TIGA PULUH

438 66 35
                                    

Setelah menitipkan Lacey pada Seokjin, Sojung pergi ke toilet. Dia masuk ke salah satu bilik di sana, kemudian menangis kencang. Sebenarnya dia sama takutnya dengan Lacey, takut sesuatu yang fatal terjadi pada Jessica.

Sojung sadar kalau usianya sudah menginjak usia dewasa, tapi sikap, pola pikir dan hal lainnya yang berkaitan dengan kepribadian dewasa belum Sojung miliki.

Dia pikir, dia masih perlu banyak bantuan Jessica. Bantuan Jessica yang selalu memberinya semangat saat dia jatuh, dia kacau dan dia tersakiti karena ibu Seokjin.

Bahkan saat dia hancur mendapati Seokjin berkencan dengan perempuan lain, Jessica adalah orang pertama yang menenangkannya, memeluknya dan memberinya pengertian agar dirinya sedikit lebih tenang.

Setelah ini, kalau Jessica benar-benar tidak bisa selamat. Dia tidak tahu bagaimana nasib kehidupannya di masa depan ... ditambah, dia punya Lacey yang harus dia jaga.

Sojung bingung ...

Sojung kacau ...

Sojung menangis, meluapkan semua emosinya lewat air mata.

๑🔹๑

"Paman Seokjin," panggil Lacey.

"Ya?" balas Seokjin sembari mengangkat kepalanya.

"Paman Seokjin itu 'kan laki-laki. Apa di masa depan, saat kau dan bibi Sojung mungkin akan menikah ... kau juga akan menyakiti bibiku?"

Seokjin mengangkat bahunya. "Paman tidak tahu. Tapi yang jelas, paman akan berusaha untuk tidak melakukan hal itu. Lacey perlu tahu, segala hal yang menyakiti bibi Sojung, itu adalah hal yang menyakiti paman juga."

"Apa paman tahu? Aku selalu benci paman karena aku menganggap bahwa paman adalah perebut cinta bibi Sojung untukku. Tapi sekarang kupikir bahwa paman lebih baik daripada ayahku yang merebut kebahagiaanku bersama bunda. Aku lebih benci ayahku ...."

Seokjin memberanikan diri untuk menggapai tangan mungil Lacey. Dia tersenyum sebelum berkata, "Jangan terus berkata begitu. Lebih baik kau berdoa untuk keselamatan bundamu. Sebentar lagi pasti dokter keluar."

... dan benar saja, setelah beberapa waktu akhirnya dokter keluar setelah menangani Jessica. Seokjin langsung berdiri dari duduknya, diikuti Lacey serta Sojung yang kini telah kembali dari toilet.

"Bagaimana keadaan pasien atas nama Jessica?" tanya Seokjin pada dokter.

"Ibu Jessica kritis. Tusukan di dadanya cukup dalam, dan itu yang membuat kami para medis berusaha sebisa mungkin menyelamatkan Ibu Jessica."

"Jadi ibuku masih selamat? Dia belum meninggal, 'kan?" tanya Lacey.

"Mari kita berdoa, semoga ibumu bisa selamat," balas dokter itu tersenyum. "Kalau begitu, saya pamit undur diri. Terimakasih."

Sojung benar-benar diam mematung setelah tahu bahwa keadaan kakak kandungnya kritis. Matanya tak berkedip, bahkan setelah Seokjin merangkul bahunya, menepuk-nepuk bahunya pelan guna memberi semangat untuk Sojung.

"Aku yakin Kak Jessica akan selamat. Kau yang tabah, ya? Aku di sini akan menemanimu."

Sojung spontan menatap Seokjin. Tatapan mata mereka lagi-lagi bertemu.

Senyuman manis Seokjin yang memberinya semangat,

tatapan teduh yang laki-laki itu miliki,

Rindu; SowjinWhere stories live. Discover now