DUA BELAS

462 73 36
                                    

Saat ini gadis itu; Sojung sedang beres-beres, bersiap untuk pulang ke rumah. Tapi Yena terus saja membujuknya agar menginap di sini setidaknya untuk satu malam. "Ini sudah hampir tengah malam, bahaya kalau kau pulang sendiri. Kau ini 'kan seorang gadis, dan seharusnya kau tidak keluar lagi saat jam sudah hampir menunjukkan angka tengah malam."

"Aku tidak bisa, Yena ...."

"Ayolah, Kak Sojung. Kau bisa tidur di kamarku ... besok pagi Kak Seokjin akan mengantarmu ke kampus, aku janji."

"Justru itu masalahnya, aku tidak mau berkomunikasi dengan kakakmu lagi. Karena kalau aku melakukan itu, usaha kita berdua untuk move on akan sia-sia."

"Kalau begitu kau bisa pergi naik bus bersamaku."

Sojung lagi-lagi menolak, dia menggeleng. Tapi tiba-tiba petir mengejutkan mereka berdua, membuat mereka tiba-tiba jadi saling memeluk satu sama lain.

"Ayolah Kak Sojung, temani aku ... aku takut. Lagi pula di luar hujan. Kau mau menginap di sini, ya?"

Apa yang dikatakan adik Seokjin memang benar. Di luar hujan, dan Sojung selalu takut akan petir. Jadi mau tidak mau ... "Baiklah, aku menginap di sini."

Yena langsung tersenyum, kemudian melepas pelukan mereka. "Ayo kita ke kamarku. Kau harus istirahat sekarang. Kau pasti sudah lelah karena mengurus kakakku, 'kan? Mulai dari memapahnya bahkan sampai membersihkan bekas mualannya."

Sojung hanya mengangguk, tidak begitu mengindahkan ocehan Yena barusan dan langsung pergi melangkah bersama menuju kamar adik perempuan mantannya itu.

๑🔹๑

Paginya, sekitar pukul setengah lima pagi. Sojung sudah lebih dulu bangun. Dia buru-buru mencuci mukanya. Setelah itu Sojung mencari pulpen dan sticky note di dalam sling bagnya.

Dia menulis pesan untuk Yena, pesannya berisi permintaan maaf karena dia harus pulang sepagi ini. Dia tidak menulis alasannya karena dia yakin kalau adik Seokjin itu pasti paham kenapa dia memutuskan untuk pulang sepagi ini.

Sojung langsung pergi meninggalkan kamar Yena dan sticky note itu di atas meja rias Yena.

Karena buru-buru, Sojung jadi jatuh saat menuruni anak tangga terakhir. Dia sempat meringis, karena kakinya terbentur. Tapi tak berselang lama, Sojung berusaha berdiri lagi.

Dia harus pergi, sebelum Seokjin bangun dan menyadari kehadirannya di sini.

Dengan susah payah, Sojung berusaha berdiri. Dia berjalan agak cepat, walaupun pergelangan kaki sebelah kanannya terasa sakit.

Dia membuka pintu rumah Seokjin, kemudian meninggalkan rumah itu.

Sementara dari dalam kamar, Seokjin yang sudah bangun sempat mendengar suara sesuatu yang terjatuh. Dia penasaran, takut juga kalau yang jatuh itu ternyata orang asing yang berusaha mencuri barang di rumahnya.

Tapi saat dia keluar kamar, yang dilihat bukan orang asing, melainkan perempuan dengan perawakan elok yang sangat Seokjin kenal. "Sojung?"

Tidak, Seokjin tidak menyebut nama perempuan itu dengan lantang, melainkan sembunyi-sembunyi. Entahlah, dia tidak begitu yakin kalau perempuan itu adalah Sojung.

Dia takut kalau sosok yang dilihatnya ini adalah sebagian dari halusinasinya, jadi dia memutuskan untuk membiarkan sosok itu menghilang bersama dengan tertutupnya pintu rumah kembali.

"Gila! Bahkan gadis itu sudah berhasil mengendalikan pikiranmu, Seokjin," gerutu Seokjin sembari kembali masuk ke dalam kamarnya.

๑🔹๑

Rindu; Sowjinحيث تعيش القصص. اكتشف الآن