TIGA PULUH ENAM

475 65 97
                                    

Semenjak Seokjin tahu bahwa Sojung ternyata ada di kota yang sama dengannya, Seokjin selalu mencari-cari di mana alamat Sojung.

Dia sudah bertanya kepada salah satu staf di rumah sakit, dan hari ini saat staf itu berhasil menemukan alamat yang dimaksud Seokjin, laki-laki itu langsung menancap gas menuju ke sana.

Saat dia sudah sampai di depan pintu apartemen Sojung, dia menekan belnya. Menunggu jawaban dari dalam sedari lama, tapi sepertinya memang sedang tidak ada orang.

Tidak ada tanda-tanda pergerakkan, maupun suara-suara yang berasal dari dalam.

Seokjin menghela napasnya, menatap ke arah pintu yang dibaluti warna coklat tua―hampir hitam―itu dengan satu sudut bibirnya yang naik ke atas.

"Sekarang yang terpenting, aku mendapatkan alamat barumu."

Seokjin melangkah pergi, tapi saat itu ponselnya bergetar. Ada panggilan dari rumah sakit.

"Iya. Ada apa?"

"Saya hanya mau mengingatkan bahwa lima belas menit lagi akan ada jadwal konsultasi dengan pasien. Dokter diharuskan tiba lebih awal sebelum pasien."

"Tenang saja, sepuluh menit lagi saya akan sampai."

"Baiklah."

"Ya, terimakasih."

๑🔹๑

Sojung membawa bubur dari luar untuk Lacey yang masih belum bisa berjalan normal seperti biasa. Kakinya masih agak sedikit bengkak, walau sebenarnya sudah diberi obat yang didapat dari rumah sakit.

Lacey bilang, ini sudah lebih baik. Sojung tersenyum senang, dan lantas mengusak kepala Lacey sebagai wujud tanda kasih sayangnya.

Dia menyajikan buburnya di atas mangkuk, kemudian menyiapkan air putih hangat dan membawanya ke hadapan Lacey.

Saat Sojung selesai memberikan suapan pertama buburnya pada Lacey, Lacey bercerita. "Tadi ada tamu yang datang."

"Tamu? Siapa?" tanya balik Sojung.

"Tidak tahu. Kakiku masih sedikit sakit, jadi aku tidak bisa membuka pintunya," jawab Lacey sembari menerima suapan bubur selanjutnya dari Sojung.

"Apa mungkin teman bibi, ya?"

Lacey mengangkat bahunya. "Mungkin ... omong-omong soal teman, bagaimana kabar Bibi Chungha dan Bibi Nayeon?"

"Bagaimana, ya? Bibi juga tidak tahu pasti kabar mereka. Kalau begitu nanti akan bibi hubungi mereka berdua."

"Hubungi sekarang saja! Aku merindukan mereka."

"Loh ... sekarang 'kan Lacey sedang makan. Nanti saja ya, setelah habis buburnya ini?"

Lacey menggeleng. "Aku bisa bicara sambil makan 'kan? Ayolah, Bi ...."

Sojung mendecak kecil. Dia lantas mengambil ponselnya di atas nakas, kemudian menekan nomor ponsel Nayeon.

Setelah tersambung, dia memberikan ponselnya pada Lacey. Lacey langsung bicara pada Nayeon saat itu juga.

"Halo, Bibi Nayeon?"

"Halo, Lacey! Ya ampun, Bibi Nayeon dan Bibi Chungha merindukanmu!"

"Aku juga merindukan Bibi! Bagaimana kabar Bibi berdua?"

"Kabar Bibi baik ... Bibi Chungha pun begitu. Lacey sendiri bagaimana?"

"Aku kurang baik, Bi ... baru saja kemarin jatuh tertimpa motor."

Rindu; SowjinWhere stories live. Discover now