojung menyesal.

Lacey memeluk tubuh bibinya sangat erat. "Tidak apa-apa, Bi. Aku bisa memahami."

Sojung meregangkan pelukannya dan kembali mengusap-usap pipi lembut Lacey.

"Hanya saja aku cukup ketakutan saat bertemu dua orang laki-laki bertubuh kekar dengan tampilan yang menyeramkan. Saat itu aku langsung lari lagi kembali ke dalam sekolah dan untungnya aku langsung bertemu ibu guru dan berlindung di belakang tubuh ibu guru itu," lanjut cerita Lacey.

"Jadi Lacey ... tadi bertemu orang jahat?"

Lacey mengangguk. "Tapi tidak apa-apa, bibi jangan khawatir."

"Lacey, dengar bibi! Di luaran sana banyak sekali orang baik, tapi tidak sedikit juga jumlah orang yang jahat. Lain kali, kalau Lacey belum menemukan bibi datang menjemput di depan gerbang, Lacey jangan keluar sekolah. Lacey lebih baik menunggu di kelas, atau mungkin di kantin. Mengerti, Sayang?"

Lacey mengangguk. Tubuhnya ditarik masuk lagi ke dalam pelukan oleh bibinya.

"Bibi benar-benar menyayangi Lacey. Bibi tidak mau kalau sampai harus kehilangan Lacey, karena Lacey adalah satu-satunya alasan kenapa Bibi masih bisa kuat bertahan sampai sekarang."

Rindu; SowjinWhere stories live. Discover now