TIGA PULUH SEMBILAN

428 61 40
                                    

"Bi? Kenapa kita tidak pakai sepeda motor seperti biasa saja?" tanya Lacey yang belum tahu tentang alasan mengapa Sojung tidak menggunakan sepeda motornya hari ini.

"Paman Seokjin mau menjemput kita," kata Sojung tersenyum.

"Apa Bibi ... sudah berbaikkan dengan paman Seokjin?"

Sojung mengangguk. "Bertengkar terlalu lama itu tidak baik, 'kan?"

"Iya juga, sih,"–Lacey mengangguk-angguk lucu–"tapi apa Bibi juga kembali lagi menjadi kekasih paman Seokjin?"

Sojung menarik napas, membuangnya perlahan. Dia menekuk tubuhnya mensejajarkan tinggi dirinya dengan Lacey. "Kenapa? Lacey masih tidak suka, ya?" tanya Sojung dengan nada kecewa.

Tapi tanggapan yang cukup mengejutkan diberikan oleh Lacey. Gadis kecil nan manis itu menggeleng sembari tersenyum. "Paman Seokjin itu orang baik. Dia bisa menyayangi Bibi, aku rasa dia juga bisa melindungi Bibi ... dan karena itu juga aku yakin Bibi bisa berbahagia bersama Paman Seokjin."

Sojung benar-benar senang akan perkataan Lacey barusan, dia bahkan sampai terharu. "Kemari ... peluk Bibimu yang manis ini!"

Lacey melakukan apa yang Sojung perintahkan, lalu tanpa diminta dia justru lebih dulu memberikan kecupan cinta di pipi Sojung. "Bibi harus bahagia! Bunda, Nenek dan Kakek pasti tidak sabar melihat senyum bahagia Bibi dari atas sana."

Sojung tambah mengeratkan pelukannya. "Lacey juga harus janji pada Bibi, ya? Lacey harus bahagia! Lacey harus terus semangat dan terus buat bunda merasa bangga di atas sana!"

Lacey mengangguk dalam pelukan Sojung. "Tapi untuk itu, aku perlu Bibi. Bibi harus terus di sampingku dan sebaliknya aku juga akan begitu."

Sojung meregangkan pelukannya. Dia mengusap-usap lembut pipi keponakannya dan tersenyum. "Bibi sangat bersyukur karena Bibi bisa memilikimu."

"Aku juga begitu," balas Lacey. "I love you, Bibi!"

"I love you more!"

๑🔹๑

Sojung turun dari mobil Seokjin ketika sudah sampai di depan gerbang sekolah Lacey. Dia sedikit merapihkan rambut keponakannya, kemudian tersenyum.

"Belajarnya yang rajin, ya?"

Lacey mengangguk semangat. Sojung memberikan telapak tangannya dan disambut dengan tepukan tangan oleh Lacey. "Sampai jumpa, Bibi!"

"Hati-hati, Lacey!"

Sojung membalik badannya, dan tersenyum malu saat melihat Seokjin berdiri sembari bersandar di pintu mobil yang melemparkan senyumannya lebih dulu.

Sementara setelah belum lama kejadian itu terjadi, Sojung sedikit terkejut tatkala ada suara wanita yang menyapanya. Dia menoleh ke arah wanita itu dan saat itu juga dia tahu bahwa wanita itu adalah orang tua murid yang berbicara dengannya tempo hari lalu.

"Itu calon suamimu, ya?" tanya wanita itu. "Wajahnya tampan sekali."

Sojung terkikik malu. "Belum sampai situ, Bu. Kami masih menikmati masa kami untuk lebih mengenal pribadi satu sama lain," jawab Sojung.

Wanita itu mengangguk-angguk mengerti. "Tapi menikah muda itu bukan pilihan yang buruk, loh. Maksudku, daripada nanti kau kehilangan dia di tengah jalan hubungan, bagaimana?"

Sojung tertawa. "Kalau benar kami berjodoh, kami bisa menikah kapan saja 'kan?"

Wanita itu mengangguk setuju juga. "Kalau begitu kudoakan yang terbaik saja untuk kalian berdua."

Rindu; SowjinWhere stories live. Discover now